Kopi TIMES

Sensus Pertanian 2023 untuk Kemajuan Pertanian Indonesia

Selasa, 13 September 2022 - 22:48 | 92.76k
Liza Aufia Utami Br Ginting, Statistisi Ahli Muda di BPS Kabupaten Asahan.
Liza Aufia Utami Br Ginting, Statistisi Ahli Muda di BPS Kabupaten Asahan.

TIMESINDONESIA, SUMATRA UTARA – Pertanian masih menjadi sektor primadona Indonesia. Pesonanya tidak memudar, hingga tidak terbantahkan sebutan ‘negara agraris’ awet melekat di nama negara kita. Primadona karena faktanya pertanian masih menjadi leading sector yang memiliki kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia. BPS mencatat struktur perekonomian Indonesia di kuartal kedua tahun ini 12,98 persen ditopang oleh sektor pertanian.

Sektor pertanian juga konsisten tumbuh bahkan di tengah krisis ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19. Bahkan di saat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi, sektor pertanian masih mampu bertahan dan tumbuh dengan positif.

Fakta lainnya, sektor pertanian selalu mampu dan dominan menampung tenaga kerja Indonesia. Selain mampu tetap positif di tengah konstraksi akibat pandemik, sektor pertanian juga menekan angka pengangguran di Indonesia. BPS melaporkan di Tahun 2022, tenaga kerja di sektor pertanian mampu menampung 29,96 persen (40,63 juta orang) dari total penduduk bekerja. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, disusul sektor perdagangan dan sektor industri dari sisi daya serap tenaga kerja.

Kabar baik dari sektor pertanian lainnya yang tak kalah penting adalah keberhasilan Indonesia dalam swasembada beras selama tiga tahun berturut-turut. Indonesia mendapatkan ‘Penghargaan Sistem Pertanian-Pangan Tangguh dan Swasembada Beras Tahun 2019-2021 melalui Penggunaan Teknologi Inovasi Padi’ oleh IRRI (International Rice Research Institute) sebuah organisasi internasional yang berfokus pada tanaman padi.

Penghargaan tersebut  tidak terlepas dari perkembangan teknologi dan pemanfaatan inovasi di sektor pertanian, khususnya tanaman padi. 
Teknologi yang terus berkembang serta berbagai inovasi mutakhir, terutama yang muncul akibat pandemi Covid-19 tentu saja mengubah banyak tatanan kehidupan, tidak terkecuali dengan sektor pertanian. Namun, apakah petani kita siap dengan tantangan melek teknologi? Lantas bagaimana profil petani kita dan sejauh mana kondisi pertanian kita jika dibandingkan dengan pertanian di negara lainnya?

Faktanya regenerasi sumber daya manusia di sektor pertanian tampak sulit dilakukan. Sektor pertanian didominasi oleh pekerja dengan usia yang tidak lagi muda. Bukan hanya itu saja, mereka yang berpendidikan tinggi juga jarang terjun di sektor ini. Alhasil sektor pertanian didominasi oleh tenaga kerja dengan pendidikan yang relatif rendah. Kondisi sumber daya manusia di sektor pertanian yang rendah  ini tentu saja akan menjadi masalah ketika adaptasi teknologi dan inovasi dibutuhkan.

Kementerian Pertanian sudah mengimbau dan mendorong kaum milenial untuk turut meramaikan usaha di sektor pertanian. Tidak main-main, bahkan Kementerian Pertanian menargetkan terciptanya 2,5 juta petani milenial sampai Tahun 2024. Hal ini tentunya beralasan, selain karena saat ini Indonesia juga masih surplus penduduk usia produktif, persentase pengangguran pada kelompok usia muda juga tidak sedikit. Masuknya kelompok usia muda di sektor pertanian tentunya meningkatkan harapan adaptasi yang baik antara pertanian dan pemanfaatan teknologi. Sehingga sektor pertanian dapat terus berkembang dan tetap menjadi penyelamat perekonomian.

BPS dalam kewenangannya menyediakan data dasar termasuk dalam hal ini data pertanian, melaksanakan sensus pertanian setiap sepuluh tahun sekali pada tahun berakhiran 3. Tahun depan, untuk ketujuh kalinya sejak 1963, sensus pertanian akan dilaksanakan di seluruh wilayah di Indonesia. Sensus Pertanian 2023 mencakup sektor tanaman padi dan palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sensus pertanian akan menghasilkan data struktur pertanian serta kerangka sampel dasar untuk kegiatan pertanian selanjutnya. Data tersebut tentu akan bermanfaat sebagai tolak ukur statistik pertanian saat terkini.

Berbeda dengan sensus pertanian sebelumnya, Sensus Pertanian 2023 akan dilengkapi dengan ketersediaan isu-isu strategis terkini di bidang pertanian, seperti urban farming, petani milenial, dan small scale food producer sesuai standart FAO. Selain respon terhadap isu terkini, data yang dihasilkan oleh Sensus Pertanian 2023 juga dimanfaatkan untuk melengkapi indikator SDGs pertanian. Dengan keterbaruan tersebut, diharapkan data pertanian yang kita miliki akan memiliki standar baku yang dapat dibandingkan dengan negara lain. Sehingga pertanian kita dapat dimonitoring untuk terus berkembang mengikuti kemajuan pertanian dunia.

Dalam prosesnya, seluruh lapisan masyarakat dan stakeholder pemerintah harus sama-sama mengawal dan mendukung kegiatan Sensus Pertanian 2023 tersebut. Mengingat kegiatan ini merupakan perhelatan akbar sepuluh tahunan dan hasilnya menjadi modal dasar kebijakan pertanian, kesuksesan Sensus Pertanian akan menjadi momentum penting.

Pertama, data yang dihasilkan harus menjadi barometer baru sektor pertanian. Perubahan zaman harus disikapi dengan memperhatikan kondisi terkini pertanian Indonesia hingga level/unit terkecil. Kedua, hasil Sensus Pertanian 2023 yang sudah terstandart dapat dibagipakaikan pada seluruh pemangku kebijakan. Artinya satu data pertanian Indonesia semaksimal mungkin dimanfaatkan agar tidak terjadi lagi kisruh data pertanian dan menyebabkan kebijakan-kebijakan yang diambil tidak menyentuh kesejahteraan petani kita. Pada akhirnya kepedulian kita dalam mensukseskan Sensus Pertanian 2023 tahun depan adalah satu kunci untuk kemajuan pertanian Indonesia.

***

*) Oleh: Liza Aufia Utami Br Ginting, Statistisi Ahli Muda di BPS Kabupaten Asahan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES