Gaya Hidup

Kisah Sepak Terjang Sulastri, Maestro Sinden Blitar

Sabtu, 27 Agustus 2022 - 18:26 | 114.87k
Sulastri, Maestro Sinden Blitar. (Foto: Sholeh/TIMES Indonesia)
Sulastri, Maestro Sinden Blitar. (Foto: Sholeh/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BLITAR – Sulastri kini telah berusia 62 tahun. Namun, semangat yang terbalut dalam tubuh sehat masih nampak dari perempuan ramah itu. Sulastri merupakan Sinden dari Desa Popoh Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar Jawa Timur. Ia telah mengabdikan 45 tahun untuk melestarikan budaya Jawa sebagai seorang sinden. Bahkan julukan Maestro Sinden Blitar banyak ditujukan para perempuan ini.

Suara merdu dan lantang, Sulastri memulai cerita kisah perjalanan suka duka sebagai seorang sinden. Ia mulai belajar nyinden sejak tahun 1977. Tepatnya, saat ia baru beranjak umur 17 tahun.

"Sebenarnya waktu saya masih kelas 3 SD sudah belajar menari Remo. Kebetulan Paman saya seorang seniman ludruk yang bisa Tari Remo. Saya belajar darinya," kata Sulastri, Sabtu (27/8/2022).

Setelah tamat SD, Sulastri mulai fokus belajar Nyinden Wayang kepada salah satu dalang. Menurutnya, belajar nyinden waktu itu tidak lah belajar seperti di sekolah yang diajari langsung oleh guru. Namun, ia belajar dengan mengikuti dalang saat pementasan wayang. Serta mendengarkan gending atau suara yang dihasilkan dari gamelan.

Maestro-Sinden.jpgSulastri (Paling kiri)saat manggung bersama anggota Persintar di suatu kesempatan. (Foto: Dok. Persintar)

"Sinden memiliki notasi bunyi gamelan. Sinden jaman dulu kalau otodidak kan tidak mengerti notasi. Intinya kalau mereka mendengar kemudian menghapal gitu aja," urai perempuan berkacamata kelahiran 1960 itu.

Sulastri mengatakan bahwa ia menerima honor pertama dari manggung pada tahun 1977.  Setahun kemudian ia belajar menjadi sinden tayub. Berbekal suara dan bakat menari yang juga dimilikinya, Sulastri laris manis di dunia wayang dan tayub saat itu. Tawaran manggung datang dari banyak dalang. Baik dalang dari dalam Blitar sendiri maupun dari luar kota sekitar.

"Sebenarnya waktu kelas 3 SD saya sudah nerima honor dari pentas tari Remo. Dulu hampir setiap hari ada tanggapan manggung di Blitar sendiri atau di luar kota. Saya dulu pernah hampir seminggu tidak pulang karena ramai manggung," jelas Sulastri.

Sekitar tahun 1985 Sulastri berhenti menjadi sinden tayub. Kemudian ia memperdalam ilmu sinden wayang ke seorang dalang di Kabupaten Blitar. Di sinilah, Sulastri mulai belajar notasi Gending Gamelan. 

Kemampuan Nyinden Sulastri semakin terasah karena semangatnya untuk terus belajar. Hingga tawaran manggung datang dari berbagai daerah. Dari pulau Jawa, Sumatra hingga Kalimantan pernah ia sambangi untuk manggung.

Puncaknya, pada 2013 lalu, Sulastri nyinden di Singapura dalam pementasan wayang bersama dalang Ardi asal Malang.

"Waktu di Singapura bersama dalamg Ardi dari Malang. Dari Blitar hanya dua Sinden, saya dan teman saya. Kami pementasan di gedung dan penontonnya dari luar negeri tapi terbatas. Kayaknya cuma orang orang penting," jelas Sulastri.

Di sela kesibukan menjaga sebuah toko di rumahnya, Sulastri sampai sekarang masih menerima tawaran manggung. Bahkan, di momen Agustusan tahun ini Ia bersama para Sinden yang tergabung dalam Perkumpulan Sinden Blitar (Persintar) kebanjiran order manggung.

Sulastri bersyukur, di usianya yang sudah masuk lanjut masih diberikan kesehatan oleh tuhan yang maha esa. Dimana teman Sinden seusianya sudah tidak bisa manggung lagi karena terhalangi kesehatan.

Sulastri-Maestro-SInden.jpgSulastri (Tengah) foto bersama anggota Persintar.(Foto: Sholeh/Times Indonesia)

"Sekarang masih siap ada tanggapan kemana mana. Kemarin baru saja manggung di Malang. Alhamdulillah, sejak ada pelonggaran protokol kesehatan banyak orang kembali nanggap wayang," tambahnya.

Tidak ada kiat atau ramuan jamu khusus bagi Sulastri untuk menjaga suara dan stamina agar tetap prima. Menurutnya, yang terpenting adalah menjaga pikiran positif dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Dua hal itu, dikatakannya, bisa membuat dirinya bahagia dan tetap sehat.

di Pesintar, kini Sulastri aktif berbagi pengalaman dan ilmu sinden kepada sinden sinden muda di Blitar. Ada sedikitnya 200 sinden yang saat ini berada dibawah naungan Persintar.

"Sudah tidak terhitung berapa dalang yang saya ikuti. Malah sudah banyak yang meninggal. Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bisa berbagi pengalaman dengan generasi muda sinden," urai Sulastri, sang Maestro Sinden Blitar(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES