Wisata

Pantai Karapyak Pangandaran dan Mitos Tewasnya Prabu Dewata Cengkrang

Rabu, 10 Agustus 2022 - 11:55 | 105.18k
Lokasi pantai Karapyak yang berdasarkan ceritra salahsatu lokasi tewasnya Prabu Dewata Cengkrang Raja Galuh Medang Kamulyan (FOTO: Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia)
Lokasi pantai Karapyak yang berdasarkan ceritra salahsatu lokasi tewasnya Prabu Dewata Cengkrang Raja Galuh Medang Kamulyan (FOTO: Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PANGANDARANPantai Karapyak di Pangandaran dipercaya menjadi saksi bisu tewasnya Prabu Dewata Cengkrang salah satu Raja Galuh Medangkamulyan.

Berdasarkan ceritra tutur, Prabu Dewata Cengkrang tenggelam ke tepi laut Karapyak setelah menarik ujung ikat kepala milik Prabu Ajisaka.

Budayawan asal Kabupaten Pangandaran Erik Krisna Yudha Astrawijaya Saputra mengatakan, ketika Prabu Dewata Cengkrang  memimpin Kerajaan Galuh Medangkamulyan memiliki perilaku yang aneh.

"Prabu Dewata Cengkrang selalu menginginkan masakan yang ada daging manusianya," kata Erik, Rabu (10/8/2022).

Perilaku aneh Prabu Dewata Cengkrang bermula saat juru masak kerajaan membuat masakan, salah satu jari juru masak teriris hingga putus dan menyatu dengan masakan.

"Masakan yang ada jari terputus itu lalu dihidangkan kepada Prabu Dewata Cengkrang," tambah Erik.

Tidak disangka, Prabu Dewata Cengkrang merasakan kenikmatan masakan yang disajikan hingga akhirnya bertanya tentang masakan itu.

Juru masak Kerajaan menjawab bahwa hidangan yang dimakan oleh Prabu Dewata Cengkrang ada jari dirinya yang teriris hingga jatuh pada masakan. Sejak kejadian itu Prabu Dewata Cengkrang selalu meminta masakan yang ada daging manusianya.

"Perilaku aneh Prabu Dewata Cengkrang sangat meresahkan prajurit dan rakyat di Kerajaan Galuh Medangkamulyan karena setiap kali juru masak Kerajaan membuat hidangan untuk Prabu Dewata Cengkrang harus ada tumbal manusia," tutur Erik.

Akhirnya datang salah satu pria yang memiliki ilmu kanuragan bernama Ajisaka. Ajisaka menghadap ke Prabu Dewata Cengkrang berkata dirinya siap untuk menjadi tumbal dan dagingnya rela dimakan Prabu Dewata Cengkrang.

Sebelum itu, Ajisaka meminta syarat kepada Prabu Dewata Cengkrang untuk mengganti nyawanya dengan tanah seluas ikat kepala yang dikenakannya.

"Ikat kepala yang dikenakan Ajisaka lalu dipersilahkan untuk ditarik ujungnya oleh Prabu Dewata Cengkrang supaya jelas seluas apa ukuran ikat kepala itu," jelas Erik.

Ketika Prabu Dewata Cengkrang menarik ujung ikat kepala yang digunakan Ajisaka terjadi keanehan. Ujung ikat kepala Ajisaka yang ditarik mendadak panjang dan akhirnya Prabu Dewata Cengkrang tidak sadar sudah berada di tepi laut Karapyak.

Sewaktu Prabu Dewata Cengkrang sudah berada di tepi laut Karapyak, Ajisaka langsung memecutkan ikat kepala yang dikenakannya sehingga Prabu Dewata Cengkrang terjatuh ke dalam laut dan hanyut.

Usai Prabu Dewata Cengkrang tewas di Pantai Karapyak, Ajisaka bukannya menjadi tumbal untuk dimasak oleh prajurit dan rakyat, ia malah diangkat menjadi Raja Galuh Medangkamulyan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES