Kuliner

Cenil Jajan Kuno yang Masih Bertahan di Tengah Jajanan Modern

Minggu, 18 September 2022 - 12:12 | 211.75k
Cenil saat bersanding dengan jajanan jadul lainnya, lupis. (FOTO B: Instagram.com/@anna_christanto)
Cenil saat bersanding dengan jajanan jadul lainnya, lupis. (FOTO B: Instagram.com/@anna_christanto)

TIMESINDONESIA, MALANG – Jajan cenil, makanan tradisional berbahan tepung  tapioka yang satu ini ternyata jajan kuno yang masih bertahan hingga sekarang, ditengah arus masuknya jajan-jajan modern

Cenil hingga kini masi menjadi salah satu jajan pasar yang paling disukai, karena rasanya yang enak, gurih karena balutan parutan kelapa dan manis karena taburan kicak (gula merah atau aren yang dicairkan)

Saat ini, ketika kita berkeliling di pasar-pasar tradisional, pasti akan menjumpai jajan cenil diantara gabungan jajan seperti lupis, klepon, ongol-ongol, gempo dan sebagainya.

Meski di penjual berjualan macam jenis makanan itu, kata pertama yang diucapkan pembeli adalah "beli cenil" campur ini dan itu.

Mengapa cenil begitu akrab di telinga masyarakat tradisional, ternyata cenil yang terbuat dari bahan baku tepung tapioka itu punya sejarah dan filosofi. Bahkan sudah dikenal sejak tahun 1814-an, atau lebih dari dua abad.

Padahal jajan cenil itu terbuat dari bahan sederhana yang bisa dibeli dimana-mana.

Resep Membuat Jajanan Cenil

Bahan:

100 gram tepung tapioka
50 gram terigu
¼ sdt garam
¼ sdt vanili
150 ml air mendidih
150 gram gula merah
1 lembar daun pandan (untuk saus gula jawa)
½ butir kelapa parut dan berikan garam sedikit lalu kukus
Air untuk merebus
Pewarna sesuai selera

Cara Membuat:

1. Campurkan tepung tapioka, tepung terigu dan tepung ketan putih. Tambahi garam secukupnya lalu aduklah sampai bercampur dan rata.

2. Tuangkan air panas yang berasal dari air mendidih kedalam campuran di atas. Aduk dengan spatula kayu. Jika sudah hangat, uleni memakai tangan hingga kalis.

3. Bagi adonan menjadi beberapa bagian. Bolah 2 atau tiga. Kemudian masing-masing bagian kamu beri pewarna. Bisa hijau, merah, pink, atau coklat. Campur masing-masing adonan itu sampai rata

4. Panaskan air di panci hingga mendidih. Ambil sedikit adonan lalu bentuk dengan menggunakan tangan. Boleh dipilin, boleh bulat, dan kemudian masukkan ke dalam air yang mendidih. Lalu kita tunggu mengambang. Setelah mengambang ambil dengan seringan, angkat dan tiriskan.

5. Setelah dingin campuri dengan parutan kelapa. Kemudian di atasnya dituangi kicak (cairan gula merah atau aren). Nah cenil siap disantap. Mudah kan? yuk kita coba.

Sambil menikmati jajan cenil, alangkah baiknnya kita juga tahu tentang sejarah atau cikal bakal jajan cenil ini.

Dikutip dari Inibaru/kuliner, jajan cenil sudah ada cukup lama di Jawa, atau diyakini sudah akrab dengan lidah masyarakat Jawa sejak era Mataram Kuno, yakni abad ke 8. Artinya, jajan ini sudah eksis sejak dua abad silam.

Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Heri Priyatmoko pernah memberikan penjelasan terkait jajanan pasar, atau istilahnya waktu itu adalah nyamikan satu diantaranya adalah cenil. 

Khusus untuk cenil ini bahkan sudah tercatat  di Serat Centhini yang diterbitkan pada 1814.

Kabarnya, cenil ini aslinya berasal dari Pacitan, Jawa Timur. Di Pacitan, cenil disajikan dengan gula aren, namum di beberapa daerah cenil ada yang disajikan dengan gula halus.

Bagaimana cenil bisa akrab dengan lidah masyarakat Jawa? Ini tak lepas dari keadaan dimana saat Nusantara sedang mengalami masa sulit pangan.

Kemunculan cenil yang lengket dan kenyal ini bahkan jadi lambang kehidupan masyarakat di masa itu, yang erat dan saling membantu bersama agar sama-sama bisa bertahan.

Jadi, cenil  bersama dengan sejumlah penganan tradisional lainnya itu  dianggap sebagai bahan makanan untuk bertahan hidup masyarakat Jawa.

"Makanan ini adalah bentuk ketahanan pangan yang menyumbang kekayaan bahan makanan di Nusantara," kata Heri.

Soal kandungan gizinya, memang rendah.
Seorang sarjana dari Universitas Brawijaya pernah membuat tesis, bahwa cenil ini memiliki kekurangan salah satunya adalah nilai gizi yang rendah.

Salah satu upaya untuk menaikkan image cenil adalah dengan memperbaiki nilai gizi dengan cara mereformulasi, yakni menambah pati ganyong dan tepung kacang hijau, agar dapat meningkatkan nilai gizi serat dan protein.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan yang diberikan cenderung memberi pengaruh nyata terutama terhadap kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar serat pangan, tekstur, dan tingkat kecerahan produk.

Berdasarkan kebutuhan energi per hari yaitu 2.000 kkal, angka kecukupan gizi (%AKG) dapat dihitung menggunakan data yang diperoleh bahwa cenil tradisional dan cenil reformulasi memiliki persen angka kecukupan gizi dari total lemak dan total karbohidrat yang sama yaitu 5% dan 11%.

Kebutuhan protein per hari dapat dipenuhi sebanyak 6% pada cenil reformulasi, sedangkan cenil tradisional hanya dapat memenuhi kebutuhan protein sebesar 2%. Selain itu, dapat diketahui juga cenil reformulasi dapat memenuhi kebutuhan serat pangan per hari sebesar 20%.

Energi total yang dihasilkan dari konsumsi cenil reformulasi per 90 g adalah sebesar 170 kkal, sedangkan pada cenil tradisional adalah sebesar 160 kkal. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES