Kopi TIMES

Menatap Masa Depan Sepakbola Indonesia

Kamis, 06 Oktober 2022 - 10:00 | 33.30k
Nadhiroh, S.Sos.I, M.I.Kom, penikmat sepakbola, Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIMAS Wonogiri.
Nadhiroh, S.Sos.I, M.I.Kom, penikmat sepakbola, Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIMAS Wonogiri.

TIMESINDONESIA, WONOGIRI – Sedih dan prihatin. Banyak pihak menyayangkan tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang. Apalagi mengingat ancaman FIFA yang menghadang. Benar-benar pukulan berat bagi dunia persepakbolaan Indonesia.

Tragedi Stadion Kanjuruhan terjadi setelah laga derby Jawa Timur, Arema FC kontra Persebaya Surabaya pada lanjutan Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam WIB.

Seperti diberitakan www.timesindonesia.co.id, Minggu (2/10/2022), Indonesia terancam menerima sanksi dari FIFA sebagai imbas dari Tragedi Stadion Kanjuruhan, usai laga Arema FC VS Persebaya Surabaya. Periswtiwa Stadion Kanjuruhan ini mengakibatkan 130 orang meninggal dunia.

Sedikitnya ada tujuh ancaman FIFA. Pertama, seluruh pertandingan liga Indonesia dibekukan 8 tahun. Kedua, keanggotaan Indonesia di FIFA dicabut. Ketiga, Piala Dunia U-20 di Indonesia akan dibatalkan. Keempat, Timnas Indonesia dilarang main di Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-20.

Kelima, poin Ranking FIFA Timnas Indonesia dikurangi. Keenam, kompetisi Liga Indonesia tanpa penonton. Ketujuh, klub Indonesia dilarang bermain di AFC Cup dan Liga Champions Asia. 

Mencermati ancaman-ancaman itu, rasanya sangat menyesakkan dada. Apalagi di tengah-tengah atmosfer Timnas yang sedang terus berkembang. Olahraga mengolah si kulit bundar ini sangat merakyat. Banyak yang senang menonton aksi apik, cantik dan menarik para pemainnya. Selain sebagai sarana menyalurkan hobi, sepakbola menjadi hiburan bagi sebagian masyarakat.

Bagaimanapun yang sudah terjadi tidak bisa diubah. Penulis tak bermaksud menyalahkan siapapun. Peristiwa itu menjadi pembelajaran bersama para pecinta sepakbola, penyelenggara, pihak keamaanan dan seluruh pihak yang terlibat. 

Pertama, bagi suporter, tragedi itu bisa diambil hikmahnya. Di dalam permainan pasti ada menang dan kalah. Jika menang siapapun pasti akan merasa senang. Namun, apabila kekalahan menghampiri, kondisi itu jarang bisa diterima. Berusalah legawa apabila memang kalah. Filosofi Jawa menyebutkan menang ora umuk, kalah hora ngamuk (menang tidak sombong, kalah tidak marah atau sampai mengamuk).

Seperti banyak diinformasikan di berbagai media bahwa kejadian di Kanjuruhan bukan tawuran antar suporter. Namun, berawal dari kekecewaan penonton karena Arema kalah dari Persebaya. Kecewa boleh saja tapi tetap berusahalah legowo. Jangan sampai tidak bisa menerima kenyataan karena memburu ego sendiri ingin menang.

PR bagi seluruh elemen masyarakat untuk mengedukasi penonton. Orangtua yang mengetahui anaknya akan menonton pertandingan sepakbola bisa mewanti-wanti atau. menasihati agar turut menjaga situasi kondusif. Para guru pun bisa ikut mengedukasi generasi milenial tentang perlunya menjaga sportivitas. Tidak hanya pada sepakbola. Menjunjung tinggi sportivitas pada semua kompetisi. Perlu diramu bagaimana upaya terbaik mengedukasi penonton agar lebih bijaksana menyikapi hasil pertandingan.

Kedua, bagi panitia penyelenggara pertandingan tim-tim besar biasanya memang menarik minat banyak penonton. Terkadang, sebagian panitia penyelenggara akhirnya melampaui batas jumlah penonton yang setujui. Sebab, semakin banyak tiket yang terjual tentu pundi-pundi rupiah kian bertambah. Namun, perlu dipertimbangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi apabila penonton melampaui kuota yang ditentukan.

Ketiga, tim pengamanan baik dari panitia penyelenggara/pelaksana maupun dari TNI/Polri. Tentunya tim pengamanan berharap pertandingan dan seluruh yang hadir terjaga keamanannya.  Perlu ada informasi menyeluruh mengenai prosedural pengamanan (SOP) sehingga ada persamaan persepsi. 

Sebagaimana banyak diinformasikan banyak sumber, bahwa penggunaan gas air mata oleh polisi menjadi salah satu penyebab banyaknya korban. Padahal, FIFA melarang penggunaan gas air mata di stadion seperti disebutkan dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations.

Pelarangan penggunaan gas air mata dan senjata api tertulis dalam Pasal 19 b. "No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau gas pengendali massa tidak boleh dibawa atau digunakan). 

Kita tengah menanti hasil komunikasi PSSI kepada FIFA selaku induk sepakbola dunia. Sebagai pecinta dan penikmat sepakbola tentu berharap agar FIFA tak memberi sanksi kepada Indonesia. Banyak persiapan yang dilakukan PSSI untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023. Berbagai kompetisi juga sedang banyak diselengarakan.

Penggemar sepakbola pun tentu akan merasa bersedih jika FIFA menjatuhkan sanksi. Apalagi jika itu dipukul merata untuk seluruh tim sepakbola. Tentu akan merugikan banyak pihak. Termasuk menghambat prestasi pesepakbola Indonesia. Semoga tragedi Stadion Kanjuruhan benar-benar menjadi pelajaran berharga untuk menatap masa depan sepakbola Indonesia yang lebih baik dan berprestasi. Pray for Kanjuruhan.

***

*) Oleh: Nadhiroh, S.Sos.I, M.I.Kom, penikmat sepakbola, Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIMAS Wonogiri.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES