Ekonomi

Meniti Bisnis Rumahan dengan Produk Handmade Berbahan Kulit

Sabtu, 10 September 2022 - 08:45 | 84.67k
Salah satu produk dompet handmade yang diproduksi Geizt Leatherworks (Foto: Megha/TIMES Indonesia)
Salah satu produk dompet handmade yang diproduksi Geizt Leatherworks (Foto: Megha/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Mengawali bisnis leathercraft pada tahun 2015 silam, Megha Nugraha mencoba mengeksplorasi produk-produk handmade yang dibuat dari kulit. Pengerjaannya pun dilakukan dengan manual atau jahit tangan. Sedikit demi sedikit bisnisnya pun berkembang hingga kini.

Awal mula memilih kulit menurut Megha, karena pemakaiannya yang timeless serta memiliki nilai historis tersendiri.

Misalnya saja seperti produk dompet. Keunikan dan karakter dompet itu akan timbul seiring waktu. Perubahan warna dan tekstur kulit dari waktu ke waktu menjadikannya semakin menarik dilihat.

Baginya, kulit menampilkan nilai eksklusifitas dan ciri khas si pemakai. Semakin lama pemakaian justru semakin menarik penampilannya.

"Perubahan warna coklat tua pada dompet kulit pada umumnya akan terlihat seiring pemakaian. Penuaan warna kulit atau aging juga biasa disebut patina," kata Megha yang sudah menjalani bisnisnya selama delapan tahun.

Bagi Megha, ciri khas tiap produk juga berbeda-beda tergantung jenis dan tekstur kulit itu sendiri. Produk handmade yang dibuatnya pun kebanyakan menggunakan kulit sapi jenis kulit nabati atau lebih dikenal dengan istilah vegetable tanned leather.

Kulit jenis ini merupakan kulit sapi yang disamak dengan menggunakan bahan-bahan alami dari ekstrak pepohonan seperti kulit pohon, kayu, buah-buahan, dan akar sehingga limbah yang dihasilkan aman bagi lingkungan.

"Penggunaan kulit sapi juga sudah umum dipakai oleh beberapa pengrajin kulit handmade. Kulit nabati juga ramah lingkungan. Tanpa pewarna pabrikan atau sejenisnya," jelas Megha yang menamai mereknya dengan nama Geizt Leatherworks.

Kelebihan produk handmade diakui Megha lebih awet kualitasnya, teruji karena pembuatannya dilakukan dengan teliti dan diperlukan ketekunan. Sehingga pengerjaannya pun terhitung lama untuk setiap produk.

Karena itulah produk handmade terkesan eksklusif dan limited. Berbeda dengan produk pabrikan yang diproduksi secara massal sehingga nyaris tak ada keunikan di tiap produknya.

Bahan kulit yang dipakai diakuinya berasal dari daerah Jawa dan beberapa juga impor. "Kulit sapi khususnya berasal dari Jawa tapi ada juga beberapa yang impor. Mengingat kualitas kulit disana cukup bagus," tambah pria kelahiran Bandung itu.

Penjualan Geizt Leatherwork hingga kini masih mengandalkan social media seperti instagram @geizt.leatherworks dan toko online @leathergeizt di Tokopedia. Workshop dan pengerjaannya pun di rumah.

Geizt-Leatherworks-b.jpgDetail produk buatan Geizt Leatherworks model Mid Wallet (Foto: Megha/TIMES Indonesia)

Meski begitu Megha cukup puas. Sebab dengan menggunakan media online dinilai mampu menjangkau secara global. Terbukti penjualan yang dihasilkan sudah sampai Malaysia, Singapura, hingga benua Eropa Inggris.

"Untuk Indonesia penjualannya sudah mencakup pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Sedangkan untuk luar negeri baru sampai Malaysia, Singapura, dan Inggris," papar pria yang pernah menjadi mentor workshop leathercraft di Malaysia.

Harga yang ditawarkan pun bervariasi mulai dari Rp100.000 sampai Rp1.400.000. Tergantung kerumitan, jenis kulit, dan besarnya pemakaian kulit untuk suatu produk. Aksesoris buatan Geizt Leatherworks juga beragam seperti gelang, strap jam, ikat pinggang, dompet, clutch, gantungan kunci, tas, dan aksesoris lainnya.

Hingga pada 2018 Geizt Leatherworks berkesempatan memenuhi undangan ke Malaysia untuk mengikuti pameran dan workshop yang diselenggarakan oleh Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), Johor Da’rul Tazim Malaysia.

Geizt-Leatherworks-c.jpgProses pengerjaan produk Luggage Tag untuk koper (Foto: Megha/TIMES Indonesia)

Pada kesempatan itu, Megha juga mengisi pelatihan workshop leathercraft sebagai mentor bagi mahasiswa yang ingin belajar membuat kerajinan dompet kulit secara manual.

Kini produk Geizt Leatherworks juga berkesempatan mengikuti pameran UMKM Planogram G20 yang dilakukan secara online. UMKM terpilih yang berpartisipasi merupakan hasil dari kurasi dari pihak panitia yang diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu rangkaian G20 di Nusa Dua, Bali.

"Menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya terpilih untuk berpartisipasi  dalam perhelatan internasional," sambung pemilik bisnis produk handmade berbahan kulit ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES