TIMESINDONESIA, JAKARTA – May Day hari ini menjadi Hari Buruh Internasional yang penting untuk melahirkan perenungan panjang. Di mana dunia saat ini berada di era serba tak tentu. Era yang memiliki gelombang VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity) yang sangat kencang dan panjang.
Era dimana gelombang kecepatan perubahan menyambar nyala api perubahan dengan cepat. Di sini inovasi dan adaptasi bukanlah sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan bagi setiap buruh (pekerja) yang berhasrat bertahan dan berkembang.
Inilah mengapa, Hari Buruh Internasional, menjadi sebuah momen bukan cuma bisa merefleksi diri dengan merayakan kekuatan dan ketahanan buruh, pasca Covid ini harus lebih dari sekadar peringatan; ia adalah panggilan untuk bertransformasi dan berinovasi.
Inovasi adalah bahan bakar kemajuan, sebuah kekuatan yang memungkinkan para pekerja tidak hanya mengikuti tetapi juga menentukan arah masa depan. Seperti pelaut yang cerdik, mereka harus belajar memanfaatkan angin perubahan ini, membangun kapal yang lebih tangguh dan lebih gesit yang dapat mengarungi gelombang VUCA itu.
Di sini, tiap inovasi yang diterapkan tidak hanya meningkatkan efisiensi. Namun juga memperkaya keahlian dan meningkatkan daya saing dalam pasar global.
Di sisi lain, adaptasi adalah roda yang menggerakkan inovasi menuju tujuan yang diinginkan. Dalam gulungan sejarah yang tak henti berputar. Adaptasi merupakan tindakan menyesuaikan layar agar tidak hanya menghadapi angin kencang, tetapi juga menggunakan kekuatan angin tersebut untuk maju.
Era digital, khususnya, telah membawa kita ke depan mata gelombang Artificial Intelligence (AI) yang mengubah landskap pekerjaan. Adaptasi, dalam konteks ini, berarti lebih dari sekadar memeluk teknologi baru. Ia adalah pembelajaran ulang, peningkatan keterampilan, dan terkadang, menemukan kembali peran-peran pekerjaan kita.
Pelajaran dari sejarah dan fajar baru teknologi memberitahu kita bahwa mereka yang beradaptasi dengan cepat adalah yang pertama menuai manfaat, sementara yang terlambat sering kali tertinggal jauh di belakang. Dalam suasana pasar kerja yang semakin tidak menentu, keahlian yang sebelumnya dianggap marginal atau futuristik seperti pemrograman, data analisis, dan kemampuan digital lainnya kini menjadi penting dan sering diutamakan.
Memandang ke depan, keberanian untuk berinovasi dan fleksibilitas untuk beradaptasi adalah dua sayap yang memungkinkan buruh untuk terbang melintasi langit yang penuh dengan tantangan ini. Tidak cukup hanya dengan merindukan hari-hari ketika perubahan lebih lambat dan lebih mudah diprediksi. Waktu sekarang ini adalah kemampuan menuntut sebuah gerakan yang dinamis. Sebuah lompatan iman menuju teknologi dan metode baru yang mungkin belum sepenuhnya kita pahami.
Sebagaimana kita memperingati Hari Buruh, mari kita tidak hanya memikirkan tentang hak-hak yang telah diperjuangkan dengan susah payah. Namun juga tentang bagaimana hak-hak tersebut bisa dipertahankan dalam dunia yang berubah lebih cepat dari sebelumnya. Dengan mengedepankan inovasi dan adaptasi, buruh dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya menjadi penonton pasif di era baru ini. Namun buruh juga menjadi pemain kunci yang membentuknya.
Memperkuat diri dengan pengetahuan dan keterampilan baru, menggali kreativitas dan inovasi, serta bersikap terbuka terhadap perubahan ini adalah jalan bagi buruh untuk tidak hanya bertahan di era VUCA ini, tetapi juga untuk unggul di dalamnya. Mari kita gunakan Hari Buruh ini untuk memulai sebuah revolusi. Sebuah transformasi yang akan memastikan bahwa setiap tetes keringat yang jatuh bukanlah sia-sia, tetapi merupakan investasi untuk masa depan yang lebih cerah dan lebih berdaya bagi semua buruh. Happy May Day! (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
| Editor | : Deasy Mayasari |
| Publisher | : Rochmat Shobirin |
