Politik

Ganjar - Airlangga Dinilai Ideal Diusung KIB, Tapi Harus Ada Komunikasi ke PDIP 

Kamis, 21 Juli 2022 - 23:37 | 50.21k
Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Gubernur Ganjar Gubernur. (FOTO: Dok KIB)
Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Gubernur Ganjar Gubernur. (FOTO: Dok KIB)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Direktur Eksekutif Institute of Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengatakan hasil survei yang menyebut pasangan Airlangga Hartarto - Ganjar Pranowo berpotensi memenangi Pilpres 2024 menarik untuk dibuktikan. Apalagi, pasangan ini sudah memiliki modal partai pengusung.

"Hasil simulasi pasangan Airlangga - Ganjar yang dinilai berpotensi unggul tentu menarik untuk dibuktikan. Keduanya bisa menggunakan gerbong Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) sebagai kendaraan politik untuk mewujudkannya," kata dia dalam keterangannya, Kamis (21/7/2022).

Seperti halnya Indostrategic, Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) sebelumny merilis hasil survei opini publik bertajuk Titik Tengah Demokrasi Indonesia Menuju Pemilu 2024. Dimana hasilnya menemukan potensi elektabilitas kandidat berdasarkan simulasi tiga pasang capres atau cawapres. 

Hasilnya, simulasi menunjukkan pasangan Airlangga Hartarto - Ganjar Pranowo mengalahkan pasangan Prabowo Subianto - Muhaimin Iskandar dan Puan Maharani - Anies Baswedan.

Ahmad Khoirul Umam yang juga Dosen Ilmu Politik dan International Studies, Universitas Paramadina mengatakan perlu adanya komunikasi antar KIB dengan PDI Perjuangan untuk menggolkan pasangan tersebut. 

"Hanya saja Golkar, PAN dan PPP perlu mengkomunikasikan langkah pencapresan Ganjar itu kepada PDIP dengan baik," jelasnya.

Menurut Umam, komposisi Airlangga-Ganjar menyiratkan kondisi bahwa PDIP tidak mengajukan Ganjar dalam kontestasi 2024. Karena menurutnya, PDIP sebagai partai pemenang Pemilu 2019 patutnya berada di depan dengan mengajukan posisi calon presiden dari internal partai.

"Di sisi lain, komposisi Airlangga-Ganjar juga berarti PDIP tidak akan mengusung Ganjar. Sebab, sudah jamak dipahami bahwa PDIP tidak ingin dinomorduakan," tambahnya. 

Dalam penilaiannya, pencalonan pasangan Airlangga - Ganjar bisa terwujud dengan syarat PDI Perjuangan tidak mengusung Ganjar dalam Pilpres 2024. Sebab bagaimanapun Ganjar tetap dianggap sebagai mewakili wajah PDI Perjuangan.

"Gerbong Airlangga-Ganjar bisa terwujud ketika PDIP sudah clear mengusung nama lain selain Ganjar, yang notabene dianggap lebih mewakili akar politik yang lebih kuat, memiliki kontribusi riil terhadap partai, dan memahami spirit perjuangan PDIP yang lebih baik," katanya.

Sementara itu, Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Dimas Oky Nugroho menilai Ganjar dan Airlangga akan saling menguatkan.  "Dari persepsi ekonomi, persepsi masyarakat terhadap perekonomian di Indonesia positif, insentif itu didapat oleh Airlangga sebagai Menko," ujarnya.

Ganjar dengan popularitas dan elektabilitasnya yang melesat di berbagai survei, kata Dimas, termasuk survei yang dilakukan ARSC. Modal ini kata dia, membuat Ganjar dianggap mampu berpasangan dengan siapa saja. Baik sebagai Calon Presiden maupun Calon Wakil Presiden. 

Hasil survei dimana kombinasi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang dinilai publik ideal adalah sosok ketua umum/pimpinan partai politik dan sosok populer. Dari simulasi itu kemudian terlihat siapa saja ketum parpol yang maju dan mempunyai popularitas untuk disandingkan dengan data yang ada.

Diantaranya adalah Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Gerindra, Prabowo Subianto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum PAN Zulkifli Hasan dan Ketum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. Sementara dari sosok yang populer ada Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Erick Thohir, Ridwan Kamil dan Puan Maharani.

Dimas menjelaskan, hampir 40% dari responden survei adalah kaum muda. Dalam pilihan mereka tersirat keinginan dan harapan mereka pada pemilu 2024 mendatang. 

"Dalam situasi krisis dan pasca krisis, sebuah bangsa harus mengambil harmoni, mencari keseimbangan. Kita rugi sebagai bangsa jika terjebak dalam kontestasi politik. Bahwa Pemilu bukan mencari perbedaan, tetapi persamaan," kata Dimas. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES