Peristiwa Daerah

Bikin Takjub, Cerita Sukses Sardin Melestarikan Anggrek Endemik Lore Lindu

Sabtu, 24 September 2022 - 07:08 | 36.03k
Kepala Balai Tanaman Hias Balitbangtan Muh. Thamrin Kementan RI bersama Sardin saat berada di penangkaran Anggrek Endemik Lore Lindu, di Desa Karunia, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. (Foto : Dok. Yesiah Ery)
Kepala Balai Tanaman Hias Balitbangtan Muh. Thamrin Kementan RI bersama Sardin saat berada di penangkaran Anggrek Endemik Lore Lindu, di Desa Karunia, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. (Foto : Dok. Yesiah Ery)

TIMESINDONESIA, PALU – Rasa bangga dan bahagia terpancar jelas dari raut wajah Sardin (34), penangkar anggrek endemik Lore Lindu, saat rombongan dari staf khusus Kementerian Pertanian Bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian, Yesiah Ery Tamalagi mendatangi tempatnya beraktivitas di Desa Karunia, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (23/9/2022).  

Sardin terkejut dan tidak menyangka Kepala Pusat Litbang Horti Balitbangtan dari Balai Tanaman Hias Balitbangtan Kementan RI, Muh. Thamrin juga ikut dalam rombongan itu. Thamrin datang khusus untuk mengunjunginya, di lokasi budidaya anggrek endemik Lore Lindu. 

"Saya tidak pernah menyangka hari ini bisa berdiskusi langsung dengan mereka. Jujur saya bangga dan sangat senang dikunjungi langsung," ucap Sardin di tempat penangkaran anggrek endemik Lore Lindu

 Sebelumnya, Sardin memang mendapat informasi akan kehadiran tamu dari kementan. Tapi, dia tidak mengetahui kalau yang datang itu adalah kepala pusat Litbang Horti Balitbangtan. 

"Saya tidak pernah menyangka hari ini bisa berdiskusi langsung dengan mereka. Jujur, saya bangga dan sangat senang dikunjungi langsung," ujar Sardin. 

Pria ini mengaku sudah menekuni hobinya membudidayakan anggrek endemik Lore Lindu sejak tahun 2004 di tempat tinggalnya, Desa Karunia, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Anggrek.jpgTempat penangkaran Anggrek Endemik Lore Lindu.(Foto : Dokumentasi pribadi Yesiah Ery Tamalagi for Times Indonesia) 

Ia menceritakan, dari tahun 2004 dirinya mulai mengajak masyarakat untuk melestarikan tanaman anggrek. Sardin pun merangkul kaum wanita di desanya untuk ikut dalam gerakannya, begitu juga anak-anak muda di desanya. Tetapi,upayanya itu baru mulai terlihat hasilnya pada tahun 2015.

Selain mengajak kaum perempuan dan anak muda melestarikan anggrek, Sardin juga berbagi ilmunya pernah mengajar di SLTA Sigi, kelas 1 soal jenis anggrek, kelas 2 soal bagaimana mengembangkan anggrek, dan kelas 3 soal pemasarannya. 

Tapi kini, Sardin kewalahan karena harus menularkan idealismenya ke beberapa desa. Makanya dia minta dilakukan training of trainer (TOT) dari kementan.
Sardin mengaku, menekuni tanaman anggrek bukan karena tanpa alasan. Selain hobi, apa yang dilakukannya selama ini semata-mata untuk menjaga agar spesies yang ada ini tidak punah.  

"Selama ini, banyak orang yang mengambil dari dalam kawasan tapi mereka tidak mengerti cara merawat jika telah berpindah dari lingkungan hutan. Bayangkan, saat dibawa ke Palu bahkan keluar daerah lalu mati. Kasihan sekali,” ujar Sardin.

Dihadapan Stafsus Kementan Yesiah Ery Tamalagi, Kapus Litbang Horti Balitbangtan Taufik Ratule, dan Kepala Balai Tanaman Hias (Balithi) Balitbangtan Muh. Thamrin, Sardin dengan lancar dan lugas menjelaskan satu persatu spesies yang ada di tempatnya.

Menurut Sardin, Anggrek endemik Lore Lindu yang ia budidayakan ini jenisnya sekitar 80-an berasal dari kawasan Biosfer Lore Lindu.  
Sardin menjelaskan model budidaya yang dikembangkan selama ini adalah meminjam indukan dari dalam kawasan. Lalu dikembangkan. Setelah berhasil, indukannya dikembalikan ke tempat asalnya. 

Itu sebabnya Ia selalu bertanya jika ada yang menginginkan anggrek dari tempatnya apakah sudah pernah memelihara anggrek, terutama anggrek hutan.

“Merawat anggrek hutan butuh keahlian khusus dan keseriusan. Beda dengan anggrek sintetis,” tegasnya.

Keinginan Sardin tak banyak. Ia hanya ingin Kementan memberikan pelatihan dalam arti luas yang tidak saja menularkan kultur jaringan tapi menghadirkan kader-kader baru yang bisa mempunyai pengetahuan mumpuni tentang tanaman anggrek.

Setelah mendengarkan penjelasan Sardin, Yesiah Ery Tamalagi, Taufik Ratule, dan Muh. Thamrin berjanji akan mengupayakan pelatihan di tempat Sardin. Dengan harapan, Sardin dan beberapa rekannya bisa ke Bogor untuk mendapat wawasan lebih bagaimana mengembangkan dan manajerial komoditas sejenis di tempat kita di Bogor. 

Rombongan dari kementan yang datang hari ini pun sepakat jika Sardin adalah champion di bidangnya dan di tempatnya, karena selain membudidayakan tanaman anggrek Sardin juga merangkul anak muda kaum perempuan di desanya untuk ikut dalam gerakannya.

Setelah melihat-lihat anggrek di penangkaran milik Sardin, rombongan tamu pun takjub. “Wuiiiih ini tanaman yang belum ada di kita (Balithi Balitbangtan). Belum terdata lagi,” kata Thamrin.

Thamrin pun mengatakan hampir semua aspek sudah dilakukan Sardin. Tapi yang paling penting adalah bagaimana membuat endemik disini tercatat dan terdokumentasi dengan baik dan benar.

Sementara itu, Yesiah Ery Tamalagi menambahkan apa yang telah dilakukan Sardin patut mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. 

Menurut Stafsus Yesiah, para peneliti dari luar tidak memaparkan hasil penemuannya di Indonesia tapi ditempat mereka. Sardin justru menjadi ensiklopedia hidup dari pekerjaannya menemani mereka, karena dia menyerap secara diam-diam apa yang mereka lakukan.

"Sardin mampu membuktikan, bahwa apa yang dia kerjakan ini bermanfaat untuk orang lain. Ini patut diberi penghargaan," kata Yesiah. 

Pengetahuan Sardin bukan datang serta merta, namun terjadi berkat pendampingan yang dilakukan kepada para peneliti berbagai lembaga dari benua Eropa dan Asia yang berulang kali hadir di tempat budidaya anggrek endemi Lore Lindu, Kampung Karunia. Berkunjung ke Kampung Karunia ini memakan waktu kurang lebih satu jam jika ditempuh menggunakan kendaraan roda empat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES