Peristiwa Daerah

Studi Empirik Terorisme, LTN NU Kota Malang Hadirkan Mantan Tentara ISIS

Sabtu, 01 Oktober 2022 - 08:38 | 15.80k
Bedah Buku novel Api Jihad di Tanah Suriah. (Foto: LTN NU for TIMES Indonesia)
Bedah Buku novel Api Jihad di Tanah Suriah. (Foto: LTN NU for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) Kota Malang menghadirkan mantan tentara ISIS bernama Syahrul Munif. Ia membeberkan pengalamannya ketika bergabung dengan ISIS.

Studi empirik terorisme ini dilaksanakan dalam bedah buku Api Jihad di Tanah Suriah di rumah makan Kertanegara, Jl. Kertanegara no 1, Klojen, Kota Malang, Jumat (30/9/2022) malam.

Syahrul Munif yang merupakan mantan tentara ISIS menjadi narasumber kedua dalam diskusi tersebut. Ia turut berbagi pengalaman saat dirinya turut tergiur dengan gerakan jihad yang dikampanyekan oleh ISIS.

Menurutnya, dalil propaganda yang dilakukan oleh ISIS membuatnya terpikat untuk bergabung. Idelogi ini sangat berbahaya, karena bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bersifat destruktif.

“Saat itu saya bertanya dalam hati apakah ini betul ajaran Islam, karena ternyata antar sesama Islam yang tidak sehaluan kemudian harus dituduh kafir dan boleh dibunuh," kata Syahrul.

Ia pun turut mengajak umat muslim dan masyarakat Indonesia untuk menguatkan nasionalisme dan mencintai tanah air serta Bangsa Indonesia.

Buku Api Jihad di Tanah Suriah yang ditulis oleh Abdul Muntolib diangkat menjadi topik diskusi memuat kisah nyata perjalanan seorang mantan teroris yang pernah bergabung dengan ISIS dan terlibat jihad di Suriah.

Abdul Muntolib selaku pengarang novel Api Jihad di Tanah Syuriah turut hadir menjadi narasumber. Menurutnya, novel ini merupakan kisah nyata dari seorang pemuda yang dulunya hidup dalam kultur yang toleran, lalu kuliah di sebuah perguruan tinggi, dan ikut kajian kelompok Negara Islam Indonesia (NII) hingga akhirnya, menjadi perekrut NII.

Setelah itu dia bergabung dengan Jamaah Ansorut Tauhid, Jamaah Islamiyah hingga menjadi tentara ISIS di Suriah. Dia ikut berperang melawan Taliban di Suriah.

“Cerita yang terdapat dalam novel ini, cukup dapat dijadikan pelajaran bagi pendidikan dan pengawasan bagi anak dan generasi kita. Betapa kultur toleransi saja tidak cukup dapat menjamin seseorang untuk tidak terpengaruh pada paham radikalisme dan ekstrimisme,” papar Muntholib.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh pengurus PCNU Kota Malang. Sekretaris PCNU Kota Malang, Dr. M. Faisol menyambut baik kegiatan yang diinisiasi oleh LTN-NU Kota Malang. Menurutnya, pengalaman yang tertulis dalam Api Jihad sangat berharga untuk dapat dijadikan sebagai pelajaran.

“Kegiatan semacam ini penting. Kita bisa mengambil pelajaran dari pengalaman Mas Syahrul," tuturnya.

Diskusi novel ini diikuti oleh ratusan peserta yang berasal dari berbagai kalangan, mulai akademisi, aktivis sosial dan tokoh agama. Turut hadir juga Kapolresta kota Malang, Dandim, dan perwakilan Wali Kota Malang.

Untuk diketahui, dalam organisasi (jam’iyyah) NU, secara kelembagaan dunia ta’lif wan nasyr mulai mengemuka sejak Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada tahun 1984.

Salah satu hasil Muktamar Situbondo adalah rekomendasi bagi pembentukan sebuah lembaga bagi dunia ta’lif wan nasyr,  yang disebut Lajnah Ta’lif wan Nasyr (disingkat LTN).

Hasil monumental Muktamar Situbondo adalah Khittah NU, dan tujuan utama pembentukan LTN  NU ini adalah melakukan sosialisasi keputusan-keputusan Muktamar NU terkait Khittah NU ini.

Selain itu, pembentukan LTN NU ini adalah untuk melakukan dokumentasi atas hasil-hasil keputusan Muktamar NU pada masa sebelumnya. Dokumentasi ini penting untuk mengumpulkan dan memudahkan pencarian data dan informasi hasil-hasil Muktamar sebelumnya.

Dalam perspektif historis, pembentukan LTN NU juga diniatkan untuk merawat dokumentasi kesejarahan NU sepanjang zaman. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES