Gaya Hidup

Peneliti Ungkap Air Hujan Sudah Tercemar Zat Beracun Hingga Tak Aman Dikonsumsi

Kamis, 18 Agustus 2022 - 01:43 | 91.89k
Ilustrasi dua orang yang sedang bermain di bawah hujan. (FOTO: pixabay.com)
Ilustrasi dua orang yang sedang bermain di bawah hujan. (FOTO: pixabay.com)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kondisi bumi makin mengkhawatirkan. Ilmuwan menemukan bahwa saat ini, kadar pencemaran di atmosfer sangat tinggi. Akibatnya, air hujan menjadi berbahaya bagi manusia karena sudah terkena ‘paparan bahan kimia’ yang melebihi standar yang ditentukan.

Peneliti mengungkap temuan terbaru dimana pencemaran perfluoroalkyl dan polyfluoroalkyl (PFAS) di seluruh dunia sudah melewati ambang batas aman.

Hal ini menyebabkan air yang sudah terkontaminasi zat ini tidaklah aman lagi apabila dikonsumsi manusia. PFAS sendiri dijuluki ‘bahan kimia abadi’ karena sifat dasarnya yang sangat sulit untuk terurai.

Kendati PFAS sudah diketahui dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia, sejauh ini belum diketahui secara pasti dampak keseluruhan bagi kesehatan manusia ataupun ekologi.

Dikutip dari vice.id, Profesor Ilmu Lingkungan Universitas Stockholm, Ian Cousins, beberapa ilmuwan sudah melakukan uji lapangan terhadap beberapa jenis PFAS untuk mengetahui seberapa parah polusi yang dihasilkan.

Hasilnya cukup mengejutkan, dimana daerah Antartika dan dataran tinggi Tibet mempunyai PFAS yang melebihi ambang batas wajar.

Cousins mengungkap bahwa air hujan yang mengandung banyak bahan kimia berbahaya ini terjadi di seluruh dunia. Hal ini memerlukan adanya sebuah batasan yang wajib dijaga dan dipatuhi oleh manusia agar bumi tetap layak huni.

"Kadar PFAS pada air hujan, air permukaan dan tanah di daerah berpenghuni sudah melampaui batas aman planet. Semuanya sudah tercemar PFAS yang melebihi standar," paparnya dalam keterangan tertulis kepada vice.id.

Cousins juga menjelaskan bahwa sebenarnya terdapat teknologi canggih yang dapat membersihkan air minum atau tanah yang sudah terkontaminasi PFAS.

Namun realitanya, biayanya sangat mahal dan teknologi paling mutakhir pun tidak akan dapat mengurangi paparan bahan kimia, termasuk di air hujan, hingga batas aman. "Kita hanya bisa menunggu zat ini terurai dengan sendirinya hingga beberapa dekade mendatang," tuturnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES