Kopi TIMES

Surat Untukmu yang Sedang Merawat Api Perjuangan

Senin, 25 Juli 2022 - 19:46 | 59.07k
Rahmat Zuhair, Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.
Rahmat Zuhair, Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

TIMESINDONESIA, BOGOR – Lingkaran itu semakin hari semakin mengecil, dulu dipenuhi oleh ide ide berkualitas sekarang penuh dengan sentimen. 'Menuju Dewasa' itulah isitilah yang sering menjadi alasan untuk tidak bergumul lagi dengan hal hal abstrak. Realitas kehidupan menjadi alasan bahwa idealisme itu tidak lagi cocok dengan kehidupan yang dijalani oleh muda mudi yang sedang meniti jalan menuju 'Manusia Dewasa'.

Api abadi, itulah gambaran keteguhan dalam memegang idealisme, dia terus menyala. Dulu kedzoliman dan ketidakadilan mungkin hanya tergambar dalam teori dan bacaan dari media massa, sekarang 'Manusia Dewasa' bertatap langsung dengan hal tersebut. Idealisme bukan tentang kesempurnaan dan kelurusan kita dalam memegang nilai-nilai ideal, tapi yang paling penting adalah tentang bagaimana nilai yang dipegang tidak luntur dalam mencegah kedzoliman yang terjadi dengan kuasa yang dimiliki.

Tentu prosesnya akan panjang, namun bukan berarti kita menyerah akan hal tersebut. Dalam realitasnya, orang orang yang mewajarkan sesuatu yang tidak ideal itu pasti ada dan disitulah ujian perjuangan berlangsung. Mendiamkan atau menahannya agar tidak menjalar kemana mana, tentu akan dibayar mahal seperti munculnya orang orang yang tidak menyukai perjuanganmu.

Akana banyak hal yang akan disaksikan dalam perjuanganmu menjaga api, suara suara pesimis akan kemampuanmu menjaga api tetap menyala akan selalu nyaring bersamaan dengan loncatnya para pejuang ke dalam genangan pragmatisme. Ada satu hal yang ingin kuceritakan dalam surat ini, cerita yang membuatku yakin bahwa masih banyak orang orang yang punya bahan bakar untuk menjaga api itu tetap menyala. Aku selalu tersenyum simpul bahkan sumringah ketika mengingat hal itu, kekuatan pragmatism dipatahkan oleh kekuatan keberanian. Aku menggambarkan dia sebagai perwujudan nyata dari buku yang ditulis oleh seorang penuis korea yang terkenal yaitu Jeong Moon Jeong yang berjudul 'Tidak mungkin membuat semua orang senang'.

Kisah ini berawal dari bangkai busuk yang didiamkan bertahun tahun oleh kaum kaum 'Yaudahlah, begitulah realitasnya. Udah jadi rahasia umum'. Selalu berulang-ulang, yang mewajarkan merasa dia mendapatkan keuntungan namun pada dasarnya hal tersebut membuat bangkai semakin membusuk dan semerbak busuknya semakin menyengat. Hingga pada akhirnya seorang pemberani muncul ke permukaan dengan melapor kepada petugas kebersihan lingkungan bahwa di tempat tersebut ada bangkai yang menyengat yang harus dibersihkan agar tidak mengganggu kenyamanan warga setempat. Setelah laporan itu masuk, apakah yang terjadi? Sang Pahlawan dihantui rasa ketakutan dan rasa bersalah karena warga yang lain mengucilkan dia dan menganggap pahlawan tersebut terlalu berlebihan karena sudah berani melawan hukum realitas.

Gambaran dari cerita diatas mengabarkan kepada kita bahwa ada yang salah dalam kehidupan sosial kita. Banyak dari kita menginginkan kehidupan yang ideal namun penyakit mewajarkan Sesuatu yang tidak ideal selalu dibudayakan. Melalui surat ini aku ingi menyerukan kepada kita semua terkhusus muda mudi yag sedang meniti jalan 'Manusia Dewasa' agar tidak terkooptasi dalam pemikiran kolot yang mewajarkan sesuatu yang sudah jelas salah. Kehidupan sosial kita harus diisi dengan perbaikan yang bersifat jangka panjang, bukan terkungkung dalam keuntungan yang bersifat semu.

Aku ingin menutup surat ini dengan kutipan Surat dari Sang Revolusioner terkenal di dunia, adapun kutipan tersebut mengingatkan kepada kita bahwa Kaum Muda tidak boleh gentar dalam memperjuangkan keidealan dalam kehidupan social kemasyarakatan.

'Anak muda, aku telah tuliskan puluhan karya untuk menemanimu. Dibungkus dengan sampul wajahku, yang tampak belia dan mungkin tampan, aku tuangkan pesan kepada kalian. Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun!!! Hutan melatihku untuk percaya kalau kemapanan, kenikmatan badaniah, apalagi kekayaan hanya menjadi racun bagi tubuh kita.

Kemapanan membuat otakmu makin lama makin bebal. Kau hanya mampu mengunyah teori untuk disemburkan lagi. Kemapanan membuat hidupmu seperti seekor ular yang hanya mampu berjalan merayap. Kekayaan akan membuat tubuhmu seperti sebatang bangkai. Hutan melatihku untuk menggunakan badanku secara penuh.

Kakiku untuk lari kencang bila musuh datang, dan tanganku untuk mengayun pukulan jika aku diserang. Anak muda, nyali sama harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kita hidup!!!. Keberanian itu seperti sikap keberimanan. Jika kau peroleh keberanian maka kau memiliki harga diri. Sikap bermartabat yang membuatmu tidak mudah untuk dibujuk.'

***

*) Oleh: Rahmat Zuhair, Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES