Pendidikan

Dua Tahun Berjuang Raih Beasiswa di Luar Negeri

Selasa, 28 Maret 2017 - 10:04 | 138.66k
Salwa, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) yang akan menempuh studi S-3 di Australia. (Foto: Ferry Agusta/TIMES Indonesia)
Salwa, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) yang akan menempuh studi S-3 di Australia. (Foto: Ferry Agusta/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kisah perjuangan tenaga pendidik Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) patut menjadi teladan. Wawa -sapaan akrab dosen pendidikan Bahasa Inggris ini-, berjuang untuk dapat menempuh studi di luar negeri.

Studi pascasarjana strata 2 (S-2) dan strata 3 (S-3) di Australia, diraihnya dengan perjuangan keras tanpa kenal menyerah.

“Selasa (28/3/2017) saya akan berangkat ke Australia untuk menempuh studi S-3,” ujar perempuan bernama asli Salwa ini kepada TIMES Indonesia.

Ditemui di salah satu ruang kuliah, Wawa tampak lelah. Namun, senyum ibu satu anak ini terasa menghapus kelelahannya. Dia menyempatkan diri untuk berpamitan dengan civitas akademika Unikama. Dalam hitungan beberapa jam, dia bersama suami dan anaknya akan menempuh pogram doktoral di University of Newcastle, Australia.

Studi S-3 yang akan ditempuhnya ini diperoleh melalui program beasiswa International Postgraduate Research Scholarhips (IPRS).  Beasiswa diperuntukan bagi para peneliti yang ingin melakukan riset dengan biaya dari Pemerintah Australia.

Sebelumnya, Wawa berhasil menyelesaikan studi S-2 di negara yang sama. Dia berhasil menyelesaikan studi S-2 di Flinder University, Australia melalui program beasiswa Australian Development Scholarships (ADS) dari Pemerintah Australia.

“Saya mengambil studi S-3 education TESOL, Teaching of English to Speakers of Other Languages. Saya melanjutkan program S-2 saya di bidang yang sama,” terangnya.

Untuk mendapatkan beasiswa studi S-3 di Australia yang memang dicita-citakannya bukan hal mudah. Berbeda ketika Wawa mengajukan beasiswa S-2 yang langsung diterima.

Jalan berliku harus dihadapi untuk dapat meraih beasiswa S-3. Wawa membutuhkan waktu hampir dua tahun mendaftar sebelum akhirnya dia berhasil meraihnya.

Pada awalnya dia mengalami kegagalan. Namun, hal itu tak membuatnya patah arang. Alumnus IKIP Negeri Malang (sekarang Universitas Negeri Malang) ini terus berusaha.

Never give up. Saya terus mencoba,” ucapnya.

Dia menyampaikan, beasiswa IPRS ditawarkan oleh semua kampus di Australia. Artinya, semua kampus di negeri Kanguru ini memiliki dana untuk program beasiswa IPRS.

Kesempatan itu dimaksimalkannya dengan mendaftar di 23 kampus Australia yang menawarkan beasiswa tersebut. Bahkan, dia sempat mendaftar empat kali di Flinder University, yang menjadi almamaternya saat studi S-2.

Hingga pada akhirnya, dia berhasil diterima. Tak hanya satu, ada dua kampus yang menerimanya, Charles Sturt University dan University of Newcastle.

Dihadapkan pada dua pilihan yang menurutnya sama-sama baik, Wawa akhirnya menetapkan pilihan pada University of Newcastle. Banyaknya mahasiswa asal Indonesia yang studi di kampus tersebut menjadi salah satu pertimbangannya

“Saya sampai shalat istikharah karena banyak sekali pertimbangannya,” tutur perempuan kelahiran 41 tahun lalu ini.

Meneliti Code Switching

Keberhasilan meraih beasiswa studi program doktor di Australia, tidak akan disia-siakannya. Dia telah merencanakan penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Wawa akan meneliti tentang pengaruh bahasa Indonesia dalam pembelajaran bahasa Inggris. “Jadi, bagaimana mempelajari bahasa Inggris dengan bantuan bahasa ibu (bahasa Indonesia),” jelasnya.

Melalui riset itu, dia berharap supaya interaksi dalam kelas (classroom interaction) saat pembelajaran bahasa Inggris menjadi lebih hidup dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tentu, lanjutnya, ada pengklasifikasian disesuaikan dengan isi di dalam kelas.

“Tapi perlu dilihat dulu levelnya. Kalau untuk kelas adult (dewasa), atau yang lebih mahir harus lebih banyak menggunakan bahasa Inggris,” jelasnya.

Dia beralasan masih belum banyak peneliti dalam hal alih bahasa (code switching) ini. Dia berharap, hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan oleh para pengajar dan peneliti selanjutnya. Hasil riset yang diharapkan berkaitan dengan porsi penggunaan bahasa Indonesia di dalam kelas Bahasa Inggris.

Pengabdian Saat Kembali

Janji untuk mengabdi pun terlontar dari dosen Unikama ini. Sekembalinya dari studi doktor, dia berjanji akan mengabdikan diri pada pendidikan Bahasa Inggris yang ditekuninya.

“Saya akan memajukan kampus tempat saya mengabdi. Apalagi tahun ini Unikama membuka program S-2 Pendidikan Bahasa Inggris,” ucapnya.

Dia pun berjanji, dalam pengabdiannya sebagai dosen, untuk berkontribusi dalam perbaikan kualitas pengajaran melalui berbagai hal.

Kiat Mendapat Beasiswa di Luar Negeri

Wawa pun berbagi tips tentang bagaimana berhasil mendapatkan beasiswa di luar negeri. Pertama, menurutnya, perlu punya atau bergabung dengan komunitas yang memiliki tujuan sama, yakni ingin mendapatkan beasiswa studi di luar negeri.

Untuk itu, Wawa membentuk sebuah komunitas dalam grup di media sosial Facebook (FB) yang mewadahi para pemburu beasiswa (scholarship hunter).

Melalui grup itu, berbagai informasi dibagikan anggota grup mengenai program beasiswa dan pendidikan luar negeri. Selain itu, dalam grup FB yang dilabeli “Scholarship Hunters Unikama” diisi dengan status yang bertujuan membangun dan menyemangati.

“Jadi isi statusnya bukan yang galau tapi membangkitkan semangat, seperti never give up if you are tired and down, remember your dreams (jangan pernah menyerah. Jika anda lelah dan terpuruk, ingatlah akan impianmu),” ucapnya.

Hal kedua yang penting, kata Wawa, adalah meminta doa restu dari orang tua, terutama ibu. Termasuk, ibadah dan banyak bersedekah. “Usaha yang dilakukan baik lahir dan bathin,” tegasnya.

Pentingnya Kemampuan Bahasa Inggris

Menurutnya, kemampuan Bahasa Inggris sudah wajib bagi masyarakat Indonesia dalam komunitas  global. Tuntutan ini perlu disambut dengan kesiapan dalam penguasaan bahasa asing, khususnya baha Inggris.

Sebagai bahan evaluasi, menurutnya, perlu ada perbaikan dalam metode terutama dalam hal speaking (berbicara). Dalam praktik mengajar di kampus, Wawa menerapkan metode berbicara bahasa Inggris yang bersifat langsung (direct).  Mahasiswanya diberikan tugas untuk wawancara langsung dengan turis asing berbahasa Inggris.

“Contohnya, saya tugasi mahasiswa untuk berbincang dengan turis di Splendid (salah satu lokasi di Kota Malang yang banyak didiami para turis asing), direkam, dan didokumentasikan. Saya inginkan mereka berani berbicara bahasa Inggris,” paparnya.

Selain itu, kemampuan menulis dalam bahasa Inggris juga perlu dibenahi. Apalagi, lanjutnya, mahasiswa yang ingin mendapatkan beasiswa di luar negeri, harus memiliki karya berupa artikel ilmiah yang disajikan dalam bahasa Inggris dan terpublikasi.

Dalam pengajarannya, dia mempraktikkan hal itu. Para mahasiswa diberikan penugasan menulis karya ilmiah berbahasa Inggris.

“Skripsi mahasiswa dimampatkan untuk dikirimkan ke jurnal ilmiah. Ini sebagai bekal, kalau sudah pernah publikasi ilmiah, akan menjadi nilai khusus,” ungkapnya.

Kendati demikian, dia melihat kemajuan generasi muda Indonesia dalam kemampuan berbahasa Inggris. Apalagi didukung piranti teknologi gawai yang semakin memudahkan dalam belajar bahasa asing.

“Kita bisa dengan mudah belajar bahasa Inggris menggunakan gadget (gawai). Hanya tinggal bagaimana motivasi dan semangat untuk mau belajar, itu yang penting,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES