Kopi TIMES

Koalisi PKS-NU

Sabtu, 20 Agustus 2022 - 17:04 | 118.00k
Ali Hufroni, Anggota DPRD Kabupaten Boyolali dari Partai Keadilan Sejahtera.
Ali Hufroni, Anggota DPRD Kabupaten Boyolali dari Partai Keadilan Sejahtera.

TIMESINDONESIA, BOYOLALI – Istilah Nahdlatul Ulama (NU) tidak kemana-mana, tapi NU ada dimana-mana barangkali memang benar. NU tidak berpolitik praktis, tetapi NU tidak akan bisa sepenuhnya jauh dari politik praktis juga ada benarnya. Bagi NU, strategi dua kaki tidak juga salah. Secara kelembagaan, NU tidak akan main politik praktis, tapi kader NU secara individu juga diberikan keleluasaan untuk main politik praktis. 

Bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tentu paham dengan kultur dan tradisi NU. PKS sangat senang tatkala organisasi NU yang dalam hal kelembagaan telah meneguhkan semangat kembali ke khitah 1926. PKS mengapresiasi NU, di mana NU saat ini berada dalam posisi tengah, tidak terlibat politik praktis. Artinya, bahwa PKS menjadi partai yang menghargai dan mengapresiasi setiap kebijakan organisasi lain untuk meneguhkan jati dirinya. 

Memilih PKS

Namun demikian, penulis kadang prihatin saat di dunia maya muncul berbagai upaya penyebaran konten provokatif untuk membenturkan warga NU dengan PKS. Isu tersebut sebagai upaya membenturkan PKS dengan NU agar seolah NU sebagai ormas terbesar di Indonesia bermusuhan atau saling membenci dengan PKS. Padahal gambaran tersebut tidak sesuai kenyataan di lapangan, karena di dunia nyata sesungguhnya warga NU sangat terbuka dengan PKS.

Lebih dari itu, PKS juga sering dan rajin dalam menggelar lomba membaca Kitab Kuning. Pengurus pusat PKS saja juga sering menggelar Maulid Nabi dan membaca barzanji. Intinya, bahwa PKS tidak pernah anti Maulid Nabi. PKS juga memiliki roh yang erat juga dengan aliran dan faham NU. Adanya keraguan dan banyak stigma kepada PKS sebetulnya dari gerakan politik semata, bukan gerakan sosial. Munculnya pandangan yang menyudutkan PKS seringkali ada dan muncul menjelang event politik.

PKS sebagai parpol tentu boleh mengatakan memiliki kesamaan dengan NU. PKS dan NU sama-sama ingin mewujudkan kerukunan dan persatuan umat dan mewujudkan Islam yang rahmatan lilalamin. PKS dan NU sama-sama cinta NKRI. Sama-sama ingin mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi umat dan bangsa. Sehingga PKS dan NU tidak terpisahkan karena banyak pimpinan serta kader PKS yang lahir dan besar dari kalangan NU. Selama ini PKS selalu konsisten suarakan aspirasi umat Islam, termasuk aspirasi dari warga NU.

Bahkan, silahturohmi PKS ke NU manapun selalu disambut dengan baik. NU sejatinya tidak berafiliasi dengan salah satu partai politik (parpol) manapun, tetapi menyebar ke berbagai parpol, salah satunya PKS. Karena itu, tidak salah apabila PKS dan NU bersama-sama membangun sinergitas dalam membangun keumatan dan kebangsaan. Sebagai partai, maka besar kemungkinan PKS bisa membangun keumatan yang lebih baik daripada parpol lain, sehingga secara tidak langsung warga nahdiyin akan memilih PKS.

“Mencintai” NU

Rasanya, NU terlalu besar kalau hanya untuk hanya satu partai. Saat ini, NU ada di berbagi partai politik, termasuk PKS. Kalau mencermati sejarah, NU tidak hanya keluar dari satu partai. Dulu, NU pernah menjadi partai yang terus menyatu dan keluar lagi untuk tidak berpartai. Meskipun secara individu warga NU mempunya hak ke partai mana saja yang disukai. Ketika NU terlalu besar di dalam satu partai, maka kini NU ada di mana-mana, termasuk ada di PKS.

Kedua, tidak sepenuhnya benar bila PKS berbeda dengan NU. Tradisi ataupun kultur kiai, ulama, dan NU yang sering dikabarkan berbeda dengan kultur PKS tidaklah benar. Tentunya, hal ini sudah sangat dipahami PKS karena ada yang tidak suka PKS mesra dengan NU. Kultur yang muncul dan tumbuh bersama dalam tradisi panjang pesantren di nusantara sesungguhnya bisa seiring dan sejalan antara PKS dan NU. 

Ketiga, PKS dan NU sama-sama menginginkan menjaga ukhuwah Islamiyah. Budaya warga NU dan PKS dalam hal silaturahmi dan memelihara ukhuwah Islamiyah memang sama-sama terbuka dengan siapa pun. Bahkan, Ketua Majelis Syuro PKS memerintahkan kepada kader PKS untuk mencintai ulama. Karena sesungguhnya secara normatif mencintai ulama menjadi bagian dari ajaran Islam. Artinya, tidak salah bila PKS “mencintai” NU. 

Keempat, PKS menjadi tempat nyaman bagi kader NU. Sebagai partai Islam, PKS menerima kader dari berbagai lini. PKS saat ini mengakomodasi kader NU, sehingga wajar apabila PKS mengadakan musabaqah kitab kuning. PKS mulai terbiasa melakukan acara tahlilan, mujahadah dan sebagainya. Sah-sah saja karena ada anggota PKS yang orang NU. Wajar bila ada warga NU menjadi kader PKS kemudian ikut memelihara tradisi NU yang selama ini menjadi satu bagian amaliyah kesehariannya. 

PKS dan NU memiliki semangat yang sama mengusung transformasi dan kolaborasi memperkuat diri agar cepat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan kultur yang ada. PKS juga membuka pintu seluas-luasnya ke NU dalam mewujudkan keadilan, sejahtera, unggul dan berakhlak. PKS memiliki lima falsafah dasar perjuangan, yaitu Islam, keadilan, kebangsaan, kenegaraan dan kesejahteraan. Koalisi PKS dan NU bisa saja terwujud karena merasa sama-sama berkewajiban turut menjaga empat Pilar berbangsa dan bernegara Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

***

*) Oleh: Ali Hufroni, Anggota DPRD Kabupaten Boyolali dari Partai Keadilan Sejahtera.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES