Kopi TIMES

17 (pitulasan) ke 77: Pitulungan, Pituduh, Pitutur

Rabu, 17 Agustus 2022 - 05:33 | 250.59k
Supriyadi Karima Saiful, Ka Kwarcab Pramuka Kota Mojokerto.
Supriyadi Karima Saiful, Ka Kwarcab Pramuka Kota Mojokerto.

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Pitu iku pituduh (petunjuk). Pitu iku Pitulungan (pertolongan). Pitu iku pitutur (wejangan). Ungkapan lama dalam bahasa Jawa ini tentu sudah menjadi pemahaman masyarakat Jawa di luar kepala. Banyak orang sangat suka terhadap ungkapan ini, karena mungkin kedalaman maknanya. Dan yang pasti, angka tujuh ini dalam tradisi maupun filosofi Jawa dianggap “keramat”. 

Dalam nalar pemikiran tradisional orang jawa, pemaknaan atas angka bukanlah hal asing, bahkan telah menjadi modus penting dalam penciptaan makna. Tawaran pemaknaan atas angka “tujuh” ini bukan semata sebagai “othak-othik-gathuk”, yang terkesan hanya mencocok-cocokan rima bunyi, sekenanya, arbriter, dan seolah hanya bersifat “main-main”. Jauh dari itu. 

Angka “7” telah diberi makna dan “kekeramatan” tertentu, yang oleh karenanya banyak simbolisasi dan makna atas angka ini disematkan padanya: tentang penciptaan alam semesta, suatu misal, yang konon dicipta dalam 7 hari; atau juga terkait simbolisasi langit berlapis tujuh (ber-sap tujuh) untuk menujuk sistem lapisan langit dan jagad kita; atau ada istilah “sapta petala langit” (tujuh lapis langit yang menyelubungi jagad kita); atau jumlah hari kita yang juga menunjuk angka tujuh.

Lantas adakah simbolisasi dan makna atas angka ini dengan usia negara Indonesia yg ke-77? Adakah makna dan kekeramatan tertentu yg bisa disematkan atasnya? Adakah keterkaitan “pituduh”, “pitulungan” dan “pitutur” dengan Hari Ulang Tahun bangsa Indonesia yg ber-angka “pitu” (77) ini? 

Bagi penulis, umur Indonesia yang ber-angka 77 ini bukan saja menandai fase penting Indonesia dalam perjalanan usianya, melainkan juga fase “genting” Indonesia untuk merumuskan kembali arah tujuannya dalam menghadapi situasi global saat ini. 

Di Ulang Tahun ke-77 NKRI ini, di masa hakekat dan nilai kepastian seperti berebut ingkar, kita butuh pitutur (wejangan). Seperti efek kartu domino, saat entah karena sebab apa kita dulu sepakat untuk saling terikat satu dengan yang lain dalam banyak hal, kita tiba-tiba menjadi rentan, kita butuh “pituduh” (petunjuk. Satu tetangga jatuh, hanya waktu sebagai jarak untuk menyaksikan tetangga yang lain turut runtuh. Setelah Sri Lanka, ada berbaris puluhan negara terancam bangkrut. Dolar yang membumbung tinggi serta merta menjerat mereka dalam krisis hutang tak mungkin terbayar. Kita dan banyak negara lain butuh “pitulungan” (pertolongan). 

Saling tolong menolong (Pitulungan) menjadikan masyarakat kita cukup tangguh dlm menghadapi krisis. Di tengah keterbatasan uluran tangan pemerintah dan intervensi anggaran negara, pituduh (petunjuk) dan pitutur (wejangan) dapat menjadi energi tersendiri dalam mengatasi berbagai krisis.

Masalah krisis pangan dan energi yg juga tengah melanda dunia saat ini adalah adalah situasi yang “genting”. Sikap saling memberi “pertolongan” (pitulungan) dalam kerangka kepedulian sesama dalam bentuk gotong royong semoga menjelma menjadi best practices, praktik terbaik, di alam nyata. Bukan kenyataan semu atau “virtual reality” di media sosial semata. Spirit gotong royong dan menolong sesama ini telah menjadi pendorong tersendiri, menjadi jawaban mengapa ketika krisis melanda ekonomi Indonesia tidak terpuruk terlalu buruk dibanding negara lain.

Umur 77 tahun ini hendaklah menjadi fase penting dan tonggak bagi kita untuk terus maju dan menggelar masa depan, dengan tetap memperhatikan “pitutur” alias “wejangan” dari para ulama atau orang-orang cerdik pandai lainnya.  Semoga “pituduh” dan “pitulungan” Gusti Allah selalu membersamai kita sebagai hamba, sebagai manusia yg diberi sifat lemah. Agar kita punya arah yang akan dituju untuk lepas dari berbagai krisis.

Merdeka!!!

***

*) Oleh: Supriyadi Karima Saiful, Ka Kwarcab Pramuka Kota Mojokerto.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES