Pendidikan UIN Malang

WR 1 UIN Malang Diminta Tiarap Setahun, lalu….

Jumat, 13 April 2018 - 02:20 | 365.74k
Kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. (FOTO: http://www.uin-malang.ac.id)
Kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. (FOTO: http://www.uin-malang.ac.id)

TIMESINDONESIA, MALANG – Isu yang tidak benar dan mengarah ke fitnah memang kerap memakan korban. Ini pula yang terjadi dalam isu dugaan plagiasi di kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang). Nama kampus jadi tercoreng, korbannya juga menderita, rekam jejak di big data juga jelek, bahkan menjadikan isu ini konsumsi publik. 

Benarkah persaingan dan permainan mencederai kampus unggulan ini? Demi kampus Islam ini, tentu saja sebaiknya semua menahan diri, melepas ego, dan berpikir dewasa. Setidaknya inilah harapan civitas akademika UIN Malang.

BACA JUGA: Polresta Malang Keluarkan SP3 Kasus Dugaan Plagiarisme WR 1 UIN Malang

Berikut lanjutan wawancara khusus TIMES Indonesia dengan WR 1 UIN Malang Dr M. Zainuddin MA yang bicara blak-blakan atas isu yang menerpanya.     

Setelah bertemu dengan rektor (Rektor UIN Malang kala itu, Prof Mudjia Rahardjo), apa yang terjadi selanjutnya?
Kami berdiskusi panjang. Berbagai bukti juga sudah saya sampaikan. Setelah kurang lebih 1 jam kami menyampaikan masalah ini, kemudian Pak Mudjia minta waktu 1-2 hari untuk meminta Prof Imam selaku guru besar bersedia menandatangani usulan itu. 

Bukankah tidak ada aturan bahwa usulan guru besar harus disidangkan oleh guru besar?
Memang begitu aturannya. Pengusul guru besar yang benar adalah senat yang terdiri dari profesor, wakil dari dekan bukan profesor dari setiap fakultas, lalu rektor, wakil rektor, para dekan dan direktur sebagai anggota ex-officio. Dan memang, yang sudah berjalan selama ini di UIN Malang seperti itu. Itu sudah sesuai dengan PMA no. 15/2017 tentang Statuta UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, pasal 36 poin 2). Ini bisa dicek dicek SK-SK yang diterbitkan oleh rektor pada guru besar sebelumnya.

Apa yang terjadi setelah dua hari usaha rektor saat itu?
Ya harap-harap cemas sih waktu itu. Dua hari benar-benar membuat saya tegang. Tapi lewat dua hari ternyata belum ada kabar apa-apa. Sampai akhirnya ada kabar bahwa Rabu, 22 Februari 2017 sidang guru besar digelar. Ada tiga calon yang diusulkan, salah satunya adalah saya. 

Bagaimana hasil sidang itu?
Lagi-lagi Prof Imam menolak usulan guru besar saya. Alasannya, katanya dianggap ada dugaan plagiasi. Menurut informasi yang saya terima, saya malah disuruh tiarap untuk satu tahun ke depan. 

Apa maksudnya diminta tiarap? 
Ya ini, saya pun tidak paham. Sampai sekarang.

Lalu, yang terjadi kemudian?
Memang akhirnya, secara tertulis, usulan guru besar saya itu ditandatangani oleh 5 guru besar kecuali Prof Imam. Beliau masih tidak bersedia. Tetapi kemudian, beliau bersedia tanda tangan dengan catatan ditunda. Untuk penjelasan lebih lanjut saya disuruh menghadap beliau.

Ending dari pengusulan itu bagaimana?
Masih belum. Sampai sekarang. Bahkan beberapa bulan kemudian, tepatnya 5 Januari 2018 saya dilaporkan polisi oleh seorang lawyer. Lalu isu dugaan plagiasi ini pun diberitakan di media online. 

Apa harapan Anda setelah ini?
Pertama, sungguh saya merasa didholimi habis-habisan ini. Semoga kita semua kembali ke akal sehat. Tidak menuruti egoisme pribadi. Kedua, saya yakin semua akan mengerti pada akhirnya tentang masalah ini. Karena sebelum saya mengalami isu plagiasi di kampus ini, Pak Mudjia dulu juga mengalaminya. Rasanya hampir mirip dengan saya. Kita semua akan tahu jika Allah sudah membukakan mata untuk kita. The big invisible hand is Allah, bukan manusia. Bukan pula seseorang di UIN Malang ini. Kita semua tahu itu. Terakhir, ketiga, saya inginkampus kita ini tidak dilanda isu-isu negatif yang justru akan merugikan kita semua dan hanya menjadi isu liar. Yang kita pikirkan bukan personal, tapi institusi Islam. Sekali lagi institusi Islam. Ibarat music, ritmenya harus seirama, rancak dan harmonis. Jangan seperti judul lagu; “Kau yang Memulai, Kau yang Mengakhiri”. Akhirnya jadi su’ul khotimah. Kita semua tak berharap seperti itu. (4-Habis/BACA DARI DEPAN: Blak-blakan WR 1 UIN)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES