Wisata

Ritual Ngiring Kucing, Cara Warga Sumber Probolinggo Meminta Hujan yang Berkah

Sabtu, 08 Oktober 2022 - 16:14 | 84.59k
Warga dengan dipandu dukun pandita, memandikan kucing hitam dengan air suci dalam Ritual Ngiring Kucing di Desa Wonokerso, Kabupaten Probolinggo, Jatim. Ini adalah ritual untuk meminta hujan yang berkah (foto: Iwan for TIMES Indonesia)
Warga dengan dipandu dukun pandita, memandikan kucing hitam dengan air suci dalam Ritual Ngiring Kucing di Desa Wonokerso, Kabupaten Probolinggo, Jatim. Ini adalah ritual untuk meminta hujan yang berkah (foto: Iwan for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Warga Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, punya ritual khusus untuk meminta hujan kepada Yang Maha Kuasa. Namanya Ritual Ngiring Kucing. Dengan ritual ini, warga berharap mendapatkan hujan yang penuh berkah. Bukan yang membawa bencana.

Ritual Ngiring Kucing ini, hanya ada dua desa. Yaitu Desa Wonokerso, dan Desa Sumberanom. Sumber lain mengatakan, ritual meminta hujan itu juga ada di Desa Gemito. Ketiganya masuk Kecamatan Sumber, yang berada di Pegunungan Tengger.

Sesuai dengan namanya, Ritual Ngiring Kucing memerlukan kucing. Kucing yang harus ada dalam prosesi ini adalah kucing hitam polos. “Yang tidak ada putih-putihnya di badannya,” kata tokoh masyarakat Wonokerso, Suliono, kepada TIMES Indonesia.

Dalam Ritual Ngiring Kucing, kucing hitam yang telah dipersiapkan, diletakkan di atas kuda kencak dan diarak dari rumah kepala desa menuju Sanggar Pamujan. Diiringi musik ketipung, arak-arakan ini diikuti oleh warga desa yang membawa sesajen dan dawet.

Karena ada arak-arakan inilah, Ritual Ngiring Kucing di Kecamatan Sumber ini, juga disebut dengan Ritual Ngarak Kucing.

Suliono mengatakan, Ritual Ngiring Kucing di Desa Wonokerso dilakukan ketika akan memasuki musim hujan. Waktu pelaksanaannya ditentukan oleh dukun pandita dengan pakem yang telah berjalan turun-temurun.

Untuk Desa Wonokerso, Ritual Ngiring Kucing dilaksanakan setiap Jumat legi. Sedangkan di Desa Sumberanom, dilaksanakan setelah Wonokerso. Yakni pada Senin legi. “Yang menentukan dan memandu ritual dukun pandita,” kata mantan Kades Wonokerso ini.

Dengan pakem ini, jika Ritual Ngiring Kucing di Desa Wonokerso dilaksanakan pada Jumat (7/10/2022), maka ritual yang sama akan dilaksanakan di Desa Sumberanom pada Senin (17/10/2022). Terpaut 10 hari.

Prosesi Ritual

Rangkaian acara Ritual Ngiring Kucing dimulai dari rumah kepala desa. Di sini, warga berkumpul dengan membawa sesajen dan dawet yang terbuat dari dari tepung keladi atau tepung ganyong. Kuda kencak juga ada di sini.

Ritual-Ngiring-Kucing-2.jpgDukun pandita membaca mantra dalam Ritual Ngiring Kucing di Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo (foto: Iwan for TIMES Indonesia)

Dengan panduan dukun pandita, arak-arakan dimulai. Kucing hitam dibungkus dalam karung goni. Kemudian diletakkan di atas kuda kencak dan diarak dari rumah kepala desa menuju Sanggar Pamujan dengan berjalan kaki.

Diiringi musik ketipung, arak-arakan ini diikuti oleh warga desa yang membawa sesajen dan dawet.

Sampai di Sanggar Pamujan, ada pertunjukan kuda kencak. Dan biasanya, upacara Ngiring Kucing ini diikuti dengan seni ojung sebagai simbul persaudaraan antar warga setempat.

Ritual Ngiring Kucing dipimpin dukun pandita desa setempat. Aneka mantra dibaca. Kemudian kucing hitam yang diarak dari rumah kepala desa, diperciki air yang ditelah dibacakan mantra, dan prosesi selesai.

Proses diakhiri dengan makan dawet bersama di Sanggar Pamujan.

Sejak proses arak-arakan dari rumah kepala desa menuju Sanggar Pamujan, Ritual Ngiring Kucing memakan waktu sekitar empat jam. “Berangkat dari rumah Pak Tinggi (kepala desa, Red) pukul 09.00. Pulang ke rumah pukul 13.00,” kata Suliono.

Warga lainnya, Sudir Supriyadi mengatakan, Ngiring Kucing dilakukan setahun sekali atas perintah dukun. Karenanya, ritual tak bisa dilakukan setiap saat. Wisatawan yang ingin melihatnya, harus mengetahui jadwalnya.

Meski demikian, upacara ini pernah mewakili Jawa Timur dalam Festival Upacara Adat di Provinsi Bali pada tahun 2011. Upacara ini juga pernah ikut pawai awal tahun pelajaran yang digelar Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo.

“Tapi itu atas izin dukun,” kata Sudir.

Bertetangga dengan Gunung Bromo

Di antara sembilan desa di Kecamatan Sumber, Desa Wonokerso dan Sumberanom dihuni oleh mayoritas umat Hindu Tengger. Desa lain yang juga dihuni oleh mayoritas Hindu Tengger adalah Ledokombo.

Ritual-Ngiring-Kucing-3.jpgPemuda desa bermain ojung dalam Ritual Ngiring Kucing di Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo (foto: Iwan for TIMES Indonesia)

Secara geografis, Desa Wonokerso dan Sumberanom berada di sisi timur Gunung Bromo yang menjadi jujugan wisatawan. Desa Wonokerso disebut sebagai desa tertinggi di Kabupaten Probolinggo.

Di desa ini, terdapat obyek wisata yang disiapkan sebagai alternatif dari wisata Gunung Bromo. Yaitu Puncak P-30 atau yang dikenal dengan sebutan Negeri di Atas Awan. Di sini, wisatawan seolah-oleh berada di atas awan dan melihat Gunung Bromo dari ketinggian.

Berdasarkan google maps, Desa Wonokerso berjarak 12 kilometer dari Terminal Sukapura dengan waktu tempuh 33 menit. Sedangkan Desa Sumberanom berjarak 35 kilometer dengan waktu tempuh 39 menit.

Sebagai ‘tetangga’ Gunung Bromo, Desa Wonokerso dan Sumberanom punya pemandangan alam yang tak kalah indah. Dua desa ini juga punya banyak seni, tradisi dan ritual. Salah satunya Ritual Ngiring Kucing untuk meminta hujan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES