Wisata

Kisah Kesucian Kiai Santri yang Makamnya Jadi Wisata Religi di Pacitan

Sabtu, 03 September 2022 - 18:25 | 228.33k
Makam keramat Kiai Santri yang terletak di Dusun Mojo, Desa/Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Makam keramat Kiai Santri yang terletak di Dusun Mojo, Desa/Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PACITAN – Di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terdapat sebuah kisah tentang kesucian orang saleh bernama Kiai Santri yang makamnya dijadikan salah satu wisata religi. Lokasinya makam Kiai Santri terletak di Dusun Mojo, Desa Punung. Jarak dari Pendopo Kecamatan Punung kurang lebih 1,5 kilometer ke arah utara. 

Penggiat Budaya dan Sejarah setempat, Rusmini yang mengutip dari buku Babat Mojo karya R. Ganda Wardaya, 1935 menjelaskan, Kiai Santri dikenal sebagai orang saleh penyebar Agama Islam dan penguasa wilayah Maling Mati era Kerajaan Majapahit. Konon, Raja Majapahit memiliki 135 putra yang tersebar ke beberapa penjuru. 

"Kiai Santri merupakan pengembara. Sedangkan Dusun Mojo dipimpin oleh seorang darah biru atau pengageng bernama Kiai Ageng Mojo," katanya, Sabtu (3/9/2022). 

Suasana-area-makam-keramat-Kiai-Santri.jpgSuasana area makam keramat Kiai Santri di tengah hutan kerap diziarahi berbagai kalangan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia) 

Awal mulanya, lanjut Rusmini, pada suatu hari Kiai Ageng Mojo pergi ke ladang untuk menggarap ladang dan Nyai Ageng Mojo atau Dewi Ratri bermain gamelan gender sambil nyinden atau menyanyikan tembang jawa. Saking merdunya suara gamelan, sampai terdengar ke luar rumah. Sontak membuat siapapun akan terpikat hatinya. 

"Tanpa disadari, ternyata Kiai Santri terpikat oleh bunyi gender yang dimainkan oleh Nyai Ageng Mojo dan langsung masuk ke dalam rumah. Saat sedang asyik menikmati gamelan sambil bernyanyi, tiba-tiba Kiai Ageng Mojo datang dan geram melihat istrinya ditemani orang asing," terangnya. 

Kiai Ageng Mojo pun marah dan naik pitam. Lantaran cemburu, tanpa basa-basi langsung menikam Kiai Santri menggunakan keris dari belakang hingga menembus dada. Tak hanya itu, keris yang masih berlumuran darah pun seketika itu ditancapkan ke tubuh sang istri. 

"Nyai Ageng Mojo meninggal seketika. Apa yang terjadi dengan Kiai Santri? Ternyata Kiai Santri tidak langsung meninggal, namun ia masih meninggalkan pesan untuk Kiai Ageng Mojo," ucap Rusmini. 

Kiai Santri yang merasa tak bersalah berkata sambil terbata-bata menahan sakit, "Kiai Ageng Mojo, Kamu telah membunuh orang yang tanpa dosa."

Kiai Ageng Mojo masih marah dan membalas, "Hai orang durhaka dan berdusta, kamu tidak merasa kalau telah bermain serong dengan istriku?."

Kiai Santri lalu menjawab dengan bijaksana tampak dari raut wajah yang shaleh, “Oh begitu anggapanmu? Sejatinya tidak begitu, coba lihat padaku! Aku masih suci dan tidak benar apa yang telah kau tuduhkan padaku. Aku akan buktikan kesucian pribadiku. Aku mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, apabila aku bersih tanpa dosa, darah yang mengalir dari tubuhku ini akan berubah warna menjadi putih, bila aku berbuat dosa maka akan mengalir darah merah," papar Rusmini seperti dalam alur cerita Babad Mojo. 

Darah Kiai Santri Baunya Wangi

Setelah diam sejenak, ternyata benar, darah yang keluar dari tubuh Kiai Santri warnanya berubah menjadi putih dan mengeluarkan aroma yang semerbak wangi.

Melihat hal itu, lanjut Rusmini, Kiai Ageng Mojo merasa menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Lalu merangkul kaki Kiai Santri yang sudah tak berdaya itu dan dengan rendah hati Kiai Ageng Mojo mohon maaf atas kesalahan yang diperbuatnya sambil bertanya nama dan asal Kiai Santri tersebut. 

Akhirnya Kiai Santri menjawab dengan tertatih-tatih, "Namaku Kyai Santri, aku adalah orang yang tidak mempunyai rumah dan musyafir. Kamu jangan menyesal atas perbuatanmu karena aku tidak merasa sakit hati dan tidak akan membalas dendam kepadamu, karena ini semua sudah menjadi takdir Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja saya berpesan, apabila aku meninggal, supaya jenazahku dikubur di tempat ini, agar kelak anak cucuku dapat mengunjungi pusaraku dan berziarah."

"Setelah itu, Kiai Santri melihat ke angkasa kemudian menundukkan kepala senyum tiga kali, memejamkan mata dan akhirnya meninggal dunia," kata Rusmini bercerita.

Sementara itu, Kepala Dusun Mojo, Widodo mengatakan, kini makam Kiai Santri dianggap keramat oleh masyarakat sekitar dan dijadikan makam yang bertuah. Bahkan pada malam-malam tertentu di area makam dibuat semacam rutinan keagamaan oleh GP Ansor Kecamatan Punung. 

"Terlepas dari mitos, warga sekitar tidak berani berperilaku yang aneh-aneh terhadap keberadaan makam Kiai Santri. Pernah ada yang mencoba minta kaya, namun malah kesebalikannya," jelasnya. 

Ada yang unik di pusara makam Kiai Santri, yakni terdapat gundukan tanah berupa rumah rayap atau pundung. Ketinggiannya mencapai satu meter. Sampai sekarang masih menjadi misteri. 

"Pernah kami ratakan gundukannya, tapi balik lagi seperti sedia kala dan malah bertambah tinggi satu jengkal. Akhirnya dibiarkan begitu saja. Memang tak dapat dinalar," ungkap Widodo sambil menunjuk ke arah Makam Kiai Santri.

Atas saran Pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas, KH. Fuad Habib Dimyathi, pada tahun 2020 lalu, Makam Kiai Santri dipugar dan direnovasi. Setiap malam Senin Pon dan Jumat Wage juga digunakan untuk rutinan keagamaan warga sekitar. 

"Sekarang banyak yang ziarah ke sini. Ada juga yang bernadzar. Rata-rata sekedar mendoakan dan meminta perlindungan kepada Allah SWT. GP Ansor sering bersholawat mahalul qiyam," pungkasnya. 

Untuk mengenang Kiai Santri, warga Dusun Mojo melakukan Upacara Adat Nyadran yang masih dilestarikan sampai sekarang.  Demikianlah kisah kesucian Kiai Santri dan kini makamnya dijadikan salah satu wisata religi di Kabupaten Pacitan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES