Kopi TIMES

Meredam Pedasnya Harga Cabai Si Pemantik Inflasi

Rabu, 31 Agustus 2022 - 03:36 | 103.10k
Nurul Puspita Sari, SST; Statistisi Ahli Muda BPS Kabupaten Buton.
Nurul Puspita Sari, SST; Statistisi Ahli Muda BPS Kabupaten Buton.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Cabai merah merupakan satu komoditas yang digemari oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada statistik holtikultura, Konsumsi cabai rawit oleh sektor rumah tangga pada tahun 2021 mencapai 528,14 ribu ton, naik sebesar 10,25% (49,11 ribu ton) dari tahun 2020. Konsumsi cabai rawit dari sektor rumah tangga adalah 75,72% dari total konsumsi cabai rawit.

Sedangkan Konsumsi cabai besar oleh sektor rumah tangga  tahun 2021 adalah mencapai 596,14 ribu ton, naik sebesar 8,49% (46,67 ribu ton)  dari tahun 2020. Konsumsi cabai besar dari sektor rumah tangga adalah 72,94% dari total konsumsi cabai besar di Indonesia.  

Hal tersebut dapat menjadi cerminan bagaimana si kecil pedas ini menjadi bagian yang tidak dapat terlepaskan dalam konsumsi rumah tangga sebagian besar penduduk di Indonesia. Karena tergolong komoditas yang banyak digemari, cabai menjadi salah satu tanaman hortikultura sayuran yang paling banyak diusahakan di Indonesia. 

Luas panen cabai memiliki peringkat tertinggi dibandingkan dengan luas panen pada sayuran lainnya. Data BPS mencatat luas panen cabai merah besar adalah sebesar 133.729 hektar sedangkan luas panen cabai rawit sebesar 181.043 hektar.  Berbicara dari sisi produksi selama lima tahun terakhir, BPS mencatat produksi cabai rawit selalu mengalami kenaikan dari tahun 2017, produksi cabai rawit tercatat sebesar 1,15 juta ton, kemudian produksinya terus naik hingga tahun 2020.

Namun, pada tahun 2021 produksi cabai rawit di Indonesia mencapai jumlah 1,39 juta ton. Jumlah itu turun 8,09% dari tahun 2020 yang sebesar 1,5 juta ton. Penurunan produksi cabai rawit pada 2021 merupakan yang pertama kalinya dalam lima tahun terakhir. Pada 2021, produksi cabai rawit tertinggi terjadi di bulan Juli yaitu mencapai 134,4 ribu ton.

Sementara yang terendah terjadi pada bulan Februari, yakni 94,54 ribu ton. Tidak seperti produksi cabai rawit, produksi cabai besar tahun 2021 mencapai 1,36 juta ton, naik sebesar 7,62%  (96,38 ribu ton) dari tahun 2020. Walaupun terbilang memiliki produksi yang cukup tinggi, tanaman cabai memang sedikit rewel dan rentan terganggu hama dan penyakit.  

Kausalitas antara produksi, harga dan permintaan barang ibaratkan rantai besi yang sulit untuk dipisahkan. Menurunnya produksi cabai akibat serangan hama dan penyakit berimbas pada langkanya penawaran dipasar yang menyebabkan tingginya permintaan oleh para pelaku ekonomi.

Hal ini tentunya menyebabkan harga cabai kian bergejolak, terganggunya fluktuasi harga cabai tentu akan menimbulkan keresahan dari hulu hingga ke hilir, baik dari kebun cabai hingga sampai ke meja makan. Sejak beberapa tahun terakhir ini, sipedas kecil ini menjadi bahan pembicaraan hangat tengah-tengah masyarakat.

Pada akhirnya, pemerintah pun terpaksa harus turun tangan melakukan pengendalian terhadap pedasnya harga cabai. Bagaimana tidak,  lonjakan harga cabai telah memicu inflasi cukup tinggi, sehingga menjadi komoditi strategis yang perlu untuk di kendalikan.

Komponen komoditas pembentuk inflasi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok inti (core inflation), barang-barang yang diatur harganya oleh pemerintah (administered price inflation), barang-barang yang harganya bergejolak (volatile goods).

Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Juli 2022 sebesar 0,64 persen secara month to month dan 4,94 persen secara year on year. Besaran inflasi juli 2022 meleset dari perkiraan dan target yang telah ditetap yaitu sebesar 3 persen plus minus 1 persen. Inflasi juli dapat diuraikan menurut andilnya berdasarkan 3 komponen sebelumnya  yaitu 0,18 persen dari core inflation, 0,21 persen dari administered price inflation, dan 0,25 persen berasal dari volatile goods. 

Sebagai catatan, Indonesia terus mencatatkan inflasi tinggi pada kelompok volatile, termasuk bahan pangan, sepanjang tahun ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata inflasi kelompok volatile (mtm) dalam lima tahun terakhir ada di kisaran 0,41%.

Sementara itu, rata-rata inflasi kelompok volatile pada tahun ini mencapai 1,28% atau tiga kali lipat lebih tinggi. Data BPS juga menunjukkan inflasi tinggi pada kelompok volatile biasanya hanya berlangsung 2-3 bulan kemudian turun tajam.

Kondisi sebaliknya terjadi pada tahun ini di mana inflasi kelompok volatile tetap menjulang sejak Maret hingga Juli 2022 yakni masing-masing sebesar 1,99%, 2,30%, 0,94%, 2,51%, dan 1,41%. Besarnya andil volatile goods merupakan sinyal bagi pemerintah bahwa kelompok komoditas tersebut perlu mendapat perhatian khusus.

Upaya Stabilisasi Harga Cabai

Cabai merah berada pada urutan teratas penyumbang inflasi di kelompok ini yaitu sebesar 0,15 persen sehingga menjadi penghambat tercapainya target inflasi di titik 3 persen.

Berita yang cukup menggembirakan adalah bahwa selama hampir satu bulan terakhir semenjak diumumkannya nilai inflasi juli 2022,  sebagian besar harga bahan pangan mulai menurun memasuki pekan pertama Agustus. Harga cabai rawit merah di tingkat nasional menembus Rp 100.000/kg lebih pada pertengahan Juli 2022 sebagai imbas dari gangguan cuaca. Pada pertengahan Juli, bahkan harga cabai rawit merah di Kalimantan Utara menembus Rp 148.000 per kg. 

Namun kini, pada akhir bulan juli hingga pekan pertama agustus penurunan tajam mulai terjadi pada harga cabai rawit merah yang dijual di harga Rp 84.800 per kg pada akhir bulan juli 2022.

 Harga tersebut turun 16,4% dalam sepekan. Sementara itu, harga cabai merah besar dijual dengan harga Rp 81.350 per kg, sudah turun 7% dalam sepekan. Harga cabai merah keriting dijual di harga Rp 80.400 per kg, turun 11% dalam sepekan. Hingga data terakhir pada 23 agustus harga cabai sudah menginjak angka 66.000 per kg.

Penurunan harga cabai merah ini merupakan kabar baik bagi para konsumen penikmat makanan pedas. Walaupun harga cabai merah sudah mulai mengalami penurunan, tetapi stabilitas harga cabai perlu untuk terus dijaga agar inflasi tidak selalu menjadi momok bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. 

Perubahan cuaca yang tidak menentu adalah peristiwa alam yang selalu mengganggu baik dari proses produksi,  distribusi antarwilayah, hingga sampai ke lidah konsumen. Pada rantai produsen, besarnya harga yang dikeluarkan untuk penggunaan pupuk merupakan celah bagi pemerintah untuk dapat mengintervensi  program stabilisasi harga cabai yaitu melalui kebijakan pemberian subsidi pupuk.

Pemberian subsidi pupuk di saat seperti ini sangat tepat untuk membantu mengurangi biaya produksi petani, termasuk petani cabai merah. Penguatan kerjasama antar kelompok tani juga diperlukan agar pemberian subsidi tidak salah sasaran dan pengawasan pasca pemberian subsidi lebih mudah untuk dilakukan.

Selain itu perlu dilakukan pengembangan pada teknologi pertanian. Penemuan varietas cabai yang unggul terhadap cuaca yang ekstrem merupakan PR besar bagi peneliti dibidang pertanian dan teknologi agar ketersediaan cabai masih dapat kita pasok tanpa menyebabkan inflasi terkerek naik.

Kemudian dari rantai distribusi, keberhasilan dalam pendistribusian merupakan poin penting dalam kestabilan harga. Alur perdagangan antarwilayah pun perlu untuk dijaga mengingat sentra penghasil cabai merah terbesar saat ini masih didominasi oleh petani yang berasal dari pulau Jawa.

Sementara, penggemar makanan pedas tersebar hampir di seluruh pulau di Indonesia.. Periode terjadinya inflasi dan kenaikan harga cabai yang berulang dari tahun ketahun harus dapat ditelaah mitigasi dan dampaknya. Menjaga kestabilan melalui ketersediaan inventori adalah salah satu mitigasi risiko yang dapat diterapkan. Inventori sangat penting untuk terus di awasi jumlahnya demi memastikan ketersediaan suatu komoditas di level yang aman

***

*) Oleh: Nurul Puspita Sari, SST; Statistisi Ahli Muda BPS Kabupaten Buton.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES