Peristiwa Daerah

Literasi Berita AMSI, Peserta Antusias Pelajari Jurnalistik dan Cek Fakta

Kamis, 29 September 2022 - 19:56 | 39.97k
AMSI Jatim menggelar literasi berita yang berlangsung di Hotel Kampi Surabaya. (Foto: Imadudin Muhammad/TIMES Indonesia)
AMSI Jatim menggelar literasi berita yang berlangsung di Hotel Kampi Surabaya. (Foto: Imadudin Muhammad/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYAAMSI Jatim sukses menggelar pelatihan Literasi Berita untuk Publik Melawan Misinformasi dan Disinformasi, di Kampi Hotel Surabaya. Kegiatan yang berlangsung 28-29 September 2022, membangkitkan semangat dan rasa ingin tahu peserta terhadap dunia jurnalisme dan arus informasi.

Kegiatan ini menghadirkan dua trainer Literasi Berita AMSI Jatim yakni Edy Purnomo dan Ferry Agusta, serta dibantu trainer Cek Fakta AMSI Jatim Imadudin Muhammad. Ketiga pemateri secara lengkap memberikan gambaran jelas tentang kinerja media massa. 

Para peserta yang terdiri atas generasi milenial, influencer, pemerintah kabupaten/kota, TNI/Polri, kalangan perguruan tinggi, mahasiswa, Perhumas, Humas BUMN dan BUMD serta  masyarakat sipil ini mendapat ilmu baru tentang pengecekan  fakta.

Pelatihan tersebut digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Timur bekerjasama dengan tim Cek Fakta yang didukung oleh Google News Initiative, Dewan Pers, dan Mafindo, serta  didukung penuh juga oleh Djarum Foundation, Pertamina HE WMO, Pelindo dan PTPN X.

Para peserta mendapat pengetahuan penting tentang dampak media sosial untuk pemahaman publik mengenai informasi. Pemateri menjelaskan bahwa media sosial berdampak positif dan negatif. 

"Dampak positifnya bisa menjadi sumber informasi, media promosi, distribusi informasi, monetisasi, dan juga interaksi," kata Edy Purnomo.

Edy Purnomo mengatakan  dampak negatif media sosial yakni bertebarannya informasi hoaks, kriminal, doxing; pelanggaran privasi pribadi. Ia juga memberikan tips mengenali hoaks.

"Ada lima ciri hoaks, yakni judul cenderung provokatif 'kompor' klikbait, akun baru dibuat, nama situs media mirip dengan media besar atau tidak jelas alias abal-abal; foto menipu tak sesuai dengan caption atau isi berita, konten opini tidak jelas, sumber berita tidak jelas, minim fakta, konten cenderung menjiplak serta tidak ada kejelasan sumbernya," kata Edy Purnomo.

Para peserta juga memperoleh materi tentang rilis pers dan esensi karya jurnalistik. Edy menjelaskan rilis siaran pers mempunyai empat ciri yakni sengaja dibuat lembaga tertentu (korporasi, pemerintah, ormas, LSM) untuk tujuan promosi atau membangun citra positif, umumnya rilis pers tidak memberikan konteks, cenderung satu arah dan sisi jurnalis bersifat pasif dalam mendapatkan konten rilis.

AMSI-Jatim-6.jpg

Ini berbeda dengan berita yang merupakan produk dari kerja reportase dengan memenuhi kaidah jurnalisme, objektif, dan memberi konteks, memiliki tanggung jawab sosial, serta bukan didedikasikan untuk sebuah promosi lembaga dan produk tertentu. 

Selain itu berita menjadi bagian dari pemenuhan empat fungsi pers sebagai sumber informasi, pendidikan, disamping hiburan dan kontrol sosial.

Materi lain adalah soal mengenali advertorial dan bentuk native advertising. "Native advertising merupakan bentuk iklan berbayar yang ditampilkan mengikuti format penulisan artikel pada umumnya. Begitu juga layout bahkan hingga jenis font dan olah gamba rata videonya," kata Edy.

Peserta juga mendapat penjelasan soal bagaimana mengenali jurnalisme yang mengabdi publik. Edy mengingatkan, jurnalisme memiliki tiga unsur yakni verifikasi, independen, dan akuntabel. 

Edy menjelaskan verifikasi adalah proses yang menetapkan atau menegaskan keakuratan sebuah informasi lewat bukti atau kebenaran jurnalistik. Independen adalah kebebasan dari kontrol, pengaruh, atau dukungan dari pihak yang berkepentingan termasuk diri sendiri. 

"Akuntabel adalah tangung jawab hukum dan etika dalam menyampaikan informasi," katanya.

Sementara itu, Ferry Agusta Satrio menjelaskan soal cara meretas algoritma media sosial. Menurutnya, Facebook menilai seluruh postingan yang ada di jaringan pertemanan user, lalu melakukan pemeringkatan berdasarkan sejumlah parameter atau indikator: jenis unggahan, kebaruan, dan lain-lain.

"Facebook menyisihkan post yang sepertinya tidak disukai user. Post yang tersisa disajikan sesuai karakter user; dan penyajiannya disusun (teks; foto; video) agar menarik bagi user," katanya.

Ferry menekankan, kewajiban pertama jurnalisme ada pada kebenaran, loyalitas pada warga, disiplin verifikasi, independent, pemantau kekuasaan, forum kritik dan komentar publik, menarik relevan, komprehensif dan proporsional, suara hati dan tanggung jawab warga.

Terakhir, peserta diajari cara mewaspadai makna ganda efek visual atau foto dalam sebuah berita.

 "Penafsiran foto atau kecakapan videografer menentukan berita. Pemirsa juga melakukan penafsiran terhadap foto berita. Adanya gambar mempengaruhi nilai berita dan keputusan editorial," kata Ferry. 

Peserta Literasi Berita AMSI Jatim juga mendapat penjelasan soal efek Rashomon, seperti cerita dalam bentuk teks, penuturan berita dalam bentuk video juga memiliki ‘rumus’ visual, serta diterangkan soal proses pasca produksi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES