Peristiwa Daerah

Pemberantasan Sarang Nyamuk Kendor, Nyamuk Aedes Aegypti Ngamuk di Bantul

Minggu, 09 Oktober 2022 - 10:22 | 51.09k
Ilustrasi nyamuk DBD. (FOTO: Pinterest)
Ilustrasi nyamuk DBD. (FOTO: Pinterest)

TIMESINDONESIA, BANTUL – Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan ditengah intensitas hujan yang semakin tinggi. Alasannya, saat musim hujan ini memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak termasuk nyamuk Aedes aegypti yang merupakan sumber penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Diduga karena kelengahan masyarakat dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), kasus DBD di Kabupaten Bantul, Yogyakarta melonjak hingga 802 kasus sepanjang September 2022.

"Di Bantul, sampai September ada 802 kasus, dengan tiga kematian karena DBD. Jika dibandingkan tiga tahun yang lalu, jumlah kasus tahun ini naik dua kali lipat. Kenapa tiga tahun, karena dua tahun kemarin kita tak bisa melakukan pembandingan karena tertutup kasus Covid-19," ungkap Kepala Bidang (Kabid) Penanggulangan Penyakit Dinkes Pemkab Bantul dr. Sri Wahyu Joko Santoso, Minggu (9/10/2022).

Sri Wahyumenjelaskan, saat ini curah hujan sudah lumayan sering dengan tingkat kelembaban yang tinggi.

Pria yang akrab disapa dokter Oki ini menyatakan, setelah dilakukan pendalaman, tiga kasus kematian karena DBD ini bukan diakibatkan karena keterlambatan penanganan medis dan bukan karena keterlambatan merujuk dari faskes. Namun hal itu lantaran keterlambatan masyarakat dalam melakukan pemeriksaan diri.

""Yang tiga orang itu datang saat fase kritis, panas hari kelima, keenam baru diperiksakan. Kalau sudah seperti itu, upaya medis sudah maksimal. Jadi tiga kasus meninggal ini semua karena terlambat masuk ke puskesmas maupun rumah sakit, sudah dalam keadaan fase kritis. Padahal mereka sudah dianjurkan untuk segera, tapi menunggu dan menunggu," ujarnya.

Adapun dalam kasus DBD, fase kritis akan muncul di atas hari keempat demam. Selama hari kedua sampai keempat, warga masyarakat harus cepat melakukan pemeriksaan. 

Melihat kondisi cuaca dan sudah banyaknya pasien DBD, Oki pun meminta masyarakat kembali mengaktifkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M menguras, mengubur dan menutup agar kasus DBD bisa dikendalikan.

"Dalam dua tahun belakangan, kasus demam berdarah mulai diabaikan masyarakat, padahal promosi dan edukasi tentang demam berdarah dan PSN tetap berjalan," jelasnya.

Masyarakat dinilai sudah mengendorkan PSN. Terlihat sebelum pandemi Covid-19, Kapanewon Sewon, Kasihan dan Banguntapan berada di peringkat 10 besar jumlah kasus DBD.

Namun di tahun ini tiga kapanewon tersebut berada di ranking tiga teratas se-Kabupaten Bantul dalam jumlah kasus DBD.

"Artinya kemungkinan faktor kendornya PSN sudaj muncul lagi. Masyarakat melupakan PSN. Kalau dulu PSN kenceng, DBD bisa dikendalikan, tapi sekarang naik lagi," tuturnya.

Selain kendornya PSN, Oki juga menduga banyak masyarakat menganggap demam yang dirasakan adalah Covid-19. Sedangkan saat ini tingkat keparahan Covid-19 sedang mengalami penurunan.

"Masyarakat menganggap istirahat saja sudah cukup. Sehingga saat mendapat layanan kesehatan dalam kondisi yang sudah terlambat," sesalnya.

Pemkab Bantul melalui Dinas Kesehatan bersama World Mosquito Program (WMP) saat ini tengah menjalankan program bertajuk Wolbachia wis Masuk Bantul atau WOW Mantul.

Sejak Mei 2022, Dinkes Pemkab Bantul bersama WMP menyebar ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia, dengan demikian nyamuk ber-wolbachia yang menetas dapat kawin dengan nyamuk lokal dan dapat mematikan virus dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Wolbachia, saat ini disebar di 11 kapanewon, angka populasi baru di angka 44 persen dari target 60 persen. Kita akan melakukan evaluasi pada awal Desember nanti. Kita harapkan target populasi 60 persen nyamuk wolbachia bisa tercapai Desember nanti dan itu akan terus bertumbuh di tahun berikutnya," urainya. 

Namun demikian, nyamuk ber-wolbachia disebutnya adalah teknologi terapan dan merupakan upaya pendukung dan bukan yang utama untuk menekan kasus DBD.

"Yang utama dalam pengendalian nyamuk Aedes aegypti, jadi tetap harus PHBS dan PSN yang perlu kita tingkatkan dan lakukan rutin," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES