Entertainment

Setelah "Lara Ati", Bayu Skak Tetap Akan Jaga Ciri Khas Dialog Bahasa Daerah

Senin, 12 September 2022 - 23:30 | 74.51k
Bayu Skak saat menemui penonton film Lara Ati di Kota Kediri (Yobby/Times Indonesia)
Bayu Skak saat menemui penonton film Lara Ati di Kota Kediri (Yobby/Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Nama Bayu Skak selama ini identik dengan film-film bernuansa bahasa daerah, terutama Jawa Timuran. Ke depan hal tersebut sepertinya akan tetap melekat pada sosok pria kelahiran Malang ini. 

Salah satunya bisa dilihat di karya terbarunya, Lara Ati, yang akan mulai tayang di bioskop 15 september nanti.  Film  "Lara Ati" sendiri menyempurnakan jalan cerita dari lokadrama dengan judul serupa.

Istilah lokadrama dipilih Bayu Skak bukan tanpa alasan. Ke depan industri sinema makin identik dengan digital, menurut Bayu, perlu ada hal baru yang bisa jadi pembeda.

"Aku harus punya nama yang baru lagi untuk series. Akhirnya kepikiran lokal drama," ujarnya.

Lokadrama, kata dia, adalah singkatan dari drama lokal. Jadi kelokalan itulah yang menjadi inti dari cerita yang akan disajikan,seperti halnya di Lara Ati menggunakan bahasa-bahasa daerah.

Bayu Skak menjelaskan dalam Lara Ati terdapat bahasa daerah Jawa yamg beragam corak, seperti Jawa ngapak, Jawa Timuran, Jawa Mataraman. Ada  pula bahasa daerah lainnya seperti Madura, bahasa Sunda.

Bayu-SKak-a.jpgBayu Skak dan Tatjana Saphira saat menemui penonton film Lara Ati di Kota Kediri (Foto: Yobby/Times Indonesia)

"Itu memang sudah ciri khas aku untuk menjunjung tinggi kedaerahan," tutur Bayu Skak, ditemui di sela Roadshow Film Lara Ati di CGV Kota Kediri, Senin sore (12/09/2022).

Seperti halnya dengan karya Bayu Skak sebelumnya Yo Wes Ben, film Lara Ati juga dipenuhi dialog dengan bahasa daerah. Dengan menggunakan bahasa daerah Bayu Skak berharap anak-anak muda masa kini bisa terus mengenali dan melestarikan bahasa daerah mereka masing-masing. Proses produksi film Lara Ati sendiri kebanyakan dilakukan di Surabaya.

"Itu akan akan menjadi ciri khasku. Karena yang pengen aku sampaikan adalah jangan malu atas kedaerahan yang kita miliki," ujarnya.

Menurut Bayu, seiring berkembangnya zaman ketika masyarakat semakin modern, bahasa daerah itu semakin ditinggalkan. "Misalnya kita semuanya yang muda-muda sudah meninggalkan bahasa daerah yang kita miliki sementara yang tua-tua juga semakin tua dan mungkin ke depan juga meninggal, maksudnya siapa yang akan meneruskan bahasa daerah itu? Akan punah dan kita akan menjadi  masyarakat yang seperti apa?" tambah Bayu Skak lagi.

Mengusung misi mengenalkan dan melestarikan bahasa daerah bukan hal yang mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi Bayu Skak, terutama saat mengenalkan lokadrama Lara Ati ke pihak TV.  Dialog bahasa daerah sempat diminta untuk dikurangi, namun hal tersebut ditolak tegas oleh Bayu Skak.

"Aku enggak mau, aku punya punya standar. Kalian mau bikin ini jadi yang gede sekalian atau jadi yang setengah-setengah. Kalau jadi yang setengah-setengah malah enggak jadi apa-apa nanti. Itu sebenarnya menantang arus banget karena yang TV punya pattern sendiri," ujarnya.

Namun, kata Bayu Skak, dirinya percaya pada tulisan dari para penulisnya. "Mereka sudah menulis sangatlah rapi dan aku believe pada story-nya," kata Bayu.

film-lara-ati.jpg

Selain dibintangi dan disutradarai Bayu Skak (sebagai Joko), film Lara Ati juga dibintangi Tatjana Saphira (Ayu), Keisya Levronka (Ajeng), Dono Pradana (Fadli), Sahila Hisyam (Farah), serta seniman senior Cak Kartolo sebagai Pak Bandi.

Berbeda dengan Bayu Skak, Dono Pradana, serta Cak Kartolo yang memang asli Jawa Timur dan setiap hari kebanyakan menggunakan bahasa daerah, Tatjana Saphira dan Sahila Hisyam justru sebaliknya. Untuk memudahkan proses produksi, kedua aktris cantik itu sempat mengikuti kursus singkat bahasa daerah Jawa Timur-an selama dua minggu.

"Jadi mereka itu kami ajarkan Bahasa Jawa dua minggu, sebelum syuting itu dimulai. Mereka intens banget untuk belajar bahasa daerah, dari segala sesuatunya seperti logat gitu harus dipelajari dan mereka, salutnya adalah (mereka) enggak yang mundur ketika mendapatkan naskah berbahasa daerah, berbahasa Jawa yang bukan bahasa mereka. Malah kayak merasa tertantang dan mau belajar," kata Bayu Skak. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES