Ekonomi

Top! Bandara Banyuwangi Sabet Penghargaan Arsitektur Paling Bergengsi di Dunia

Jumat, 23 September 2022 - 18:47 | 53.07k
Bandara Banyuwangi dengan konsep “Green airport” yang berhasil meraih penghargaan dalam bidang arsitektur paling bergengsi di dunia, The 2022 Aga Khan Award for Architecture (AKAA). (Foto: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)
Bandara Banyuwangi dengan konsep “Green airport” yang berhasil meraih penghargaan dalam bidang arsitektur paling bergengsi di dunia, The 2022 Aga Khan Award for Architecture (AKAA). (Foto: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIBandara Banyuwangi yang memiliki konsep “Green airport” berhasil meraih penghargaan dalam bidang arsitektur paling bergengsi di dunia, yaitu The 2022 Aga Khan Award for Architecture (AKAA).

Penghargaan itu diumumkan langsung di Genewa, Swiss, pada Kamis (22/9/2022) waktu setempat.

“Green airport” Banyuwangi berhasil menyisihkan 463 nominasi bangunan dengan arsitektur terbaik dari seluruh dunia, yang kemudian disaring menjadi 20 nominasi, yang akhirnya menghasilkan 6 pemenang.

Bandara berkonsep hijau pertama di Indonesia itu, bersanding dengan sejumlah gedung tersohor yang sama-sama mendapatkan penghargaan bidang arsitektur tertua di dunia.

Di antara peraih AKAA 2022, selain Bandara Banyuwangi, adalah Urban River Spaces (Bangladesh), Community Space in Rohingnya Refugee Response (Bangladesh), Argo Contemporary Art Museum and Cultural Centre (Teheran, Iran), Renovation of Niemeyer Guest House (Tripoli, Lebanon), dan Kamanar Secondary School (Thionck Essyl, Senegal).

Bandara-Banyuwangi-2.jpgBandara Banyuwangi dengan konsep “Green airport” yang berhasil meraih penghargaan dalam bidang arsitektur paling bergengsi di dunia, The 2022 Aga Khan Award for Architecture (AKAA). (Foto: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)

Sebagaimana dikutip dari laman resmi Aga Khan Development Network (AKDN), penghargaan ini menekankan pada karya arsitektural yang tidak hanya mampu menyediakan kebutuhan fisik, sosial dan ekonomi masyarakat, tetapi juga merespon aspirasi budaya mereka.

"Bangunan ini memperluas bahasa lanskap yang menggabungkan arsitektur, fungsionalitas dan pengaturan disposisi yang baik. Modern dan efisien dalam segala aspek," begitu pernyataan AKDN.

Aga Khan Award for Architecture didirikan oleh Aga Khan pada tahun 1977 untuk mengidentifikasi dan mengapresiasi konsep arsitektur yang berhasil mewadahi keperluan dan aspirasi masyarakat.

Sejak diluncurkan 45 tahun lalu, tak kurang 121 proyek telah menerima penghargaan dan hampir 10.000 proyek sedunia telah didokumentasikan. 

Menanggapi penghargaan itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mendeklarasikan kebanggaannya. Menurutnya, hal ini akan semakin menasbihkan nama Banyuwangi di tingkat internasional.

"Penghargaan ini menambah prestasi Banyuwangi di level dunia. Setelah Geopark Ijen lolos sidang dan segera ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark beberapa waktu lalu, juga sebagai juara dunia bidang kebijakan pariwisata dari UNWTO, kini dilengkapi dengan penghargaan tingkat dunia untuk bandara," ungkap Ipuk, Jumat (23/9/2022).

Bandara Banyuwangi, imbuh Ipuk, merupakan ikon arsitektural di ujung timur Jawa.

Bandara-Banyuwangi-3.jpgBandara Banyuwangi dengan konsep “Green airport” yang berhasil meraih penghargaan dalam bidang arsitektur paling bergengsi di dunia, The 2022 Aga Khan Award for Architecture (AKAA). (Foto: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)

Dengan mengedepankan konsep gedung ramah lingkungan (green building), tanpa AC kecuali di ruangan tertentu, sekaligus mengedepankan simbol-simbol budaya lokal khas masyarakat setempat.

Atap terminal dipenuhi tanaman. Konservasi air menyejukkan suasana.

Adapun sunroof dan ruang-ruang terbuka dengan sinaran matahari menjadi sumber cahaya alami di siang hari.

"Jika kita perhatikan, bentuk Bandara Banyuwangi ini mirip dengan udeng khas suku Osing. Ini adalah representasi dari akomodasi simbol-simbol lokal. Melengkapi konsep hijaunya," ujar Ipuk.

Bandara Banyuwangi juga menjadi salah satu bukti bagaimana kontinuitas program pembangunan diperlukan.

Dimulai penyiapannya sejak era kepemimpinan Bupati Samsul Hadi (2000-2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005-2010), lalu dibangun dan dioperasikan di era kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas (2010-2021).

Pada saat akan membangun bandara, Anas sengaja tak ingin seperti bangunan bandara pada umumnya.

Dia ingin Bandara Banyuwangi tidak hanya fungsional untuk fasilitas transportasi, tetapi juga estetis, hijau, dan bahkan menjadi landmark destinasi di Banyuwangi.

Maka Anas menggandeng arsitek Andra Matin untuk mewujudkan visinya membangun green airport.

Dari upaya tersebut, akhirnya terwujudlah Bandara Banyuwangi saat ini.

“Kami bersyukur kolaborasi kami dengan Pemkab Banyuwangi mendapat apresiasi dunia. Bandara Banyuwangi tidak hanya ramah lingkungan, namun sangat kental budaya lokal,” ujar Andra Matin saat berkunjung ke Banyuwangi beberapa waktu lalu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES