Olahraga Liga Santri Nusantara 2016

Joko Driyono: Liga Santri Punya Ritual yang Luar Biasa

Minggu, 23 Oktober 2016 - 16:35 | 62.68k
Joko Driyono, Direktur Torabika Soccer Championship saat menghadiri pengarahan umum kepada 32 pelatih dan manager kompetisi Liga Santri Nusantara 2016, di Asrama Haji Yogyakarta (22/10/2016). (Foto: Senda/ TIMES Indonesia)
Joko Driyono, Direktur Torabika Soccer Championship saat menghadiri pengarahan umum kepada 32 pelatih dan manager kompetisi Liga Santri Nusantara 2016, di Asrama Haji Yogyakarta (22/10/2016). (Foto: Senda/ TIMES Indonesia)
FOKUS

Liga Santri Nusantara 2016

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Liga Santri Nusantara (LSN) yang sudah berjalan dua edisi menjadi babak baru dalam dinamika persepakbolaan di Indonesia. Liga amatir yang awalnya terkesan asal-asalan, karena pesertanya dari kalangan pesantren ternyata mampu menghadirkan optimisme di tengah amburadulnya kompetisi dan federasi sepak bola tanah air.

Liga Santri tidak akan bisa semegah gelaran Liga Indonesia atau yang sekarang Indonesia Soccer Championship, karena digelar di lapangan-lapangan kampung atau maksimal stadion tingkat kabupaten. Namun, dibalik itu, Liga Santri menawarkan hal yang berbeda. Liga Santri mampu menawarkan sebuah kompetisi yang dilandasi dari hati.

BACA JUGA: Panitia LSN: Peserta Dipastikan Hadir Semua

Hal ini diakui oleh seorang Joko Driyono, Direktur Indonesia Soccer Championship.

Pria yang sudah malang melintang di dunia sepakbola Indonesia sejak Liga Indonesia hingga Liga Super Indonesia menyebut ada nilai-nilai penting seperti disiplin dan respek dalam Liga Santri yang membuatnya kompetisi yang digagas Menteri Pemuda dan Olah Raga ini istimewa.

“Ada ritual penting dalam LSN yakni tak ada marah meski diberi kartu merah malah cium tangan bayangkan kalau itu terjadi di ISL/IPL maka hal itu akan menjadi ritual yang luar biasa,” kata Joko saat hadir dalam pertemuan manajer dan pelatih tim LSN jelang putaran 32 besar seri Nasional di Yogyakarta, Sabtu (22/10/2016).

Lebih lanjut, Joko mengatakan, keputusan Menpora membekukan PSSI dan membentuk LSN merupakan bentuk protes terhadap sistuasi sepak bola nasional.

“Saya rasa bentuk putus asa dan kejengkelan masyarakat Indonesia terhadap sepakbola nasional, LSN sindiran maut bagi sepakbola Indonesia” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, Joko juga berbicara tentang kompetsi, victori atau kemenangan dan integritas dalam sebuah laga sepakbola.

Menurutnya Kompetisi harus dijalankan sekurang kurangnya empat atau lima elemen. Pertama harus ada role atau regulasi. Elemen berikutnya harus ada tim yang baik yang merupakan inti dari kompetisi.  Tak kalah penting juga adanya  perangkat pertandingan.

“Yang terakhir adanya even organition atau panitia, di dalam olaharaga panitia memiliki dua tugas, pertama manyangkut pelaksanaan even, dan kedisiplinan even”, urainya.

Yang kedua terkait Victory menurut Joko, sebuah kemanangan yang tak hanya diartikan meraih juara tetapi lebih jauh dan bijaksana kemenangan harus diartikan terhadap hal yang lebih filosofis.

“Kemenangan  dalam sepakbola harus diterjemahkan dalam arti luas, misalnya berhasil menbangun kedispilinan pemain, berhasil menggaet komunitas yang lebih besar itulah kemenangan yang harus kita jadikan pemahaman," ucapnya.

Joko lanjut menjelaskan elemen ketiga dari sebuah ajang olaharaga sepakbola yakni integritas. Menurutnya  makna integritas  dalam sepakbola adalah displin, fair play, dan respect. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES