Peristiwa Internasional

Kedutaan Rusia di Afghanistan Diteror Bom Bunuh Diri, ISIS Bertanggungjawab

Selasa, 06 September 2022 - 11:45 | 14.58k
Seorang anak laki-laki yang terluka setelah seorang pembom bunuh diri meledakkan bahan peledak di dekat pintu masuk kedutaan Rusia dirawat di sebuah rumah sakit di Kabul. (FOTO A: Al.Jazeera/Reuters)
Seorang anak laki-laki yang terluka setelah seorang pembom bunuh diri meledakkan bahan peledak di dekat pintu masuk kedutaan Rusia dirawat di sebuah rumah sakit di Kabul. (FOTO A: Al.Jazeera/Reuters)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kedutaan Rusia di Kabul, Afghanistan diteror bom bunih diri, enam orang meninggal, dua di antaranya adalah karyawan kedutaan, Senin (5/9/2022) malam.

Bom itu meledak di dekat pintu masuk kedutaan besar Rusia di Kabul, bersamaan dengan sang pelaku ditembak mati oleh petugas yang berjaga di kedutaan.

Kementerian luar negeri Rusia dan pejabat Afghanistan menyebutkan serangan seperti  ini jarang terjadi terhadap misi diplomatik asing di ibu kota Afghanistan.

Kementerian luar negeri Rusia menambahkan selain dua karyawan kedutaan meninggal,  "militan tak dikenal" meledakkan alat peledak di dekat pintu masuk ke bagian konsuler kedutaan pada pukul 10:50 (06:20 GMT).

"Akibat serangan itu, dua pegawai misi diplomatik meninggal dumia, dan ada juga korban di antara warga Afghanistan,” kata kementerian itu. Namun tidak jelas tentang siapa anggota staf itu atau bagaimana mereka meninggal.

"Empat orang lainnya yang meninggal dunia adalah warga sipil Afghanistan," kata Khalid Zadran, seorang juru bicara pihak kepolisian Kabul.

Polisi mengatakan penyerang ditembak mati oleh penjaga bersenjata saat dia mendekati gerbang kedutaan di daerah Darul Aman di barat daya Kabul.

"Penyerang bunuh diri, sebelum mencapai target, dikenali dan ditembak oleh penjaga kedutaan Rusia (Taliban)," kata Kepala Polisi Distrik tempat serangan itu terjadi, Mawlawi Sabir seperti yang disampaikan kepada Reuters.

Tidak segera jelas apakah penyerang masih sempat memicu peledaknya  sebelum ia ditembak, atau justru tembakan penjaga kedutaan yang meledakkan bahan peledak pada tubuh pelaku.

Kelompok ISIL (ISIS) menyatakan mengaku bertanggung jawab atas serangan pada Senin malam itu.

"Seorang pejuang ISIL meledakkan rompi bunuh diri dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh karyawan Rusia di dekat kedutaan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan melalui saluran Telegram.

Itu adalah yang terbaru dari serangkaian pemboman, banyak di antaranya diklaim oleh ISIL, yang sebagian besar menargetkan posisi Taliban atau masjid kelompok minoritas, khususnya Muslim Syiah.

Namun, pemboman hari Senin tampaknya menjadi yang pertama menargetkan misi diplomatik asing di Kabul sejak pengambilalihan Taliban pada Agustus 2021.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan di Moskow, mengecam serangan itu sebagai sama sekali tidak dapat diterima. Kementerian luar negeri Afghanistan membenarkan atas kematian dua staf kedutaan.

"Itu (ledakan) sebenarnya terjadi di dekat kedutaan di mana ada kerumunan orang berkumpul untuk mengajukan visa Rusia,” kata jurnalis yang berbasis di Kabul, Najib Lalzoy seperti dikatakan kepada Al Jazeera.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengutuk keras serangan itu dan menyatakan belasungkawa kepada para korban dan keluarga mereka dalam sebuah pernyataan.

Misi PBB di Afghanistan, UNAMA juga mengutuk pemboman itu. UNAMA menekankan perlunya otoritas de facto untuk mengambil langkah-langkah untuk memastikan keselamatan dan keamanan rakyat serta misi diplomatik.

Kekerasan di Afghanistan sebagian besar telah menurun sejak Taliban kembali berkuasa, tetapi beberapa ledakan bom yang dikaitkan dengan afiliasi ISIL telah mengguncang negara itu dalam beberapa bulan terakhir.

Juru bicara kementerian luar negeri di Afghanistan mengatakan pasukan Taliban akan mengambil langkah serius untuk mengamankan kedutaan besar yang beroperasi di negara itu.

"Pemerintah memiliki hubungan dekat dengan Rusia, kami tidak akan pernah membiarkan tindakan negatif musuh seperti itu berdampak negatif pada hubungan," kata Abdul Qahar Balkhi dalam sebuah pernyataan.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan kedutaan meningkatkan keamanannya setelah serangan dan otoritas Taliban tambahan, termasuk agen intelijen, dibawa masuk. "Mari kita berharap penyelenggara aksi teroris ini dan para pelakunya dihukum," kata Lavrov.

Rusia adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan kedutaannya di Kabul setelah Taliban mengambil alih negara itu lebih dari setahun yang lalu.

Meskipun Moskow tidak secara resmi mengakui pemerintah Taliban, pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan para pejabat mengenai kesepakatan untuk memasok bensin dan komoditas lainnya.

Namun celakanya, Senin malam kantor kedutaannya justru diteror bom bunuh diri, tepatnya di pintu masuk kantor Kedutaan Rusia di Kabul, Afghanistan yang menyebabkan enam orang meninggal dunia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES