Peristiwa Nasional

Azyumardi Azra, Cendekiawan Muslim yang Melegenda, Mendunia, dan Berani Bermimpi

Selasa, 20 September 2022 - 14:02 | 37.50k
Azyumardi Azra. (TEMPO/Arie Basuki)
Azyumardi Azra. (TEMPO/Arie Basuki)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemakaman Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra yang juga merupakan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah merupakan babak terakhir dalam perjalanan panjang sang cendikiawan muslim Indonesia.

Terlahir dari pasangan Azikar dan Ramlah, Azyumardi Azra tidak berobsesi atau bercita-cita menggeluti studi keislaman bahkan lebih berniat memasuki bidang pendidikan umum di IKIP.

Karena desakan sang ayah, akhirnya Azyumardi Azra masuk ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta dan ternyata hasil dari desakan tersebut yang akhirnya membuat Azyumardi Azra dikenal sebagai tokoh intelektual Islam tidak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara.

Dilansir dari arsip wawancara tokohindonesia.com, lulus dari Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta pada 1982, tidak membuat Azyumardi Azra berhenti menuntut ilmu. Berbekal beasiswa Fullbright Scholarship pada 1986, Azyumardi Azra melanjutkan studinya di Colombia University Amerika Serikat dan mendapakan gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah pada 1988.

Tak berselang lama, Azyumardi Azra kembali mendapatkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama, tapi kali ini Azyumardi Azra pindah ke Departemen Sejarah, dan memperoleh gelar MA lain pada 1989, kemudian gelar Master of Philosophy (Mphil) pada 1990.

Azyumardi Azra kembali meneruskan pendidikannya dan mendapatkan doktor Philosophy Degree (PhD) pada 1992 dengan disertasi berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks of Middle Eastern and Malay-Indonesian `Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries.

Satu tahun setelah mendapatkan gelar PhD, Azyumardi Azra kembali ke Indonesia. Ia mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam. Sebelumnya, pernah bekerja sebagai wartawan Panji Kemerdekaan pada 1979-1985.

Azyumardi Azra mulai mengajar sebagai dosen pascasarjana sejak 1992 di Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah. Pada 1994-1995 Azyumardi Azra kembali ke luar negeri dan mengunjungi Southeast Asian Studies pada Oxford Centre for Islamic Studies, Oxford University, Inggris, sambil mengajar sebagai dosen pada St. Anthony College.

Pada 1997, Azyumardi Azra juga pernah menjadi profesor tamu pada University of Philippines, Philipina dan University Malaya, Malaysia. Setelahnya Azyumardi Azra ditunjuk sebagai pembantu Rektor (Purek) I IAIN Syarif Hidayatullah pada 1998.

Pada tahun yang sama, Azyumardi Azra dipilih menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah menggantikan Prof Ahmad Sukardja yang hanya menjabat sekitar 6 bulan menggantikan Quraish Shihab yang kala itu dianggap menjadi Menteri Agama.

Rektor IAIN Jakarta

Azyumardi-Azra-Pemakaman.jpgPuluhan bahkan ratusan orang mulai dari pejabat, tokoh masyarakat, kerabat dan masyarakat ikut mengantarkan Prof Azyumardi Azra ke peristirahatan terakhirnya. (FOTO: Fahmi/TIMES Indonesia).

Azyumardi Azra menyebut bahwa penunjukannya sebagai Rektor IAIN pada 14 Oktober 1998 merupakan sebuah “musibah”. Sebab dirinya tidak menyukai birokrasi yang serba struktural. Dia menyebut birokrasi tak cocok di lingkungan universitas.

Hal pertama yang dilakukan Azyumardi Azra saat menjabat sebagai rektor adalah mengadakan pertemuan pertama dengan senat. Dalam pertemuan tersebut pria Azyumardi Azra mengajak seluruh pihak untuk bekerjasama dan berani bermimpi.

"Saya bilang saya enggak menjanjikan apa-apa tapi mari kita sama-sama. Itu yang pertama, dan yang kedua, mari kita bermimpi. Kita harus berani bermimpi. Dari mimpi yang besar itulah kemudian nanti yang kita coba wujudkan secara bersama-sama. Kita harus berani bermimpi. Bermimpi saja enggak berani apalagi melakukan sesuatu. Jadi, itu saja kata kuncinya," ucap Azyumardi Azra dikutip dari arsip wawancara tokohindonesia.com pada Selasa (20/9/2022).

Terbukti dengan kerjasama dan berani bermimpi, kampus yang awal jabatannya hanya memiliki 5 ribu lebih mahasiswa telah berkembang pesat menjadi 17 ribuan mahasiswa ditahun 2004 seiring dengan dibukanya program dan fakultas baru pada saat itu.

Terobosan terbesarnya dalam dunia pendidikan khususnya di IAIN Syarif Hidayatullah terjadi pada tahun 2002 dimana Azyumardi Azra melanjutkan gagasan dan ide Rektor terdahulu Prof. Dr. Harun Nasution, yang menginginkan lulusan IAIN haruslah orang yang berpikiran rasional, modern, demokratis, dan toleran dengan diubahnya IAIN menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Konsepsi Pemikiran Islam Azyumardi Azra

Konsepsi pemikiran Islam Azyumardi Azra yang kemudian dituangkan dalam berbagai judul karya tulisnya tentunya hadir karena suatu alasan.

Azyumardi Azra yang merupakan seorang aktivitas mahasiswa tahun 1978 bergabung sebagai Reporter di majalah Panji Mas yang saat itu masih dipimpin oleh Buya Hamka.

"Jadi saya berhubungan dengan Buya Hamka lebih pada soal-soal perkembangan Indonesia di Indonesialah," kata Azyumardi Azra.

Melalui kelompok-kelompok diskusi yang ada di kampus Ciputat termasuk aktif kegiatan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) membuat dirinya mengembara ke berbagai bidang.

"Topik-topik diskusi pada tahun-tahun terakhir 1970-1980 itu banyak membahas masalah pembangunan, Islam dan pembangunan, agama dan pembangunan, agama dan modernisasi. Ya, itulah, mulai dari situ minat saya dan saya kemudian terus berkembang," terangnya.

Karya-Karya Tulis Azyumardi Azra

Beragam karya tulisnya pun mulai diterbitkan sejak tahun 1994 yaitu: Jaringan Ulama, terbit 1994, Pergolakan Politik Islam tahun 1996, Islam Reformis tahun 1999, Konteks Berteologi di Indonesia tahun 1999, Menuju Masyarakat Madani tahun 1999, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru tahun 1999.

Esei-esei Pendidikan Islam dan Cendekiawan Muslim tahun 1999, Renaisans Islam di Asia Tenggara tahun 1999 dan buku ini berhasil memenangkan penghargaan nasional sebagai buku terbaik untuk kategori ilmu-ilmu sosial dan humaniora pada tahun 1999.

Islam Substantif tahun 2000, Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas dan Aktor Sejarah tahun 2002, Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi tahun 2002, Reposisi Hubungan Agama dan Negara tahun 2002, Menggapai Solidaritas: Tensi antara Demokrasi, Fundamentalisme, dan Humanisme tahun 2002, Konflik Baru Antar-Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal tahun 2002.

Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi tahun 2003, Disertasi doktor berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries’”, pada 2004 sesudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), di Honolulu (Hawaii University Press), dan di Leiden Negeri Belanda (KITLV Press) dan Indonesia Bertahan (DARI MENDIRIKAN NEGARA HINGGA MERAYAKAN DEMOKRASI) 2020.

Bahkan jelang akhir hayatnya, Azyumardi Azra yang dipercaya sebagai pembicara dalam agenda Konferensi Internasional Kosmopolitan yang diselenggarakan oleh Angkatan Belia Islam Malaysia pada Sabtu (17/9/2022) lalu telah menyiapkan makalah khusus yang akan ia paparkan dalam agenda tersebut.

TIMES Indonesia mendapatkan karya Cendekiawan Muslim tersebut secara utuh dengan judul 'Nusantara untuk Membangkitkan Peradaban: Memperkuat Optimisme dan Peran Umat Muslim Asia Tenggara'.

Dalam makalah tersebut, Prof Azyumardi Azra menyampaikan, setidaknya dalam empat dasawarsa terakhir, ada euforia di kalangan Muslim sejagat tentang kebangkitan peradaban Muslim, atau bahkan kebangkitan Islam.

"Meski ada pencapaian pencapaian tertentu yang membuat kalangan Muslim bisa optimis tentang kebangkitan peradaban tersebut, tapi dalam segi-segi lain, cukup banyak pula gejala dan kecenderungan yang membuat pandangan tersebut boleh jadi lebih sekedar retorik daripada kenyataan," tulis Prof Azyumardi Azra

Azyumardi Azra di Mata Tokoh

Azyumardi-Azra-Pemakaman-2.jpgPemakaman Prof Azyumardi Azra. (FOTO: Fahmi/TIMES Indonesia)

Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin mengatakan Azyumardi Azra adalah salah seorang akademisi berkelas dunia yang ide dan pemikirannya sangat mencerahkan masyarakat luas.

"Almarhum (Prof Azyumardi Azra) adalah akademisi berkaliber dunia. Karya, ide dan pemikirannya sangat mencerahkan, terutama pada Sejarah Kebudayaan Islam, yang menjadi bidang kepakarannya," kata Wapres saat menyampaikan ucapan duka cita, Senin (19/9/2022) malam.

Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla mengaku sudah mengenal Prof Azyumardi Azra selama 10 tahun dan pernah menjabat sebagai stafnya saat menjabat sebagai Wakil Presiden periode 2014-2019.

"Pak Azyumardi sering dipanggil ikut memberikan saran-saran memberikan uraian atau analisa yang baik untuk kemasyarakatan, masalah sosial, masalah keagamaan," kata Jusuf Kalla usai pemakaman Azyumardi Azra di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Selasa (20/9/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menerangkan Prof Azyumardi Azra merupakan salah satu ilmuan yang memiliki reputasi akademik dan integritas Intekektual yang tidak diragukan lagi.

"Khazanah intelektual yang telah Prof Azyumardi Azra bangun sangatlah bermakna bagi kemajuan bangsa ini khususnya didalam bidang ilmu-ilmu sosial, dan ilmu keislaman," terang Menko PMK Muhadjir Effendy usai upacara pemakaman Prof Azyumardi Azra.

Hadir juga mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang menegaskan bahwa Prof Azyumardi Azra merupakan cendikiawan sejati.

"Bagi saya, beliau adalah cendikiawan sejati. Jadi, akademisi tulen yang memang sama sekali tidak pernah tergoda dengan jabatan-jabatan di birokrasi atau di organisasi politik atau di wilayah wilayah politik praktis," tegasnya.

Politisi Partai Persatuan Pembangunan yang juga Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani bersama isterinya memiliki kesan yang menarik terhadap Azyumardi Azra.

Arsul melihat Azyumardi sebagai pemikir jalan tengah karena mampu memberi solusi secara adil bagi pihak yang terlibat. Ia juga kagum dengan cara Azyumardi memperjuangkan hak-hak pers bersama Dewan Pers kala beraudiensi dengan anggota DPR berkaitan dengan RKUHP.

"Kalau sebagian masyarakat sipil itu inginnya dihapus saja supaya nggak ada, tapi kalau beliau tentu bersama-sama dengan Dewan Pers itu memberikan jalan tengah dengan melakukan reformulasi, menawarkan formulasi alternatif," ujarnya.

Selanjutnya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY turut hadir di Taman Makam Pahlawan Kalibata juga mengenang sosok Azyumardi Azra sebagai tokoh cendekiawan Islam dengan pemikiran yang melegenda.

"Saya sendiri mengenang beliau tentunya selain juga tokoh pers Indonesia, tulisan-tulisannya juga berkelas dunia," terang AHY.

"Waktu saya kuliah saya juga sering membaca tulisan beliau, terutama bagaimana demokrasi islam dan Indonesia ini bisa menjadi role model bagi negara-negara demokrasi lainnya di dunia," sambungnya.

Selain itu hadir dalam pemakaman Ketua Dewan Pers dan juga Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof Azyumardi Azra diantaranya, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Pol Boy Rafli Amar, Mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES