Peristiwa Daerah

Selat Bali Lahirkan Inspirasi

Senin, 24 Oktober 2016 - 18:05 | 145.38k
Selat Bali terpantau dari udara. (TIMES Indonesia).
Selat Bali terpantau dari udara. (TIMES Indonesia).

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sekitar pukul 13.10 WIB, Jumat, 4 Maret 2016, kapal motor KMP Rafelia II, tenggelam dengan total 81 penumpang beserta muatan yang terdiri dari dua unit truk besar, satu unit pick up, empat unit truk tronton, 18 unit truk sedang, dan empat kendaraan kecil. Dari seluruh penumpang, 76 orang bisa dievakuasi dan diselamatkan.

Kabar tersebut adalah kabar duka mendalam bagi banyak pihak. Terutama keluarga korban. Kabar tenggelamnya kapal Rafelia itu cepat tersiar. Semua media, mulai dari media online, Televisi, Radio dan media cetak terfokus pada kejadian tersebut.

bali-1Vn521.jpg

Semua jurnalis merapat untuk memberikan informasi ke publik atas duka tersebut. Bantuan pencarian untuk menyelamatkan korban langsung dilakukan. Mulai Tim SAR, personel Satpolair bersama masyarakat nelayan di lokasi selat Bali, Kabupaten Banyuwangi ikut serta melakukan pencarian.

BACA JUGA: Polres Banyuwangi Usung Tema 'Change Mindset'

Diketahui, dari seluruh tim SAR dan pihak lainnya yang melakukan pencarian, pertama yang berhasil menemukan jenazah korban di laut adalah seorang pria muda, yang sejak kecil menjadi nelayan. Dia bernama Wagimin, yang masih berumur 27 tahun.

Wagimin adalah seorang nelayan yang tinggal di Dusun Paras Putih, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorjo, Kabupaten Banyuwangi. Dia hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Namun, kemampuan menyelamnya sudah bergelar master. Karena mampu bertahan lama berada di dalam air, tanpa menggunakan alat apapun.

“Saya yang menemukan pertama kali kondisi jenazah korban kapal Rafelia. Di lokasi itu, ada banyak jenazah penumpang. Saat itu, saya langsung mengangkatnya dan memberitahu ke tim SAR,” kisah Wagimin.

Pengetahuan menyelam di laut, sudah dijalani Wagimin sejak kecil. Dia dididik langsung oleh bapaknya, Wiyanto. Sejak kecil dia juga sudah dididik menjadi pengebom ikan dan pencuri terumbu karang. “Sejak kecil saya sudah jadi pengebom ikan dan pencuri terumbu karang,” akaunya.

bali-27T4DH.jpg

Namun, saat itu, Wagimin sudah insyaf tak lagi menjadi pengebom ikan. Dia menyadari jika perbuatannya melanggar Undang-Undang. “Saya dan banyak nelayan lainnya yang kerjanya ngebom ikan di Selat Bali, sudah mulai insyaf, tak lagi melakukan itu. Karena polisi terus mengejarnya,” cerita Wagimin.

Ditelusuri lebih lanjut, ternyata Wagimin memang tak lagi sebagai pengebom ikan di laut. Tapi sudah berubah profesi menjadi pemandu wisata di pantai yang dikelolanya di Watudodol. Dia insyaf dan bekerja menjadi pengelola wisata karena pola pikirnya sudah berubah. Tahun 2016 diarahkan untuk mengelola destinasi wisata pantai di Watudodol.

Dari data yang ada, melakukan pengeboman bagi nelayan di Kecamatan Wongsorjo, sudah menjadi tradisi sejak masa nenek moyangnya. Mata pencaharian warga dari laut dengan cara mengebom ikan. Mereka tak mengerti jika tindakannya melanggar hukum. Selain itu juga tani.

Melihat kondisi tersebut, Polres Banyuwangi langsung bertindak bagaimana ikan dan terumbu karang yang ada di Selat Bali tidak rusak dan ikannya tidak musnah. Cita-cita suci pelestarian laut dan habitatnya itu menjadi salah satu program prioritas Polres Banyuwangi. Pelaku pengebom ikan banyak yang ditangkap. Namun, tak membuat rasa jera.

bali-3DUmJ2.jpg

Kondisi itu, membuat Polres Banyuwaungi semakin tertantang bagaimana nelayan merasa sadar. Akhirnya, lahir pendekatan dengan cara “Change Mindset”, yakni merubah pola pikir nelayan. Tapi tidak hanya sekedar berubah pola pikir. Namun, juga memberikan solusi yang akan menjadi sumber pencaharian para nelayan di sekitar pantai.

Melihat pontensi pantai dan keindahan Selat Bali cukup luar biasa, bisa menarik wisatawan, baik local maupun mancanegara, digagaslah pantai di Watudodol sebagai salah satu destinasi wisata dengan dikelola langsung oleh warga setempat. Para mantan bomber ikan menjadi pengelola pantai tersebut.

TIMES Indonesia.co.id, yang merupakan media online berjejaring nomor 1 di Indonesia, dengan memiliki jaringan 220 media online di Indonesia dan Malaysia, Singapura, Hongkong dan Australia, menilai menarik untuk menulis perjuangan penuh dengan tantangan dan harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan itu, menjadi sebuah buku kecil, yang menceritakan secara lengkap perjalanan Polres Banyuwangi memberantas Bomber ikan dan perusak terumbu karang di Selat Bali.

bali-4UweF.jpg

Selain itu, dalam buku ini juga mengupas secara utuh bagaimana penerapan strategi“Change Mindset” yang dilahirkan oleh Kapolres Banyuwangi AKBP Budi Mulyanto, S.I.K, MH. Dibanyak institusi kepolisian, tidak semua menerapkan strategi “Change Mindset”dengan sempurna dan sukses. Dengan buku kecil ini, Polres Banyuwangi, berharap banyak institusi kepolisian di banyak daerah menerapkan “Change Mindset” saat menangani kasus.

TIMES Indonesia.co.id, sebagai media online yang mengusung Trilogi Jurnalisme Positif, yakni Building, Inspiring, Positive Thinkingmerasa terpanggil untuk ikut serta mengkampanyekan “Change Mindset” yang dilahirkan Polres Banyuwangi.

“Menangkap pelaku kejahatan memang tugas polisi. Tapi berjuang menyadarkan pelaku kejahatan adalah prestasi polisi untuk negeri. Itu nilai dan buah dari Change Mindset,” kata AKBP Budi Mulyanto.(*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES