Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Damaikan Negeri dan Bermartabat Sebagai Bangsa Besar

Rabu, 23 Oktober 2019 - 12:01 | 105.26k
Aprilia Dwi Rasdiyanti, Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
Aprilia Dwi Rasdiyanti, Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGPERCAYA diri sebagai sebuah bangsa yang besar kini surut dimiliki para generasi muda. Sibuknya menghadapi era 4.0 harusnya diimbangi juga dengan peningkatan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar hidup bangsa Indonesia.

Misal saja, nilai-nilai Pancasila seperti nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan, dan nilai Keadilan tidak bisa menyatu utuh seperti seharusnya. Banyak anak muda fokus mengembangkan nilai kerakyatan dalam berdemokrasi, namun malah melanggar ketertiban umum, mengorasikan keinginan mereka yang benar dengan cara yang tidak benar, sehingga yang terjadi adalah mereka justru mendapatkan sanksi karena melanggar nilai kemanusiaan dan nilai ketuhanan. Manusia terpelajar adalah manusia yang berilmu dan beradab, karena berilmu saja tidak cukup, sebab setan justru lebih berilmu daripada manusia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Mantan Wakil Presiden RI pertama, Drs. Moh. Hatta, menyatakan bahwa "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.". Hal ini menurutnya agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan belaka.

Beradab disini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, diabaikan, atau bahkan dihilangkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana beradab dengan lingkungan sekitar maupun keluarga. Output daripada manusia beradab adalah manusia toleran, sopan, dan mampu mempertahankan keharmonisan dengan orang lain terlebih dalam kehidupan bernegara.

Bangsa Yang Besar Tidak Suka Minta-Minta (Pak Jusuf Kalla)

Negarawan sepuh yang semangatnya tidak luluh, saya mengibaratkan Pak JK seperti itu. Dua kali menjadi wakil presiden RI tidaklah mudah dan tidak banyak juga yang mampu mencapai posisi itu. Tidak dengan Pak JK , beliau orang yang inovatif, kreatif, dan positif.

Mbak Najwa Shihab menyinggung Pak JK mengenai sumbangsihnya dalam perdamaian dunia. Hal yang menarik, saya mengambil beberapa poin seperti saat Pak JK bertandang ke Amerika Serikat pada tahun 2009. Ketika itu, di Whitehouse beliau ditanya oleh Wakil Presiden Amerika Serikat tentang apa yang akan diminta Indonesia sebagai negara berkembang.

Pak JK menolak dengan permintaan maaf dirinya sebagai bangsa Indonesia, dia tidak datang untuk meminta-minta kepada Amerika Serikat, justru beliau malah menawarkan solusi kepada Amerika yang pada saat itu sedang mengalami krisis moneter karena akibat terlibat konflik di Timur Tengah yang menguras keuangan Amerika. Solusi yang diberikan Pak JK langsung diapresiasi baik oleh Wakil Presiden Amerika Serikat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Begitulah sebuah bangsa yang besar, harus berani juga berjiwa besar, bukan saja berbicara besar. Kita harus jadi pelopor perdamaian, karena ikut serta perdamaian dunia adalah janji suci kita untuk bangsa ini yang sudah kita sepakati dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4.

Apalagi sekarang kita sudah menjadi bagian dari anggota negara G20, yang notabene adalah kumpulan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia. Dan kita adalah satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G20. Prestasi ini harus disusul dengan upaya-upaya peningkatan sumber daya manusia yang tidak melupakan nilai luhur bangsa ini dan nilai kemanusiaan serta perdamaian.

Dengan perdamaian terlaksana, suatu negara mampu maju dan tetap tegak, persatuan bisa terjaga, dan keadilan dapat terwujud. Dengan kuatnya akar Pancasila dalam diri kita, bangsa Indonesia akan semakin kokoh menghadapi hal-hal baru di dunia dan tegak dalam menghadapi permasalahan di dalam negeri.

Memang dibutuhkan dana yang besar untuk menunjukkan bukti peran kita dalam mewujudkan perdamaian di dunia. Negara menganggarkan dua triliun tiap tahunnya untuk membantu negara-negara dengan perekonomian di bawah Indonesia, di kawasan Asia maupun Afrika. Baru bolehlah kita berharga di mata dunia, karena kita adalah bangsa yang bermartabat tinggi, mempunyai harga diri sebuah bangsa yang tinggi pula, dan diperhitungkan di dunia. Kita memang negara berkembang yang berproses menjadi negara maju, tapi kita bukanlah negara yang suka minta-minta.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kelola Permasalahan dengan Mengedepankan Kemanusiaan

Jika niat menolong jangan sampai menyinggung pihak yang ditolong. Jika memberi dengan tangan kanan, jangan sampai tangan kiri mengetahuinya. Jika memperjuangkan keadilan, jangan sampai mengorbankan pihak yang tidak bersalah. Setidaknya saya tidak lupa ungkapan-ungkapan orang jaman dulu.

Mengelola permasalahan yang sangat banyak di negara yang majemuk seperti Indonesia ini memang tidak mudah. Jangankan sebuah negara besar seperti Indonesia, ambil contoh sebuah organisasi saja, pro dan kontra yang ada didalamnya tidak bisa hanya diselesaikan dengan saling menuduh dan menyalahkan pemimpin. Langkah yang bisa diambil adalah mengerucutkan jenis permasalahan menjadi peta konsep dan dicari solusi dari melihat penyebabnya. Secara konstruktif kita bisa menemukan akar permasalahan dan solusinya.

Seringkali aksi memperjuangkan keadilan diwarnai dengan gas air mata, penjarahan warung-warung pedagang kecil disekitar aksi tersebut, hingga menelan korban jiwa. Sebenarnya jika kita kembali kepada nilai kemanusiaan, tidak akan ada korban jiwa. Contoh saja, dalam menghadapi persoalan narapidana terorisme, maka negara menyediakan lembaga permasyarakatan sebagai wadah untuk mengobati pemikiran para teroris, supaya kembali mencintai negara Indonesia. Di dalam lapas disediakan kegiatan-kegiatan positif seperti membaca, bekerja bakti, ibadah, dan berwirausaha. Indonesia menfasilitasi itu sudah meruPakan bukti jika kita tidak menyelesaikan masalah tanpa melihat sisi kemanusiaan. Kemanusiaan disini sangat penting, karena menyangkut memanusiakan manusia, moralitas terhadap sesama dan sebagai makhluk Tuhan, serta menyalurkan semangat hidup yang positif dengan sesama.

Saya tidak lupa saat teroris terkenal akan kehebatannya andil dalan Bom Bali tahun 2002 silam. Siapa lagi jika bukan Umar Patek alias Hisyan Bin Alizein. Umar Patek kini menjadi sosok inspiratif yang kembali mencintai ibu pertiwi dan siap pasang badan untuk membantu Indonesia melawan terorisme. Urusan hati dan kemanusiaan memang tidak bisa dipisahkan.

Kemanusiaan adalah kunci utama perdamaian, karena mampu menggerakkan hati masing-masing insan Cara Indonesia mengubah Umar Patek dengan Kekeluargaan, memanusiakan manusia, mengembalikan hak-hak untuk dianggap bagian dari keluarga Indonesia. Kita wajib membasmi keburukan perbuatannya, bukan berarti harus membasmi orangnya. (*)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Aprilia Dwi Rasdiyanti, Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES