Peristiwa Nasional

Tragedi Stadion Kanjuruhan, Detik-Detik Mencekam Aremania Saat Selamat dari Penembakan Gas Air Mata

Minggu, 02 Oktober 2022 - 18:14 | 56.81k
Aremania turun ke lapangan setelah kecewa timnya mengalami kekalahan atas Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang. Sabtu (1/10/2022). (FOTO: Tria Adha/TIMES Indonesia)
Aremania turun ke lapangan setelah kecewa timnya mengalami kekalahan atas Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang. Sabtu (1/10/2022). (FOTO: Tria Adha/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGTragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan ratusan orang menjadi peristiwa yang tak terlupakan oleh suporter Arema, salah satunya yang dialami oleh Aremania asal Bareng Raya, Klojen, Kota Malang bernama Doni (43).

Ia menceritakan bagaimana detik-detik mencekam saat gas air mata dilontarkan ke Tribun 14, lokasi Doni dan anaknya yang masih berusia 10 tahun berada.

Doni mengatakan setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya usai dengan skor akhir 2-3, sejumlah penonton di tribun belakang gawang mulai turun ke lapangan.

"Yang di depan score juga ikut turun itu, kayaknya mau salaman sama pemain. Yang lain akhirnya ikut turun," ujar Doni, Minggu (2/10/2022).

Diakui Doni, lokasi tribun 14 tak ada suporter yang turun ke lapangan. Untuk yang melempar botol ke lapangan, diakuinya memang ada.

Kala itu, anak dari Doni sudah memintanya untuk turun keluar stadion. Namun, Doni mengatakan bahwa masih antri karena ramai suporter.

"Anak saya ngajak turun karena mau buang air kecil. Saya bilang nanti dulu antre soalnya," imbuhnya.

Tapi, tak berselang 10 sampai 15 menit, tiba-tiba gas air mata dilontarkan oleh sejumlah aparat keamanan ke tribun lokasi Doni dan anaknya berdiri.

"10-15 menit itu ditembak gas ke arah Tribun, ya langsung semburat ke arah pintu keluar. Saya panik, anak saya dekap sambil pegang tembok. Itu kedorong penuh desak-desakan," bebernya.

Diketahui, Doni merupakan saudara dari pasangan suami istri (pasutri) yang meninggal dunia dan meninggalkan seorang anak berusia 11 tahun.

Doni mengaku bahwa antre di pintu keluar bisa mencapai setengah jam. Ia sudah merasa perih dan sesak terkena gas air mata. Tapi, bagaimana pun Doni harus melindungi anaknya.

"Pas keluar saya titipkan anak saya. Mau masuk lagi gak bisa. Terus saya lihat saudara saya digotong keluar sama suporter, keadaan sudah wafat," tuturnya.

Ia menyebutkan sebelumnya tak ada firasat buruk atas kejadian yang menimpa saat ini. Tapi, Doni sangat menyayangkan kenapa gas air mata di tembakkan ke arah tribun penonton.

"Kok gak mikir ada anak kecil atau perempuan. Kalau gak ada tembakan ya diam dan kalau sepi ya turun. Kenapa kok ditembak ke tribun," ucapnya.

Dengan adanya kejadian ini, usut tuntas dan pertanggungjawabkan apa yang telah terjadi saat ini. Apalagi, saudara Doni juga menjadi korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. "Saya aneh, gak ada suporter tamu, tapi kok se brutal itu. Ini nyawa. Saya keluar banyak mayat berserakan di area stadion," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES