Gaya Hidup

Ini Produk Cottonology, Brand Fashion Pria yang Ramah Lingkungan

Minggu, 08 Maret 2020 - 14:24 | 309.54k
Carolina Danella Laksono, CEO Cottonology brand fashion ramah lingkungan. (FOTO: Carolina for TIMES Indonesia)
Carolina Danella Laksono, CEO Cottonology brand fashion ramah lingkungan. (FOTO: Carolina for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, CIREBON – Memproduksi fashion tanpa harus membuang limbah mungkin hal mustahil bagi pelaku usaha. Tapi di tangan Carolina Danella Laksono (27) ini, tak ada limbah yang terbuang dari brand fashion miliknya, Cottonology.

Wanita yang akrab disapa Olin ini mengaku, Cottonology mengusung konsep Green Company dan ramah lingkungan. Seluruh sisa produksi tidak terbuang karena didaur ulang.

"Sejak awal kami berorientasi pada keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar pabrik, maka limbah yang kami hasilkan pun bisa didaur ulang sehingga tidak menimbulkan bahaya," jelasnya saat kunjungan ke Kota Cirebon, Minggu (8/3/2020).

Brand-Fashion-Pria-2.jpg

Dalam memproduksi fashionnya, Olin menggunakan bahan katun organik, sehingga tidak akan merusak lingkungan, baik saat pembuatan maupun perawatan karena tidak membutuhkan bahan kimia. Karena itulah, brandnya dinamakan Cottonology.

Olin menambahkan, perusahaannya mampu memproduksi ratusan item pakaian. Kebanyakan adalah fashion khusus pria seperti kemeja, kaos, celana panjang, sweater, topi, dan lain-lain.

BACA JUGA: Cottonology, Fashion Ramah Lingkungan Karya Carolina Danella

Jika dilihat dalam kacamata industri, tentunya akan banyak sekali limbah yang dihasilkan. Namun, karena sejak awal dia berorientasi pada keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar pabrik, maka limbah yang dihasilkan bisa didaur ulang, sehingga tidak menimbulkan bahaya.

"Limbah ini merupakan hasil dari celupan benang yang dipintal untuk mendapatkan warna yang sesuai," tutur wanita kelahiran Bandung, 19 Desember 1992 ini.

Brand-Fashion-Pria-3.jpg

Lulusan University of California Berkeley ini menambahkan, dengan proses produksi yang ditangani dari hulu ke hilir, dia bisa memantau dari sisi lingkungannya, sehingga benar-benar terjaga dari proses pencemaran. Selain itu, dari sisi bisnis, dampaknya terasa pada harga yang jauh lebih terjangkau, sehingga pangsa pasarnya masuk ke semua kalangan.

"Kami menjual dengan harga yang terjangkau dan cocok untuk semua kalangan," ujarnya.

Dalam memasarkan produknya, lanjut Olin, Cottonology ada di beberapa platform e-commerce, seperti Shopee, Lazada, BliBli, Tokopedia, dan Zalora. Bahkan, brand-nya berhasil masuk top selling ranked.

Saat ini, Cottonology, produk asli dalam negeri tersebut telah membuka 60 top-up store di 30 kota di Indonesia, dan telah menjual lebih dari 400 ribu item pakaian pria di seluruh Indonesia. "Dalam proses produksi, kami melibatkan banyak sekali penjahit lokal di sekitar Bandung. Mereka terdiri dari pengrajin rumahan, individu, atau lepasan," tutur Carolina Danella Laksono(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Cirebon

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES