Cek Fakta Fakta atau Hoaks

CEK FAKTA: Salah, Cacar Monyet karena Efek Vaksin

Minggu, 25 September 2022 - 09:39 | 88.71k
Klaim tentang cacar monyet adalah efek dari vaksin.
Klaim tentang cacar monyet adalah efek dari vaksin.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Beredar gambar tangkapan layar dengan narasi cacar monyet adalah efek dari vaksin. Gambar tersebut dibagikan akun Twitter @elixabethlisa76 pada 23 Agustus 2022.

Dalam gambar tersebut tampak anak kecil dengan ruam atau bintik-bintik merah di bagian tubuhnya.

Selain gambar, akun Twitter @elixabethlisa76  juga menyertakan narasi berikut:

CACAR MONYET ADALAH EFEK VAKSIN..!!!! Segera Terapi Ikhtiar Detox Vaksin…! Bukan malah Dimasuki Obat2an Kimia, Malah Tambah Parah..

Akun tersebut disukai 56 kali, dan dibagikan ulang (retweet) 25 kali, per Sabtu (24/9/2022) pukul 14:20 WIB.

cek-fakta-Cacar-Monyet-karena-Efek-Vaksin.jpgSumber: https://twitter.com/elizabethlisa76/status/1561937132549132288?s=20&t=sBA0NRnW93z-q0gnqwzMQw

Benarkah klaim tersebut?

CEK FAKTA

Berdasarkan hasil penelusuran Cek Fakta, klaim cacar monyet adalah efek vaksin, tidak benar alias hoaks. Sejumlah lembaga pemeriksa fakta pernah melakukan pemeriksaan atas klaim serupa.

Dalam artikelnya berjudul [HOAKS] Cacar Monyet akibat Efek Samping Vaksin atau VAIDS, Kompas.com pernah memeriksa klaim serupa. Ia menemukan informasi tersebut dalam unggahan di media sosial Facebook.

Organisasi Kesehatan Duni (WHO) dalam laporannya menyebut, penyakit cacar monyet sudah ada sejak 1958. Ditemukan pada monyet , lalu diteliti oleh ahli di laboratorium Denmark.
Kasus infeksi pertama cacar monyet pada manusia terjadi pada 1970, yang dialami seorang anak di Kongo.

Epidemiolog Indonesia untuk Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa cacar monyet dikaitkan dengan vaksin, tidak memiliki dasar yang kuat.

"Kaitan dengan cacar monyet ini jelas sekali tidak punya dasar yang kuat. Virus ini ada di hewan dan sudah ada sejak lama. Pada banyak kasus, monkeyfox ini terjadi di negara endemik seperti Afrika," ucap Dicky.

Dijelaskan, seseorang dapat terinfeksi cacar monyet karena sebaran virusnya. Di mana media penularannya dapat melalui cairan tubuh, lesi, droplet, maupun kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi, seperti sprei.

Namun, risiko penularan dari virus ini juga dimungkinkan apabila manusia mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi, serta belum memasaknya secara sempurna.

"Data yang saat ini ada erat kaitannya dengan klaster, artinya ada transmisi yang bisa ditunjuk karena si itu, karena si itu. Ini juga bisa dijelaskan karena kontak erat. Itu membantah dengan sendirinya dengan vaksinasi," kata Dicky.

Jadi menurut Dicky, klaim bahwa vaksin mengakibatkan cacar monyet, tidak dapat dibenarkan. "Jadi kalau dikaitkan dengan efek vaksinasi, selain jauh dari kebenaran juga lemah sekali argumennya," ujarnya.

cek-fakta-Cacar-Monyet-karena-Efek-Vaksin-2.jpgSumber: [HOAKS] Cacar Monyet akibat Efek Samping Vaksin atau VAIDS | Kompas

Pemeriksaan atas klaim serupa juga pernah dilakukan Mafindo, seperti dapat dibaca dalam artikel ini ([SALAH] Vaksin Covid-19 Dapat Sebabkan AIDS Sampai Cacar Monyet | Turnbackhoax) dan artikel ini ([SALAH] Cacar Monyet Disebabkan dari Efek Samping Vaksin Covid-19 AstraZeneca | Turnbackhoax). Dan terbaru dalam artikel ini ([SALAH] Cacar Monyet adalah Efek Vaksin | Turnbackhoax). Kesimpulan dari sejumlah artikel periksa fakta tersebut adalah klaim tersebut salah.

KESIMPULAN

Hasil penelusuran Cek Fakta, klaim cacar moonyet adalah efek vaksin salah alias hoaks. Virus cacar monyet telah ada sejak lama. Hal yang membuat seseorang terinfeksi cacar monyet karena  Sebaran virus yang dimungkinkan bila manusia mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi.

Menurut misinformasi dan disinformasi yang dikategorikan First Draft, informasi tersebut termasuk dalam kategori Misleading content (konten menyesatkan). Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok. Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.

Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.

----

Cek Fakta TIMES Indonesia

TIMES Indonesia adalah media online yang sudah terverifikasi faktual di Dewan Pers. Dalam kerja melakukan cek fakta, TIMES Indonesia juga bekerjasama dengan 24 media dan satu komunitas (Mafindo) untuk memverifikasi berbagai informasi hoaks yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA TIMES Indonesia di email: [email protected] atau [email protected] (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

Fakta atau hoaks?
Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini.

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES