Peristiwa Nasional

Silaturahmi ke Jokowi, PBNU Bahas Rangkaian 1 Abad NU

Kamis, 22 September 2022 - 15:27 | 49.29k
Presiden Jokowi saat menerima Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) di Istana, Kamis, (22/9/2022). (FOTO: Setkab RI)
Presiden Jokowi saat menerima Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) di Istana, Kamis, (22/9/2022). (FOTO: Setkab RI)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPresiden RI Jokowi (Joko Widodo) menerima Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) di Istana, Kamis, (22/9/2022). Ketum Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan, pihaknya melaporkan terkait rangakaian kegiatan puncak peringatan 1 abad lahirnya organisasi yang didirikan oleh Kiai Hasyim Asy'ari tersebut.

Ia menyampaikan, puncak peringatan 1 abad lahirnya NU sendiri akan jatuh pada tanggal 16 Rajab 1444 Hijriah, bertepatan dengan 7 Februari 2023 nanti.

"Menuju puncak peringatan tersebut, ada rangkaian kegiatan. Ada 9 klaster kegiatan yang diantaranya adalah kegiatan NU Women. Kegiatan NU Technologi, kegiatan festival seni tradisional Islam Nusantara. Dan juga ada beberapa kegiatan International," kata Gus Yahya.

Gus Yahya juga menyampaikan, salah satu kegiatan International yang akan digelar yakni forum pemimpin-pemimpin agama dunia yang juga akan menjadi kegiatan dalam rangkaian forum G20, yaitu R20 atau Religion 20.

Gus Yahya menjelaskan, forum tersebut rencananya akan diselenggarakan dua pekan sebelum KTT G29, tepatnya pada 2-3 November 2022 di Nusa Dua, Bali.

"Kami tadi memohon kesediaan Presiden (Jokowi) untuk hadir memberikan arahan dan membuka secara resmi forum R20 tersebut," katanya.

Dihadiri Pemuka Agama Dunia

Selain itu, Gus Yahya menyampaikan, forum R20 tersebut nantinya bakal dihadiri oleh sejumlah pemuka agama dunia. Seperti  Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami atau Liga Muslim Dunia Dr. Muhammad bin Abdul Karim Al Issa, Presiden Pontifical Council for Interreligious Dialogue dari Vatikan Kardinal Miguel Ayuso, hingga Sekretaris Jenderal World Evangelical Alliance Pendeta Thomas Schirrmacher.

PBNU-3.jpg

"Presiden (Jokowi) mengatakan berkenan untuk hadir. InsaAllah kami juga akan mengundang beberapa tokoh yang di samping merupakan tokoh agama, juga pemimpin negara. Seperti misalnya Raja Norodom Sihamoni dari Kamboja," katanya.

"InsaAllah nanti beliau akan hadir dalam kapasitas sebagai salah seorang pemimpin agama Buddha, tokoh agama Buddha," jelasnya.

Gus Yahya pun berharap, forum R20 akan menghasilkan sejumlah kesepakatan para pemimpin agama. Terutama soal cara pandang bersama sehingga agama bisa menjadi bagian dari solusi berbagai masalah global.

Apalagi lanjut dia, saat ini masih banyak masalah diberbagai belahan dunia yang berakar dari agama.

"Mudah-mudahan ini akan menjadi inspirasi bagi kehidupan antara agama secara global karena topik utama dari forum R20 ini adalah bahwa bagaimana upaya para pemimpin-pemimpin agama ini menjadikan agama berhenti sebagai bagian dari masalah dan mulai menjadi bagian dari solusi," katanya.

"Bagaimana agama bisa menyediakan inspirasi spiritual untuk mencari jalan keluar dari berbagai masalah global. Ini yang akan menjadi topik utama dari forum R20," ujarnya.

Sekilas Tentang NU

NU adalah organisasi Islam terbesar di dunia. Data tahun 2019, anggota berkisar 108 juta. NU juga merupakan badan amal yang mengelola pondok pesantren, sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit hingga mengorganisir masyarakat dalam membantu peningkatan kualitas hidup umat. Khususnya di Indonesia.

Presiden-RI-Jokowi-PBNU-2.jpg

Organisasi ini didirikan 31 Januari 1926 di Surabaya oleh ulama dan para pedagang untuk membela praktik Islam tradisional. Yakni sesuai dengan akidah Asy'ariyyah dan fiqih mazhab Syafi'i. Serta kepentingan ekonomi anggotanya.

Pandangan keagamaan NU dianggap tradisionalis karena menoleransi budaya lokal yang tak bertentangan dengan ajaran Islam.

Hal ini membedakannya dengan organisasi Islam seperti Muhammadiyah. Dimana, organisasi yang didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan ini dianggap reformis karena membutuhkan interpretasi yang lebih literal terhadap Al-Qur'an dan Sunnah.

Beberapa tokoh NU adalah pendukung konsep Islam Nusantara. Sebuah ciri khas Islam yang telah mengalami interaksi kontekstualisasi, pribumisasi, interpretasi, dan vernakularisasi sesuai dengan kondisi sosial budaya di Indonesia.

Islam Nusantara mempromosikan moderasi, anti-fundamentalisme, pluralisme dan pada titik tertentu, sinkretisme. Tapi, banyak sesepuh, pemimpin, dan ulama NU Garis Lurus telah menolak Islam Nusantara dan memilih pendekatan yang lebih konservatif. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES