Gaya Hidup

Cottonology, Fashion Ramah Lingkungan Karya Carolina Danella

Minggu, 08 Maret 2020 - 11:17 | 102.38k
CEO Cottonology Carolina Danella Laksono atau yang akrab disapa Olin. (FOTO: Carolina for TIMES Indonesia)
CEO Cottonology Carolina Danella Laksono atau yang akrab disapa Olin. (FOTO: Carolina for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, CIREBON – Makin maraknya pencemaran sungai di Jawa Barat, terutama akibat limbah industri, membuat perempuan muda Carolina Danella Laksono, (27), berpikir keras. Hasilnya pun luar biasa, yakni Cottonology.

Apa itu? Cottonology mengambil konsep ramah lingkungan dalam memproduksi fashion. Menurutnya, selama ini pencemaran sungai oleh limbah cair merupakan salah satu contoh ketidakpedulian pelaku industri terhadap pelestarian alam. 

Di Jawa Barat misalnya. Sungai Cilamaya, Cileungsi, dan Citarum merupakan objek yang telah tercemari oleh limbah domestik dan limbah industri oleh pelaku usaha baik skala korporasi maupun menengah.

Selain merusak lingkungan, pelaku usaha juga dinilai telah melanggar hukum dan dianggap telah melakukan tindakan pidana.

Untuk itulah, Carolina mengusung konsep Green Company dan ramah lingkungan dalam menjalankan usaha fashionnya bernama Cottonology. Dengan konsep ini, tidak ada limbah yang dibuang dari hasil produksi pabriknya, melainkan didaur ulang.

"Sejak awal kami berorientasi pada keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar pabrik, maka limbah yang kami hasilkan pun bisa didaur ulang sehingga tidak menimbulkan bahaya," jelasnya saat kunjungan ke Kota Cirebon, Minggu (8/3/2020).

Perempuan yang akrab disapa Olin ini melanjutkan, pencemaran yang dihindari olehnya ada dua, yaitu saat produksi dan saat produk tersebut digunakan oleh pelanggan.

Karena itulah, dia menggunakan bahan katun organik, agar tidak merusak lingkungan baik saat pembuatan, maupun perawatan, karena tidak membutuhkan bahan kimia.

Wanita kelahiran 19 Desember 1992 ini menjelaskan, berdasarkan data dari The Waste and Resources Action Programme (WRAP), tumpukan pakaian senilai Rp 2,5 triliun ditemukan di tempat pembuangan sampah setiap tahunnya.

Pembuangan bahan tekstil ini jelas dapat melepaskan racun dan emisi metana ke udara. Bahkan serat-serat mikronya bisa masuk ke saluran air.

"Data tersebut juga memprediksi kalau industri mode nantinya akan menjadi kontributor polusi dua terbesar setelah minyak," ungkap pengusaha muda lulusan bidang studi ekonomi politik University of California, Berkeley ini.

Untuk itu, Olin pun menegaskan bahwa dalam menjalankan usahanya, dia tidak ingin fokus hanya pada pencapaian dari sisi bisnisnya saja, namun juga kontribusi dari sisi sosial dan lingkungan.

"Kami meminimalisir pencemaran lingkungan zero tolerance sehingga Cottonology menjadi usaha fashion yang ramah lingkungan," tutur Carolina Danella(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Cirebon

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES