Ekonomi

Sampai Agustus 2022 Jadi Sumber Inflasi, Pemerintah Diiingatkan Jaga Stok Pangan

Senin, 05 September 2022 - 19:40 | 56.05k
Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Wangi binaan Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi menunjukkan hasil panennya. (FOTO: Rizki Alfian/TIMES Indonesia)
Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Wangi binaan Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi menunjukkan hasil panennya. (FOTO: Rizki Alfian/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemerintah secara intens terus memonitor dan mengevaluasi penerapan kebijakan pangan nasional agar sesuai dengan kondisi terkini. Salah satunya adalah melakukan penguatan stok beras melalui Badan Pangan Nasional. 

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat memimpin Rapat Koordinasi Terbatas Kebijakan Pangan baru-baru ini menyampaikan bahwa hasil rapat juga menugaskan kepada Perum Bulog dalam penguatan stok cadangan beras pemerintah (CBP).

"Dalam Rakortas diputuskan yang pertama tentang kebijakan pembelian gabah/beras petani dengan fleksibilitas harga," kata Airlanggga. 

Ia menjelaskan, pada Agustus 2022 bahan makanan mengalami deflasi sebesar 2,64% (mtm). Secara rinci, komoditas bahan makanan yang memberikan andil deflasi pada bulan Agustus 2022 adalah Bawang Merah 0,15%, Cabai Merah 0,12%, Cabai Rawit 0,07%, Minyak Goreng 0,06%, Daging Ayam Ras 0,06%, Tomat 0,03%, Ikan Segar, Jeruk dan Bawang Putih masing-masing 0,01%. 

Sementara komoditas yang memberikan andil dalam inflasi yaitu Telur Ayam Ras dan Beras masing-masing 0,02%. BPS juga mencatat inflasi IHK (indeks harga konsumen) pada Agustus 2022 sebesar 4,69% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,94% (yoy). 

Sementara Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan, sektor energi dan pangan menjadi penyumbang terbesar dalam kenaikan inflasi. Seusai kebijakan penaikan BBM bersubsidi, memang diperlukan kebijakan untuk meminimalir dampak kenaikan tersebut. 

"Jadi memang sumber inflasi sampai dengan Agustus 2022 ada di energi dan pangan. Di September 2022 energi akan naik seiring penyesuaian tarif BBM. Maka untuk meminimalisir dampak itu, inflasi pangan harus turun," kata Faisal kepada wartawan, Senin (5/9/2022).

Dengan demikian, langkah pemerintah untuk memperkuat stok pangan usai kenaikan BBM bersubsidi bisa membantu menekan angka inflasi. Faisal menerangkan ketika inflasi pangan bisa dikendalikan maka akan berpengaruh pada kenaikan inflasi secara umum.

Pengendalian inflasi pangan ini tidak hanya penting bagi upaya menekan inflasi secara umum, tetapi juga untuk menjaga daya beli masyarakat.

"Selain itu juga menjadi penting pengendalian inflasi pangan ini karena pangan adalah kebutuhan pokok sehingga akan berkaitan erat dengan daya beli," tegas Faisal.

Faisal memperkirakan kenaikan harga ketiga jenis BBM berisiko dapat memangkas pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan semester pertama 2022, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,23% didukung oleh naiknya mobilitas setelah pelonggaran PPKM, bansos dari Pemerintah, dan kinerja ekspor yang tinggi di tengah naiknya harga komoditas unggulan.

"Dengan demikian, kami masih melihat ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh di kisaran 5% secara full-year pada tahun 2022 ini," ungkapnya.

Kenaikan harga BBM juga akan memicu naiknya inflasi karena dampak langsung dan dampak lanjutan pada inflasi seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, hingga kenaikan sebagian harga barang dan jasa lainnya pula. Inflasi pada akhir 2022 diprediksi akan berada pada kisaran 6,27%.

"Angka 6.27% itu sudah memperhitungkan inflasi pangan yang cenderung terkendali walau sudah memasukan dampak pengaruh inflasi BBM ke pangan ya karena terkait distribusi," pungkasnya.

Beli Sesuai HPP
Peneliti INDEF, Rusli Abdullah, menambahkan, pemerintah harus memberikan harga yang layak untuk gabah petani. "Pemerintah disini harus turun pastikan agar harga pembelian Bulog sesuai HPP (Harga Pokok Penjualan), kalau seandainya petani mau menjual ke pembeli lain di atas HPP itu hak petani," kata dia. 

Ia berpendapat, kenaikan harga akibat dampak kenaikan harga BBM tidak akan jauh karena sebenarnya harga bahan pangan seperti telur dan gandum sudah naik sebelumnya. Pemerintah juga perlu memainkan peran dalam menjaga ketersediaan bahan pangan, khususnya beras. 

"Ada dua pihak, petani pengen harga tinggi, produsen pengen harga terjangkau," kata Rusli. 

Meski sekarang ada kritik kepada pemerintah karena menaikkan harga BBM, namun Rusli mengatakan, menurutnya hal ini tidak akan berlangsung lama. Apalagi dalam satu dua bulan akan ada adjustment, ada titik keseimbangan baru. 

"Saya kira untuk untuk mencapai keseimbangan baru, tentu ada yang terdampak, artinya masyarakat bagian bawah," kata Rusli. 

Ditambah lagi sebelum menaikkan harga BBM, Presiden Jokowi sudah bagi bagi BLT. Sedikit banyak keberadaan BLT untuk membantu masyarakat rentan menghadapi kenaikan harga karena BBM. Namun ia mengingatkan agar BLT yang disalurkan harus tepat sasaran. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES