Ekonomi

Rintis UMKM Non Komersial, Pasarkan Produk untuk Disabilitas

Senin, 10 Oktober 2022 - 20:12 | 59.61k
Ketua Aliansi Perempuan Disabilitas & Lansia, Sri Agustini Joekanan. (FOTO:  Instagram/Dokumen pribadi)
Ketua Aliansi Perempuan Disabilitas & Lansia, Sri Agustini Joekanan. (FOTO: Instagram/Dokumen pribadi)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Tak seperti umumnya pelaku UMKM, Sri Agustini Joekanan memproduksi kebutuhan penyandang disabilitas, seperti kaki palsu, tangan palsu dan sebagainya. Bahkan, Sri yang merintis usaha dengan bendera Anugrah Jaya Disabilitas (AJD) Bandung ini mempekerjakan para disabilitas. Produk yang dibuatnya pun tidak untuk tujuan komersial. 

“Saya mendirikan usaha ini dengan tujuan agar bisa membangkitkan semangat” disabilitas dengan karya nyata, berakhlak mulia, dan mandiri,” papar Sri Agustini Joekanan, yang juga sebagai Ketua Aliansi Perempuan Disabilitas dan Lansia.

Visi APD, lanjut Sri, salah satunya adalah untuk mengarahkan disabilitas agar setara dalam melaksanakan ibadah dan bekerja. “APD ini sudah lama beroperasi tetapi pembaharuan akte notaris di tahun 2016,” ujar Sri.

Produk-AJD.jpgProduk AJD yang dipamerkan dalam pameran Festival Saudagar Jabar. (FOTO: Djarot/TIMES Indonesia)

Sebelumnya, Sri bekerja pada perusahaan pembuat kaki palsu. Kemudian, setelah mempertimbangkan dirinya merasa mampu membuka usaha sendiri, ia pun mencoba peruntungan dengan merintis usaha APD. “Saya pikir, kenapa tidak membuka usaha sendiri agar bisa membantu sesama,”ulas Sri yang menyebut usahanya tersebut tidak terlalu komersial.

Pembeli kami tidak hanya Bandung atau Jawa Barat, tetapi sampai keluar Pulau Jawa, yakni Lampung, Riau, Maluku, dan sebagainya,” ujar Sri.

Dulu setiap ada orderan, kata Sri, prosesnya secara maklun atau diperbantukan kepada orang lain. Namun, sejak 2016, Sri sudah mampu mengerjakan sendiri.  “Saya sekarang bersama 9 orang tim produksi, yang terdiri dari 3 disabilitas dan 6 karyawan umum atau non disabilitas,”papar Sri. 

Selama ini, promosi yang ia lakukan adalah melalui sosial media seperti Facebook, Instagram, WhatsApp. Orderan pun ia dapatkan dari kemitraan, salah satunya Baznas. Baznas juga yang memberikan bantuan permodalan kepada dirinya. 

Selama ini, order yang banyak diminta adalah kaki palsu. Selanjutnya, ada permintaan dibuatkan tangan palsu dan lain-lain. 

kaki-palsu-kepada-pengorder.jpgKaryawan AJD sedang memasangkan kaki palsu kepada pengorder. (FOTO Instagram/Dokumen pribadi)

Sri menjelaskan bahwa berdasarkan standardisasi atau peraturan dari Kementerian Kesehatan, kaki palsu yang dibuat harus dirasakan nyaman oleh penggunanya. Karena itu, sebaiknya kaki yang bersangkutan diukur terlebih dahulu sebelum dibuatkan kaki palsu. 

Bagi pengorder kaki palsu yang berada di luar pulau Jawa atau domisilinya jauh, Sri biasanya memastikan pemesan kaki palsu sebanyak 10-20 orang. “Tak jarang ada orderan dari lembaga sosial di daerah luar Pulau Jawa, seperti di Riau, kami pastikan ordernya banyak karena harus diukur terlebih dulu. Dari jumlah itulah saya bisa menyisihkan biaya transportasi dan akomodasi untuk timnya yang ke sana,” jelasnya. 
 
Karena itu, Sri menentukan jumlah tertentu bagi pemesan, terutama yang mengajukan adalah lembaga sosial agar ia pun bisa menghitung biaya operasional. “Seperti yang saya katakan bahwa usaha ini tidak sepenuhnya komersial,” jelasnya.

Selain itu, untuk hal yang berkaitan dengan tubuh, tulang, ortopedi, dan lainnya, itu   harus diukur ke pasiennya. “Tak bisa dikira-kira karena keterbatasan jarak, misalnya. Jika hasil kaki palsu tidak nyaman dipakai, mereka bisa kecewa,” jelasnya.

Menurut Sri, rata-rata produk yang dibuat dalam sebulan mencapai 15 kaki palsu. Jumlah tersebut sudah bisa menutupi bkiaya bahan baku, operasional dan gaji SDM.”Terutama untuk biaya listrik akibat pemakaian alat oven yang memerlukan daya yang besar,”ujar Sri. 

Tidak bisa dipungkiri dengan kondisi harga BBM naik, otomatis harga bahan baku pun jadi naik. Namun, jika ia naikkan harga jual, pembeli pun banyak yang keberatan.Akhirnya, ia pun harus bisa menyiasati keadaan. “Orderan sekarang terbilang biasa saja, berbeda ketika waktu masa pandemi, kami bisa kebanjiran order,” papar Sri. 

Pada saat pandemi, Sri harus keliling menuju tempat atau domisili pemesan karena pada masa itu orang-orang membatasi untuk keluar rumah.”Orderan di masa pandemi selama setahun banjir order. Ini berkah pandemi,” ungkap Sri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES