Kopi TIMES

Menakar Peta Radikalisme di Malang

Senin, 08 Agustus 2022 - 11:32 | 111.69k
Abdul Wahid Jamil, Wakil Sekretaris GP Ansor Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Abdul Wahid Jamil, Wakil Sekretaris GP Ansor Kabupaten Malang, Jawa Timur.

TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam sejarahnya, Malang dikenal sebagai daerah yang masyarakatnya murah senyum. Kehidupan masyarakatnya sangat toleran, berjiwa demokratis. Kehidupan sehari-hari masyarakatnya juga sangat bersahabat antar satu dengan lainnya. Hal itu selain cuaca di Malang yang dingin, juga daerahnya menjadi kota pendidikan. Banyak melahirkan kaum intelektual, tokoh lokal dan nasional.

Namun, beberapa tahun ini, Malang mulai menjadi trending topik nasional karena banyak kasus yang terjadi di Malang. Salah satunya yang akan jadi bahasan penulis adalah kasus teroeiame, radikalisme, intoleran dan bahkan mulai muncul kelompok-kelompok wahabisme, yang suka mengkafir-kafirkan sesama Islam. Karena berbeda kepentingan dengannya.

Kondisi demikian adalah ancaman tersendiri bagi kedamaian kehidupan sosial di daerah yang dikenal dengan sebutan 'Bumi Arema' dan 'Kota Pendidikan'. Baik di Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Malang (Malang Raya). 

Komitmen semua pihak, terutama lembaga keagamaan seperti NU, Muhammadiyah dan organisasi kepemudaan, seperti Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Pancasila, GM FKPPI dan lainnya, tak satupun setuju dan membiarkan jika Malang dikotori dengan gerakan melanggar Pancasila dan NKRI tersebut.

Dalam data kajian yang dilakukan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kabupaten Malang, secara nasional dan lokal Malang, kondisi gerakan anti Pancasila dan NKRI terus membahayakan. Mendesak untuk segera diantisipasi. Gerakan sosial pemberantasan gerakan terorisme, radikalisme, intoleran dan wahabisme harus menjadi gerakan bersama. Kolaborasi semua pihak harus mulai digalakkan.

Ancaman terorisme dalam kurun waktu tahun 2017-2022 terus bergerak fluktuatif. Selama lima tahun terakhir, tren ancaman terorisme di Indonesia bergerak secara fluktuatif. Meningkat pada 2019, lalu menurun pada 2020, dan meningkat lagi pada 2022. Hal itu berdasarkan Laporan GTI tahun 2022.

Data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), ada 33 juta pendudukan Indonesia terpapar radikalisme dan terorisme. Adapun ciri-ciri masyarakat terpapar radikalisme adalah intoleran terhadap perbedaan dan keragaman serta anti Pancasila. Adapun ciri lainnya, mereka bakal memerangi kelompok agama tertentu yang berbeda paham dan menjadi anti terhadap pemerintahan yang sah dengan cara menyebar hoaks dan fitnah.

Lebih sempit analisis peta gerakan terorisme, radikalisme, intoleran dan wahabisme di Malang Raya, juga mengalami peningkatan signifikan. Sasaran utamanya adalah anak muda dan pelakunya banyak tinggal di daerah-daerah yang masyarakatnya mudah dipengaruhi dengan simbol-simbol agama.

Di kalangan mahasiswa, baru-baru ini terjadi penangkapan oleh tim Densus 88 pada mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Malang. Bahkan kampus tersebut dinilai menjadi objek pengembangan ajaran-ajaran radikalisme dan terorisme. Mahasiswa menjadi target kelompok radikal karena dinilai mudah dipengaruhi dan diideologisasi sesuai kepentingannya.

Data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), ada 33 juta pendudukan Indonesia terpapar radikalisme dan terorisme. Adapun ciri-ciri masyarakat terpapar radikalisme adalah intoleran terhadap perbedaan dan keragaman serta anti Pancasila. Adapun ciri lainnya, mereka bakal memerangi kelompok agama tertentu yang berbeda paham dan menjadi anti terhadap pemerintahan yang sah dengan cara menyebar hoaks dan fitnah.

Lalu apa strategi kelompok pecinta Pancasila, NKRI dan Islam Rahmatan Lil Alamin? Langkah pertama adalah strategi kesiapsiagaan nasional sebagai bahan evaluasi kinerja semua pihak. Terutama bagi organisasi kepemudaan. Selain itu jelas harus konsisten melakukan pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan keagamaan Islam Rahmatal Lil Alamin yang tidak melanggar ideologi Pancasila dan NKRI. 

Strategi selanjutnya juga pengembangan kajian terorisme, dan pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme juga mendesak dilakukan. Terutama bagi organisasi kepemudaan sekelas Ansor, yang selama ini menjadi garda terdepan melawan terorisme, radikalisme, intoleran dan wahabisme.

 

*) Penulis Abdul Wahid Jamil, Wakil Sekretaris GP Ansor Kabupaten Malang, Jawa Timur

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES