Olahraga

Ini Kesaksian Wartawan Kediri Soal Pemukulan Suporter Arema FC

Senin, 19 September 2022 - 15:21 | 28.29k
Situasi Stadion Brawijaya Kediri saat terjadinya pemukulan Aremania oleh oknum berompi pink dalam laga Persik Kediri vs Arema FC pada Sabtu (17/9/2022). (Foto: Tria Adha/TIMES Indonesia)
Situasi Stadion Brawijaya Kediri saat terjadinya pemukulan Aremania oleh oknum berompi pink dalam laga Persik Kediri vs Arema FC pada Sabtu (17/9/2022). (Foto: Tria Adha/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Kasus pemukulan suporter Arema FC oleh oknum yang diduga wartawan Kediri di Stadion Brawijaya, Sabtu (17/9/2022) lalu, masih menjadi perbincangan hangat di jagat maya. 

Sebagian warganet melayangkan tudingan wartawan Kediri memukul salah satu suporter Arema FC yang tengah diamankan aparat keamanan.

Munculnya tudingan itu berdasarkan video amatir yang beredar di media sosial. Terlihat seseorang yang menggunakan rompi berwarna pink memukul kepala seorang suporter Arema FC yang sudah diamankan petugas.

Aksi yang dilakukan oknum diduga wartawan Kediri itu menuai protes dan kecaman warganet. 

Mengenai rompi pink, diketahui merupakan seragam khusus bagi wartawan yang melakukan tugas peliputan dan memiliki akses berada di area lapangan.

Seluruh wartawan yang meliput baik laga Persik Kediri versus Arema FC wajib mengenakan rompi pink. Mereka didata terlebih dahulu sebelum mendapatkan akses peliputan di lapangan.

Salah satu wartawan Kediri memberikan kesaksian perihal insiden pemukulan salah satu suporter Arema FC

Wartawan yang enggan disebutkan identitasnya mengaku mengetahui dengan jelas orang yang diduga memukul dan tampak dalam video.

"Saya tahu orangnya. Sebab saat mengembalikan rompi itu ke panitia Persik Kediri, saya ada di dekatnya," ujarnya, Senin (19/9/2022), dikutip dari agtvnews.com.

Prosedur peliputan 
Ada prosedur yang harus dilalui oleh wartawan yang akan meliput di lapangan dan bisa mendapatkan rompi pin sebagai seragam saat laga Liga 1.

Penapisan atau screening awal dilakukan oleh pihak Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator Liga 1. Dalam pengisian form pendaftaran, wartawan wajib mencantumkan jenis medianya.

Wartawan yang bisa masuk lapangan dan mendapat rompi pink hanya wartawan foto. Sedangkan wartawan lainnya berada di tribun penonton yang khusus disiapkan.

Wartawan yang berada di area lapangan saat laga Persik Kediri versus Arema FC pada Sabtu lalu, berasal dari peliput Arema FC dan peliput Persik Kediri.

Wartawan Kediri ini mengaku banyak kenal dengan wartawan peliput dari keduanya, baik Arema FC maupun Persik Kediri.

Namun, ia mengaku tidak mengenal pelaku pemukulan terhadap seorang suporter Arema FC atau Aremania, meski mengetahui wajahnya.

"Saya tahu tapi nggak kenal orangnya. Sepertinya bukan wartawan Kediri juga bukan wartawan Malang," kata dia.

Masih dikutip dari laman yang sama, sejumlah wartawan Kediri lainnya berpendapat senada. Mereka bisa membaca dari gerak tubuh di video viral tersebut, tapi tidak berhasil mengidentifikasi sosok pelaku.

Sejumlah organisasi wartawan di Kediri berkoordinasi untuk mengambil tindakan. Ketua IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi) Kediri, Roma Dwi Juliandi mengecam aksi kekerasan tersebut. Roma menegaskan tidak sepatutnya ada aksi kekerasan dalam olahraga sepakbola, apalagi diduga dilakukan oleh wartawan.

Pihak Panpel Persik juga menegaskan tidak mentolerir aksi kekerasan dalam bentuk apapun di sepakbola tanah air, termasuk juga yang diduga dilakukan oleh orang tidak dikenal tersebut. 

Media Officer Persik Kediri, Haryanto menuturkan pihaknya masih memastikan kejadian tersebut dan mencari sosok yang terlibat dalam aksi kekerasan tersebut. Kejadian itu sendiri terjadi sekitar menit 25 laga Persik versus Arema FC.

BACA JUGA:Panpel Persik Kediri Kecam Aksi Kekerasan pada Suporter di Laga Vs Arema FC

Haryanto menegaskan bahwa pihaknya mengutuk keras aksi tersebut. Namun pihaknya belum bisa memastikan apakah benar dilakukan dari oknum media. Untuk itu dilakukan pendalaman dan mencari tahu siapa pelakunya. 

"Namun sebagai panpel dan media officer Persik Kediri, saya menghaturkan permohonaan maaf yang sebesar-besarnya. Kejadian ini merupakan pengalaman berharga dan kami berharap yang terakhir kalinya serta tidak terulang lagi ke depannya,” kata Haryanto, Minggu (18/9/2022) kemarin. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES