Gaya Hidup

Memupuk Regenerasi, Bebaskan Calon Pengrajin Batik Berkreasi

Minggu, 02 Oktober 2022 - 12:37 | 35.68k
Seorang pengunjung mall melihat koleksi batik dan mencoba mencanting di Batik Corner Dekrasnada Kota Kediri di Kediri Town Square (yobby/Times Indonesia)
Seorang pengunjung mall melihat koleksi batik dan mencoba mencanting di Batik Corner Dekrasnada Kota Kediri di Kediri Town Square (yobby/Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, KEDIRIBatik tumbuh dan berkembang tidak hanya sebagai fashion tapi juga menjadi identitas di beberapa daerah. Menjaga eksistensi batik, sama dengan menjaga identitas dan tradisi budaya suatu daerah. 

Untuk melestarikan batik, regenerasi pembatik atau pengrajin menjadi suatu hal yang penting. Eksistensi batik hingga masa kini merupakan salah satu bukti batik bisa eksis mengikuti perkembangan jaman namun tetap saja generasi pembatik baru harus tetap terbentuk. 

Pengrajin batik asal kota Kediri Kasiana, yang juga Ketua Paguyuban Pengrajin Batik Kota Kediri mengungkapkan anak didik serta mereka yang magang di rumah batik Wecono Asri miliknya selalu diberikan kebebasan untuk berkreasi. 

Para calon pengrajin batik itu diajak untuk menuangkan apa yang disukai ke dalam bentuk motif batik. Terutama yang terkait dengan kearifan lokal atau ciri khas kota Kediri. Batik Wecono Asri sendiri dikenal dengan motif landmark Kota Kediri, Panji Galuh, Jembatan Brawijaya, Topeng Panji, Macan Putih, Getuk Pisang hingga motif Pecel. 

Batik masa kini, ditambahkan Anna - sapaan akrabnya, tidak harus selalu mengikuti motif yang sudah ada tapi juga perlu untuk mengikuti perkembangan jaman. 

"Tidak harus membatik motif yang seperti jaman dulu. Sekarang ini jaman now, harus mengikuti anak-anak jaman sekarang," tuturnya Sabtu (01/10/2022) malam. 

Batik-2.jpgPengrajin batik Kota Kediri Kasiana memperlihatkan salah satu batik karyanya (Foto: Yobby/Times Indonesia)

Mereka yang magang di batik Wecono Asri, menurut Kasiana tidak hanya pelajar SMA/SMK dan mahasiswa tapi juga datang dari kalangan guru, baik guru tingkatan sekolah dasar sampai tingkatan menengah atas. Pengenalan batik juga dilakukan dengan memberi edukasi di sekolah-sekolah. 

"Bukan hanya muridnya. Tapi juga guru-gurunya juga harus diberi diedukasi. Kalau di sekolah pengenalan mulai dari TK. Kita kenalkan batik, ini warisan leluhur. Kalau dari orang tua dulu tidak berjalan, jadi kita masuk dari anak-anak," tambah Kasiana lagi.  

Dari kelima anak Kasiana, 3 diantaranya sudah mulai bergerak di dunia batik. Saat ini sendiri batik Wecono Asri saat ini memiliki sekitar 10 orang staf yang bertugas mulai dari desain, nyanting (merekatkan malam ke motif batik), pewarnaan, melorot (proses menghilangkan/membersihkan malam usai pewarnaan), produksi dan pemasaran. 

Dari kesepuluh orang itu dua diantaranya berusia 19 tahun dan baru saja menyelesaikan kuliah mereka. Keduanya bertugas membantu untuk menuangkan ide-ide dari Kasiana untuk menjadi sebuah motif batik di atas kain. Dua desainer itu bahkan sudah ikut menjadi bagian dari Wecono Asri sejak lulus sekolah. 

Batik-3.jpgSeorang pengunjung mall melihat koleksi batik dan mencoba mencanting di Batik Corner Dekrasnada Kota Kediri di Kediri Town Square (Foto: Yobby/Times Indonesia)

"Karena susah mendarah daging. Keduanya itu sudah lulus kuliah, sudah kerja, sepulang kerja dia masih mau ikut disini," tutur Kasiana. 

Setiap bulannya sendiri Batik Wecono Asri memproduksi sekitar 40-50 potong kain batik. Untuk penjualan sendiri, batik ini telah terjual sampai luar negeri seperti dari Australia dan Prancis.  Setiap kain sendiri memiliki masa produksi yang berbeda, tergantung pada kepadatan gambar. Seperti motif kembang setaman yang bisa memerlukan waktu hingga 3 bulan untuk diselesaikan. 

Kasiana yang memulai usaha batik sekitar tahun 2007 itu juga menuturkan saat ini banyak anak didiknya yang telah berhasil dan membangun sentra batik sendiri. Untuk mereka yang baru bergabung untuk magang bakal mendapatkan bimbingan secara bertahap. Mulai dari tingkat dasar dengan mengenal  peralatan yang digunakan untuk membatik. 

Untuk sukses sendiri, Kasiana berpesan kepada para pengrajin muda untuk menjaga niat, fokus, semangat, serta rasa mencintai batik. Keempat hal itu memiliki benang merah yang tak bisa dipisahkan. 

"Kita ada niat, fokus kalau tidak mencintai batik, tidak mencintai apa yang kita mau tidak akan sukses," pungkasnya. 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES