Politik

Luhut Sebut Orang Luar Jawa Jangan Maksa Jadi Presiden, Ini Respons Pengamat

Jumat, 23 September 2022 - 15:16 | 29.79k
Luhut Binsar Panjaitan. (FOTO: Instagram Luhut Binsar Panjaitan)
Luhut Binsar Panjaitan. (FOTO: Instagram Luhut Binsar Panjaitan)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga mengatakan, pernyataan Luhut Binsar Panjaitan, orang luar Jawa jangan memaksakan jadi Presiden Indonesia tentu sangat disesalkan.

Kata dia, sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves), tidak seharusnya Luhut menyatakan hal tersebut.

"Sebab, mulai dari UUD hingga peraturan perundangan yang paling rendah tidak ada yang mengatur hal itu," katanya dalam keterangan tertulis kepada TIMES Indonesia, Jumat (23/9/2022).

Karena itu, lanjut dia, pernyataan Luhut itu dapat menjadi pembenaran bagi kelompok tertentu yang memang dari dulu menginginkan orang Jawa yang harus jadi presiden di Indonesia.

Bahkan, kata dia, ada kompok yang beranggapan Indonesia harus dipimpin secara bergantian orang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka menilai Jawa Tengah diwakili Mataram dan Jawa Timur diwakili Majapahit.

"Bahkan saat jabatan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan berakhir, sudah terdengar penggantinya akan dari Jawa Tengah. Ketepatan pengganti SBY berasal dari Solo, Jawa Tengah, Joko Widodo," jelasnya.

Pola pikir itu, menurut dia, seharusnya dikikis karena memang tidak sesuai dengan konstitusi Indonesia. Bahkan hal itu bertentangan dengan prinsip bhineka tunggal ika.

"Sebagai pemimpin, Luhut seyogyanya tidak mengangkat hal itu ke publik. Sebab, hal itu dapat menyuburkan etnosentrisme di Indonesia," katanya.

Kalau etnosentrisme menguat di Indonesia, lanjut dia, tentu akan melanggengkan seolah-olah hanya orang Jawa yang berhak menjadi presiden. Hal itu justru akan menguatkan politik identitas yang membahayakan keutuhan NKRI.

"Jadi, Luhut seharusnya lebih bijak dalam melontarkan pendapatnya. Hal-hal yang berpeluang menggoyahkan keutuhan NKRI dan tak sesuai dengan perundang-undangan seyogyanya tak perlu diwacanakan ke publik," ujarnya.

Sebelumnya, Luhut saat berbincang dengan pengamat politik Rocky Gerung di akun YouTube RGTV Channel bicara soal kemungkinan tokoh dari luar Jawa terpilih sebagai Presiden Indonesia.

Menurutnya, orang-orang dari luar Jawa harus sadar diri jika berpikir jika ingin maju sebagai orang nomor satu di republik ini.

"Apa harus jadi presiden saja kau bisa mengabdi? Harus tahu diri juga lah. Kalau kau bukan orang Jawa," kata Luhut saat berbincang dengan Rocky Gerung.

"Ini bicara antropologi. Kalau Anda bukan orang Jawa dan pemilihan langsung hari ini, saya gak tahu 25 tahun lagi, Uda lupain deh. Gak usah kita memaksakan diri kita, sakit hati," ujarnya lagi.

Pernyataan Luhut itu juga mendapat reaksi dari beberapa tokoh. Salah satunya Rizal Ramli. Ekonom senior itu menilai, apa yang dikatakan oleh Luhut adalah tak mendasar dan disesalkan.

"Pernyataan ngasal. Orang luar Jawa susah jadi Presiden karena sistim pemilihan Presiden Indonesia tidak kompetitif, oligapolistik yg sengaja di rekayasa untuk menguntungkan boneka Oligarki. Kalau sistimnya kompetitif tidak ada lagi pembelahan Jawa vs Non-Jawa," tulis rizalramli.official dikutip TIMES Indonesia.

"Pada masa pergerakan kemerdekaan pertentangan seperti ini tidak pernah terjadi. Sulit dibayangkan peristiwa seperti Sumpah Pemuda 1928 dapat berlangsung apabila para tokoh saat itu membatasi diri dengan dikotomi Jawa-non Jawa," ujarnya.

Seperti yang diketahui, mayoritas presiden di Indonesia memang dari Jawa. Hanya satu yang berasal dari Kota Parepare adalah sebuah kota di Provinsi Sulawesi Selatan, yakni BJ Habibie.

Selain itu, seperti Presiden Soekarno misalnya adalah asli Surabaya, Presiden Soeharto asal Bantul, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Megawati Soekarnoputri dari Yogyakarta, SBY dari Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dan Presiden Jokowi dari Solo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES