Kesehatan

Waspada Fenomena Bediding, Dinkes Banyuwangi; Ini Berisiko Pada Gangguan Kesehatan.

Jumat, 05 Agustus 2022 - 19:57 | 36.65k
Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat. (Foto: Imam Hamdani/TIMES Indonesia)
Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat. (Foto: Imam Hamdani/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIDinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi mengimbau masyarakat untuk mewaspadai fenomena Bediding, yakni kondisi cuaca dingin pada malam hari hingga pagi hari di Banyuwangi, Jawa Timur.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat menyebut, fenomena Bediding atau cuaca yang bersifat panas dan kering pada siang hari, serta bersifat dingin pada malam hari hingga pagi hari dapat berisiko menyebabkan gangguan kesehatan.

"Cuaca yang cenderung lebih dingin dari biasanya, ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti batuk pilek, bibir pecah dan mimisan, selain itu kulit menjadi kering serta kulit telapak kaki bisa pecah-pecah," katanya kepada TIMES Indonesia, Jumat (5/8/2022).

Amir sapaan Amir Hidayat juga menjelaskan, jika fenomena Bediding ini rentang pada masyarakat yang rentan, apalagi pada usia lanjut. Adapun penyakit yang berisiko kambuh akibat fenomena Bediding ini seperti asma (sesak panas), rinitis alergi (pilek alergi), sinusitis hingga alergi kulit karena udara dingin.

”Jika bediding terus berlangsung akan terjadi penurunan suhu tubuh (hipotermia). Bagi masyarakat yang mempunyai risiko tinggi gangguan kesehatan karena cuaca dingin, yaitu orang usia lanjut, masyarakat dengan komorbid, penyakit diabetes, gangguan jantung, dan pembuluh darah," ungkapnya.

Menghadapi fenomena itu, Dinkes menyarankan selama fenomena Bediding berlangsung, masyarakat diminta menggunakan pakaian hangat, seperti jaket yang dapat menutupi seluruh tubuh, kaos kaki tebal dan sarung tangan. Serta masker, tutup kepala, terutama saat pagi hari dan malam hari.

”Upayakan agar tubuh tetap dalam keadaan fit dan daya tahan tubuh tetap terjaga. Bisa juga mengolesi body lotion pada bibir, kulit tangan dan telapak kaki agar kulit tidak mengering dan tidak menimbulkan luka. Tidak lupa juga minum air hangat yang cukup untuk mencegah agar tidak cepat dehidrasi," pintanya.

Sementara, berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, fenomena Bediding merupakan suhu dingin di tengah musim kemarau. 

Kondisi dingin yang terasa pada malam hingga pagi hari, ini memang hal yang wajar dan normal terjadi, karena saat musim kemarau langit nampak cerah atau tidak ada tutupan awan. 

"Karena tidak adanya tutupan awan, maka energi tersebut akan diteruskan secara besar-besaran ke luar angkasa yang berakibat suhu di bumi menjadi dingin," kata Prakirawan BMKG Banyuwangi, Benny Gumintar.

“Saat ini Banyuwangi telah masuk musim kemarau. Suhu udara cenderung lebih rendah seperti biasanya. Rata-rata mencapai 23,4 derajat celsius hingga 18,4 derajat celsius," imbuhnya.

Disisi lain, Benny menyebut, salah satu faktor penyebabnya yakni pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering ke Asia melewati Indonesia. Kondisi ini disebut juga dengan Monsun Dingin Australia.

"Faktor lain, menipisnya kandungan air di dalam tanah dan kandungan uap air udara juga dinilai sangat rendah. Oleh karena itu masyarakat tetap harus menjaga kekebalan tubuh dari cuaca yang cenderung lebih dingin ini," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES