TIMESINDONESIA, MALANG – Polyglot bagi sebagian orang, bukan istilah yang familiar. Sebutan ini diberikan untuk seseorang yang mahir berbicara, menulis, atau membaca dalam banyak bahasa.
Menurut Merriam-Webster Dictionary, istilah polyglot pertama kali digunakan pada tahun 1645. Polyglot berasal dari bahasa Yunani, yakni polyglōttos. Kata ini terdiri dari gabungan kata poly- yang berarti banyak dan glōtta yang berarti bahasa.
Secara umum, sebenarnya tidak ada definisi baku untuk jumlah bahasa yang harus dikuasai oleh seseorang agar disebut sebagai polyglot. Tetapi, biasanya jika seseorang menguasai atau fasih berbicara dalam dua bahasa maka disebut sebagai bilingual dan bila menguasai tiga bahasa, maka disebut trilingual.
Sedangkan jika seseorang dapat menguasai empat bahasa, seseorang tersebut dapat disebut sebagai polyglot dan jika seseorang dapat menguasai lebih dari empat bahasa disebut hyperpolyglot.
Banyak tokoh-tokoh terkenal di dunia disebut sebagai polyglot, salah satunya yakni Emil Krebs, seorang tokoh diplomat dari Jerman (1867-1930) yang menguasai aktif dan pasif lebih dari 68 bahasa.
Banyak faktor yang dapat membuat seseorang menjadi polyglot, diantaranya seperti memiliki rasa ketertarikan dan kecintaan terhadap budaya, sejarah, musik, film, tempat wisata, ataupun olahraga berbagai negara seluruh dunia, serta adanya faktor kepentingan bisnis dan edukasi.
Orang-orang polyglot mendedikasikan hidupnya untuk belajar secara aktif agar bisa mempelajari dan menguasai banyak bahasa di dunia. Karena terbiasa mempelajari banyak bahasa, seorang polyglot sering dianggap memiliki cara kerja otak yang berbeda dengan orang normal pada umumnya.
Polyglot dikenal memiliki banyak manfaat karena banyak dibutuhkan di berbagai bidang pekerjaan. Selain itu, seseorang dengan kemampuan banyak bahasa ini juga bisa mengantarkannya ke dunia Internasional.
Beberapa manfaat menjadi seorang polyglot diantaranya seperti dapat memperluas jaringan, potensi karir yang lebih besar dan luas, serta kemudahan dalam berkarir atau melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Tidak hanya memberikan dampak ke karir, tetapi menjadi seorang polyglot juga dapat bermanfaat untuk kesehatan.
Menurut studi dalam jurnal Trends In Cognitive Sciences (2012), polyglot berisiko lebih rendah terhadap penyakit Alzheimer dan demensia. Hal ini dikarenakan orang yang mempelajari bahasa baru selama hidupnya lebih sering mengasah otaknya, dan hal ini dapat membuat kinerja otak makin baik sehingga mereka terhindar dari risiko gangguan kognitif.
Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam menguasai banyak bahasa. Biasanya, setiap orang juga memiliki cara tersendiri dalam membantu mereka menjadi polyglot. Ada sejumlah tips yang bisa diterapkan agar mahir menguasai banyak bahasa, berikut ulasannya.
1. Mempelajari satu bahasa dalam satu waktu.
Cara efektif untuk menjadi polyglot adalah menguasai satu bahasa dalam satu waktu. Hal tersebut bertujuan agar bisa fokus dan tidak bingung dalam mempelajarinya.
2. Memperbanyak kosakata
Semakin banyak kosakata yang dikuasai, maka semakin cepat seseorang belajar bahasa baru. Saat pertama kali belajar bahasa baru, cukup cari tahu kata atau frasa apa saja yang biasa digunakan saat berkomunikasi. Tidak lupa juga untuk mencatat secara rutin kosakata baru yang ditemukan.
3. Mencari partner belajar
Selain mempelajari teori, sebuah bahasa akan lebih mudah dikuasai bila sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mencari lawan bicara adalah suatu hal yang penting dalam menguasai bahasa.
4. Komitmen dan konsisten
Dalam pembelajaran, diperlukan komitmen dan sikap konsisten untuk belajar dalam jangka waktu yang lama. Dengan cara tersebut, seseorang yang sedang belajar dalam menguasai banyak bahasa bahasa (polyglot) tidak akan kehilangan semangat belajarnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
| Editor | : Faizal R Arief |
| Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
