Kopi TIMES

Hanya Menjadi Masalah Baru Bagi Banyak Orang

Jumat, 02 September 2022 - 16:04 | 39.19k
Rizky Ridho Pratomo, Content Writer di Yayasan Generasi Literat, yayasan yang fokus di isu pendidikan, perdamaian, dan literasi. 
Rizky Ridho Pratomo, Content Writer di Yayasan Generasi Literat, yayasan yang fokus di isu pendidikan, perdamaian, dan literasi. 

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Data adalah minyak baru dalam peradaban saat ini. Banyak pihak sepakat dengan pernyataan tersebut, terutama perusahaan. Siapapun yang menguasai data - atau punya data paling banyak, dia akan melaju lebih cepat dibanding yang lain. 

Bayangkan, bagaimana perusahaan teknologi raksasa seperti Meta, Twitter, dan Google punya database yang melimpah tentang kesukaan kita: film, makanan, minuman, video yang telah ditonton, dan hal-hal yang kita cari di dunia digital. Maka, jangan heran apabila YouTube bisa menebak apa yang ingin kita cari. 

Data tersebut jadi aset mereka dan bisa digunakan dalam marketing. Bisa juga menjadi bahan analisis untuk membuat produk baru yang bisa diterima baik oleh masyarakat. Mungkin juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi. Apapun itu, pemanfaatan data dapat mendatangkan keuntungan. 

Lalu pertanyaannya, jika data bisa bermanfaat bagi perusahaan, apakah masyarakat juga mendapatkan keuntungan yang sama? Jika konteksnya adalah data yang ditukar dengan akses layanan dari sebuah entitas, maka masyarakat juga dapat manfaat yang cukup besar. 

Namun, jika bicara konteks yang lebih luas dan bukan sekadar barter, jawabannya akan jauh berbeda. Kita bisa mendapatkan gambaran dari perbedaan concern. Ketika suatu entitas pemangku kebijakan bicara soal data, data, dan data, kita sebagai masyarakat justru sibuk dengan isu privasi. 

Isu privasi selalu muncul jika bicara soal data. Apakah data kita aman? Bagaimana sistem perlindungannya dan isu lainnya. Masalah tersebut membuat kita cemas. Bisa saja tiba-tiba ada saja orang tak dikenal menghubungi kita. 

Kita tidak sadar bahwa banyak data kita telah dipegang oleh perusahaan teknologi seperti Apple, Amazon, Microsoft, dan Facebook. Meski perusahaan-perusahaan ini mengatakan akan melindungi datanya sebaik mungkin, tak ada jaminan bahwa data kita tidak akan dicuri oleh pihak ketiga. 

Pada bulan Maret 2022, perusahaan teknologi NVidia pernah diserang hacker. Hacker berhasil mengambil data karyawannya. Samsung juga ikut merasakan ganasnya serangan siber di tahun yang sama dengan NVidia. Perusahaan sekelas Alibaba pun jadi korban serangan hacker di tahun 2019 lalu. Sebanyak 1,1 miliar data pengguna berhasil didapatkan si penjahat siber. 

Data-data yang telah dicuri oleh hacker bisa diperjualbelikan. Entah untuk tujuan apa, yang jelas data kita menjadi komoditas yang sangat menggiurkan. Orang bisa menggunakan data pribadi untuk kepentingan apapun. 

Privasi yang sebelumnya kita punya kendali soal itu, kini hilang. Nasib data pribadi kita sekarang tergantung pada seberapa powerful sistem keamanan siber sebuah perusahaan. 

Bagi perusahaan atau hacker, data merupakan sumber ekonomi baru adalah kenyataan. Tetapi, buat masyarakat seperti kita, data kita menjadi komoditas yang diperdagangkan dan kita tidak tahu bagaimana entitas akan mempergunakan data yang didapat. 

Akses layanan yang kita dapat dari aplikasi harus ditukar dengan privasi kita. Data yang katanya sumber ekonomi baru, malah menambah kecemasan bagi kita. Apakah kita harus beralih ke analog agar data kita aman?

***

*)Oleh: Rizky Ridho Pratomo, Content Writer di Yayasan Generasi Literat, yayasan yang fokus di isu pendidikan, perdamaian, dan literasi. 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES