Ekonomi

Presiden Jokowi Klaim Pemulihan Ekonomi Indonesia Masih Kuat

Kamis, 29 September 2022 - 17:00 | 17.35k
Presiden Jokowi (Joko Widodo). (FOTO: Setkab RI)
Presiden Jokowi (Joko Widodo). (FOTO: Setkab RI)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPresiden Jokowi (Joko Widodo) mengklaim, di tengah situasi dunia yang penuh ketidakpastian, pemulihan ekonomi Indonesia relatif masih kuat.

Ia menjelaskan, berbagai indikator seperti realisasi pendapatan negara yang didorong oleh tumbuhnya pendapatan pajak, angka optimisme konsumen, hingga indeks manufaktur menunjukkan angka yang cukup menggembirakan.

"Kita lihat realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.764 (triliun). Ini tumbuh 49 persen year on year. Kemudian ini yang para pembayar pajak saya ingin mengucapkan terima kasih karena penerimaan pajak sampai sekarang mencapai Rp1.171 triliun. Tumbuh 58 persen. Pembayar pajak masih ada dan justru tumbuh 58 persen," katanya dalam acara United Overseas Bank (UOB) Economic Outlook 2023 yang digelar di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, pada Kamis  (29/9/2022).

Selain itu, pendapatan negara juga didorong oleh penerima bea cukai sebesar Rp206 triliun. Tumbuh 30,5 persen.  Sedangkan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP juga tumbuh 38,9 persen menjadi sebesar Rp386 triliun. "Masyarakat masih konsisten dan memiliki kemampuan," jelasnya.

Kepala Negara menilai, optimisme konsumen masih berada pada angka yang tinggi. Ini kata dia, bisa dilihat dari indeks Kepercayaan Konsumen yang mencapai 124,7, naik dari angka pada bulan Juli yaitu 123. kemudian juga, kredit tumbuh 10,7 persen.

"Ini juga menurut saya cukup tinggi. Neraca dagang kita juga surplus 28 bulan berturut-turut yang pada bulan kemarin neraca kita surplus 5,7 miliar dolar AS. Ini gede banget loh angka ini surplusnya,” jelasnya.

Indikator lainnya yakni Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang terus menguat dan berada pada angka 51,7 per Agustus 2022, di atas rata-rata global.

Dari berbagai indikator tersebut, Kepala Negara memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III tahun 2022 bisa berada di atas pertumbuhan kuartal II yang mencapai 5,44 persen.

"Memang yang kita hadapi ini bukan barang gampang. Bukan barang yang mudah. Tetapi tetap harus optimis. Kuartal II 5,44 persen, kuartal III, perkiraan saya ekonomi akan tumbuh di kuartal III ini 5,4 sampai 6 persen,” ujarnya.

Konsisten Benahi yang Fundamental

Presiden Jokowi juga menyampaikan, pemerintah terus membenahi  berbagai hal yang fundamental di tengah situasi sulit perekonomian global yang disebabkan oleh berbagai krisis.

Ia menyebut, salah satu hal yang fundamental itu adalah pembangunan infrastruktur. Itu guna mendongkrak daya saing Indonesia di dunia internasional.

"Karena di situlah fondasi kita dalam jangka menengah dan panjang bisa kita perbaiki karena ini menyangkut nanti daya saing, competitiveness. Gak akan bisa kita bersaing dengan negara lain kalau konektivitas tidak kita miliki dengan baik,” ujarnya.

"Jalan, airport, pelabuhan, pembangkit listrik, itu kunci. Kunci dasar kalau kita ingin bersaing dengan negara lain. Kalau itu kita tidak miliki, kalau stok infrastruktur kita rendah, mana bisa kita bisa bersaing dengan negara-negara lain," katanya lagi.

Hal kedua yang dilakukan oleh pemerintah yakni soal hilirisasi. Kepala Negara mengingatkan Indonesia tak lagi mengeskpor berbagai komoditas tambang dalam bentuk bahan mentah saja.

Contohnya kata dia, soal penghentian ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah yang telah berhasil mendongkrak nilai ekspornya menjadi berkali-kali lipat.

"Empat tahun yang lalu dan sebelumnya hanya 1,1 miliar dolar AS. Artinya, ekspor kita setahun hanya Rp15 triliun. Begitu kita hentikan, coba cek tahun 2021, 20,9 miliar dolar AS, meloncat dari 1,1 ke 20,9, dari kira-kira Rp15 triliun melompak ke Rp360 triliun. Baru nikel, nanti kita stop lagi timah, kita stop lagi tembaga, kita stop lagi bahan-bahan mentah yang kita ekspor mentahan,” ujarnya.

Berikutnya lanjut Presiden Jokowi yang menjadi fokus Pemerintah adalah ketahanan pangan dan energi. Contohnya kata dia, penggunaan biosolar B30 yang diharapkan bisa meningkat jadi B40 sehingga bisa membantu meningkatkan ketahanan energi di tengah krisis energi yang melanda dunia.

Terkait hal itu, kata Presiden Jokowi, saat ini 345 juta orang di 82 negara menderita kekurangan pangan akut dan 19.700 orang meninggal setiap harinya karena kelaparan.

Ia pun bersyukur karena Indonesia memiliki ketahanan pangan yang baik. Salah satunya dibuktikan dengan swasembada beras sejak tahun 2019 lalu.

“Agustus yang lalu kita mendapatkan pengakuan dari International Rice Research Institute bahwa sejak 2019 kita telah swasembada beras dan sistem ketahanan pangan kita dinilai baik. Ini yang terus kita jaga, syukur-syukur kita bisa kelebihan produksi yang banyak," katanya.

"Kenapa kita sekarang ingin bangun food estate, supaya ada kelebihan produksi. Selain menjaga ketahanan pangan kita, kita juga bisa membantu negara lain dalam hal urusan pangan, kita ekspor,” ujar Presiden Jokowi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES