Peristiwa Nasional Ketahanan Informasi Umat

KH Ma'ruf Amin: Adanya Radikalisme karena Keliru Memahami Islam

Rabu, 22 Maret 2017 - 21:20 | 62.31k
KH Ma'ruf Amin saat memberikan Tausiyah dalam pembukaan acara Workshop
KH Ma'ruf Amin saat memberikan Tausiyah dalam pembukaan acara Workshop "Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya Bersama Media OKP dan Ormas". (Foto: Istimewa)
FOKUS

Ketahanan Informasi Umat

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Munculnya paham radikalisme dan terorisme adalah diakibatkan karena keliru memahami Islam yang Rahmatal Lil Alamin. Selain itu juga salah dalam memahami makna jihad dalam Islam.

Hal itu disampaikan Rais Aam PBNU, KH Ma'ruf Amin, saat memberikan pengarahan atau tausiyah dalam pembukaan acara Workshop "Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya Bersama Media OKP dan Ormas" yang digelar BNPT bekerjasama dengan NU Online, di Hotel Millennium, Jakarta Pusat, Rabu (22/3/2017).

BACA JUGA: LTN PBNU Gelar Workshop Menangkal Radikalisme dan Hoax

"Radikalisme dan terorisme itu harus ditangkal. Terorisme dan radikalisme itu adalah paham yang keliru memahami Islam. Selain itu, pangkalnya adalah keliru memahami jihad yang dinilai perang," kata Kiai Ma'ruf.

Padahal jelas Kiai Ma'ruf, dalam situasi damai, jihad itu bukan perang tapi adalah upaya perbaikan. "Dalam Islam, jika non muslim sudah ada perjanjian, maka tidak boleh dimusuhi. Hal ini yang jarang dipahami dan akhirnya ada distorsi pemahaman Islam," katanya.

KH-Maruf-aminEqayo.jpg

Pemahaman perang itu tidak bisa dipakai dalam tempat dan waktu yang sudah damai. Misalnya, Indonesia sudah damai. Maka tak penting untuk perang apalagi jihad.

"Dalam menyampaikan pesan itu dalam islam harus berlaku santun. Tidak keras. Mengajak tidak boleh memaksa. Mengajak dengan baik dan toleran. Karena Islam itu toleran. Walau beda agama tetap bersaudara," jelas kiai yang juga menjabat Ketua Umum MUI itu.

Selanjutnya harap Kiai Ma'ruf, adalah saling menyayangi dan mencintai. Dari itu, NU terus mengembangkan tiga Ukhuwah. Ukhuwah Islamiyah, Whataniyah dan Ukhuwah Insaniyah atau Basyariyah.

"Mawaddah wa rahmah harus terus dibangun agar mendapat sakinah. Kehidupan seperti tubuh yang satu sama lainnya saling melengkapi. Satu sakit, sakit semua. Trilogi ukhuwah itu harus terus dijaga," pesan Kiai ma'ruf di depan ratusan warga NU yang jadi peserta Workshop itu.

Selain itu, Kiai Ma'ruf kembali menjelaskan makna jihad dan teror. Bahwa dua kata itu adalah ha yang berbeda. "Radikalisme itu teror, bukan jihad. Radikalisasi banyak dilakukan melalui media. Yang awalnya pemuda pendiam, tapi tiba-tiba jadi radikal. Hal itu ternyata belajar radikal dari media sosial dan sejenisnya," katanya.

Karena itu, NU harus mereradikalisasi. Hal itu jelas memang tidak mudah. Membutuhkan waktu yang lama. Tapi harus terus dilakukan. "Jika tidak bisa, apa boleh buat, ya harus diambil langkah selanjutnya," kata Kiai Ma'ruf sembari tersenyum.

KH-MarufQZzBD.jpg

Diakhir tausiyahnya, Kiai Ma'ruf berharap semoga Workshop yang berlangsung 22-24 Maret yang di ikuti pempinan media, OKP dan Ormas itu bisa menghasilkan dan berdampak besar kepada publik.

"Kita terus kuatkan persatuan dan kesatuan. NKRI adalah harga mati bagi rakyat Indonesia," tegas Kiai Ma'ruf. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES