Peristiwa Daerah

Eskavasi Situs Watesumpak Mojokerto, Ditemukan Seni Bangunan Diduga Pemukiman

Rabu, 21 September 2022 - 20:05 | 38.69k
Bagian Depan Situs Watesumpak yang memiliki seni bangunan dengan sistem pengerjaan kosot, Rabu (21/9/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)
Bagian Depan Situs Watesumpak yang memiliki seni bangunan dengan sistem pengerjaan kosot, Rabu (21/9/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur (Jatim) melakukan eskavasi di Situs Watesumpak, Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Situs yang ditemukan 14 tahun silam ini untuk pertama kalinya dilakukan eskavasi. Eskavasi ini direncanakan 10 hari mendatang. Eskavasi ini dimulai pada tanggal 19-28 September 2022.

Koordinator Tim Eskavasi Situs Watesumpak, Vidi Susanto menjelaskan situs, temuan, hingga asal muasal situs ini ditemukan warga pada tahun 2008 silam.

"Situs Watesumpak pertama kali ditemukan pada tahun 2008 ada aktivitas pembuatan batu bata pada waktu itu. Kemudian ada pengangkatan juru pelihara dan penghentian aktifitas penghentian batu bata, maka situs ini mulai dirawat," terang Vidi.

Sebelumnya, pada tahun 2018 BPCB Jawa Timur juga telah melakukan zonasi atas situs ini. Hal ini dimaksudkan untuk memetakan area mana yang boleh untuk dilakukan eskavasi dan zona mana yang dilarang. Zonasi ini juga terhadap pembebasan lahan.

"Karena konsentrasi kami di BPCB ini berkaitan dengan bagaimana kelestarian situ yang berada di Cagar Budaya peringkat nasional. Situs ini pernah kita zonasi pada tahun 2018, sudah kita bagi zona inti, dan zona penyangga," jelasnya.

Vidi-Aldiano-saat-menunjukkan-temuan-genting-yang-diyakini-genting-era-kerajaan-Majapahit.jpgKoordinator Tim Eskavasi Situs Watesumpak, Vidi Aldiano saat menunjukkan temuan genting yang diyakini genting era kerajaan Majapahit, Rabu (21/9/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

Eskavasi ini merupakan satu program yang saat ini dilakukan di 2 situs yang berada di Trowulan, yakni situs Watesumpak dan Candi Gemekan.

Vidi menjelaskan bahwa tujuan eskavasi kali ini adalah untuk melihat sejauh mana potensi situs Watesumpak ini. Pasalnya eskavasi yang dilakukan masyarakat dulu situs ini diyakini sebagai bangunan candi. "Pada waktu 2008-2009 dulu, eskavasi yang dilakukan masyarakat hanya menemukan bagian depan, tapi setelah kita eskavasi hal ini berbeda," ujarnya.

BPCB belum bisa memastikan luasan situs ini, namun eskavasi yang sudah memasuki hari kelima ini mulai menampakkan struktur situs.

"Kita telah menemukan struktur di sebelah Utara, menempel ya. Jadi struktur yang lama yang menempel pada temuan awal (struktur depan situs) itu dengan lebar 50-70 cm, untuk panjangnya sisi Utara itu 5 meter ke arah timur dan itu belok ke arah selatan. Itu yang sedang kita cari (belokan ke arah selatan)," jelasnya.

Vidi menjelaskan bahwa eskavasi hari kelima ini untuk mengupas sisi selatan menuju barat. Diketahui struktur bangunan situs ini mencapai dimensi 15 meter.

"Untuk sisi selatan ini, kita kupas dari arah selatan ke barat kita sudah mencapai dimensi sekitar 15 meter. Ternyata dia juga belok mengalami penyudutan ke arah selatan, hal ini yang membuat kita menambah pekerjaan lagi," jelasnya.

"Kita perkirakan strukturnya berbentuk persegi atau persegi panjang, namun ternyata ada struktur lain yang berbelok ke arah selatan," sambungnya.

Seni Bangunan Situs

Vidi menjelaskan bahwa situs ini dalam pengerjaannya (seni bangunan) menggunakan 2 sistem teknologi yang berbeda. Sistem pertama adalah sistem kosot, yakni dua batu bata yang tertempel itu tidak memiliki spasi (ruang). Sedangkan di sisi Utara itu pengerjaan bangunannya menggunakan sistem spasi, artinya batu bata yang tertempel itu memiliki spasi.

"Struktur yang dulu ditemukan pada tahun 2008-2009 itu sistemnya kosot. Jadi tanpa ada spasi (ruang antara batu bata satu dengan batu bata lain red). Temuan kita yang baru ini di sisi Utara sama Selatan dia berspasi. Ini juga PR buat kita kenapa ada sistem pengerjaan seperti itu. Kebanyakan sistem spasi itu dimanfaatkan untuk bangunan-bangunan yang sifatnya profan," terangnya.

Seni bangunan yang bersifat profan adalah seni bangunan yang digunakan untuk kegiatan selain keagamaan, baik untuk kegitan kenegaraan, kepentingan umum atau pribadi. Misalnya adalah istana, waduk, benteng dan sebagainnya.

"Jadi bisa pemukiman begitu, unsur itu ditambah dengan temuan lepas yaitu yang kita temukan selama eskavasi seperti fragmen-fragmen keramik, tembikar, dan genteng," jelasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES