Kopi TIMES

Diseminasi IPPNU: Kongsi, Legasi, dan Rekognisi

Kamis, 14 Juli 2022 - 02:23 | 130.86k
Khoirotul Ni’amah, S.Hum; Kader IPPNU Jawa Timur.
Khoirotul Ni’amah, S.Hum; Kader IPPNU Jawa Timur.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – IPPNU merupakan salah satu organisasi (Badan Otonom) di bawah naungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang memiliki lokus utama pada segmen pelajar putri NU. Organisasi IPPNU menjadi agensi utama dalam mendukung, mendampingi, dan memperkuat wawasan serta pengetahuan pelajar di seluruh Indonesia. Semua tujuan dan elemen tersebut dimanifestasikan oleh IPPNU dalam rangka menyemai semangat para pelajar Indonesia.

Proyeksi masa depan dalam internal IPPNU senantiasa berada pada jalur produksi dan reproduksi para pelajar putri Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan. Ini dilakukan sebagai upaya pemertahanan ideologi kebangsaan, nilai etik Pancasila, Islam rahmatan lil ‘alamin bagi para pelajar, yang sekaligus, berlaku sebagai fondasi dasar bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan budaya intoleransi yang semakin menguat di kalangan pelajar dan lembaga pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, IPPNU hadir untuk mengawal ideologi dan paham keagamaan pada bangsa Indonesia pada lanskap moderasi beragama, internalisasi nilai lokal-global, dan tranformasi kultural Aswaja an-Nahdliyyah.

Dengan merawat relasi-relasi kultural, keagamaan, dan kebangsaan para pelajar di Indonesia IPPNU diharapkan mampu mengeliminasi paham intoleran yang saat ini tengah menggurita di semua lini kehidupan bangsa, terutama pada ranah pendidikan. Secara spesifik, IPPNU memiliki bertanggung jawab paham keagamaan pada koridor Ahlussunah wal Jamaah An Nahdiyah dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.  

Sebagai organisasi pelajar putri, IPPNU mampu masuk dalam sektor sekolah TK-SMA, RA-MA, Pondok Pesantren maupun Madin, dan Perguruan Tinggi. Dengan segmen yang sangat luarbiasa luas inilah, IPPNU juga memiliki peran yang sangat besar. Oleh sebab itu, trajektori dan perjalanan historis IPPNU dari masa ke masa senantiasa memberikan ruang diseminasi gerakan dan makna guna menjadi gerbang untuk mengejawantahkan keinginan luhur para pendiri NU dan bangsa Indonesia. 

Keputusan kongres XIV IPNU-IPPNU pada tanggal 18-24 Juni 2003 di Surabaya menghasilkan putusan mengenai fokus utama IPPNU dalam dunia pelajar dan pendidikan di Indonesia. Putusan ini sekaligus menandakan bahwa entitas IPPNU bergerak pada ranah pelajar dan proses yang menjadi bagian integral di dalamnya. Karena itu, IPPNU sekaligus memberikan ruang yang tidak terhingga guna menunjang kapasitas kader dalam menyemai, memupuk, dan menjadi navigator untuk mengaktualisasikan kemampuan pada pelbagai hal, terutama yang berkaitan dengan dunia akademik.  Proyeksi dari fokus ini menjadi harapan bersama untuk mengakomodir potensi pada setiap anggota organisasi IPPNU pada semua bidang keilmuan. 

Pemaknaan setiap era dalam organisasi IPPNU menjadi kunci utama yang sekaligus sebagai kawah candradimuka bagi semua pelajar. Dapat dikatakan bahwa para pelajar putri NU memiliki otoritas penuh untuk menjaga kemurnian nilai etik bangsa, ideologi, dan keagamaan yang ada di Indonesia. Elaborasi ketiga komponen tersebut merupakan fondasi utama pada aktualisasi penguatan nilai ke-Indonesiaan dalam rangka menopang tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Terdapat beberapa dimensi ruang gerak IPPNU untuk dunia pelajar di Indonesia. Pertama adalah penguatan kaderisasi dalam bidang ideologi. IPPNU memiliki kewajiban untuk mentransformasikan nilai kebangsaan, aswaja, dan kebudayaan sebagai fondasi utama arah gerak semua kader. Dalam hal penguatan ideologi, IPPNU menjadi organisasi terpenting dalam membentengi ideologi pelajar putri se-Indonesia. IPPNU merupakan organisasi yang masih bisa ditata, diarahkan, dan dibentuk karakternya. Disinilah peran IPPNU, menjadi tunas muda yang akan tumbuh subur, mendapat rekognisi, dan diakui oleh bangsa dan negara. 

Pengkaderan merupakan pintu utama bagi IPPNU sebagai lokomotif dalam pembentukan ideologi. Pengkaderan yang berjenjang dan bertahap merupakan bukti konsentrasi pembentukan karakter dengan integritas yang tinggi. Ini merupakan wujud konkret sumbangsih IPPNU terhadap pemerintah dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013, dimana output-nya adalah pelajar putri menjadi manusia yang saleh secara spiritual maupun sosial.

Proses pengkaderan IPPNU adalah penguatan ideologi ke-ASWAJA-an, kebangsaan, dan kebudayaan pada setiap jenjang kaderisasi. Kaderisasi berjenjang ini akan membentuk karakter dan kepribadian yang kuat dalam membentuk citra diri dan representasi IPPNU sekarang dan untuk masa depan. Dengan demikian sumbangsih IPPNU terhadap Indonesia akan sangat terasa, yakni oraganisasi yang mampu menghantarkan kadernya memiliki wajah dan karakter ke-Indonesia-an, berbudi luhur, santun, dan menjadi representasi pelajar Indonesia yang inklusif.

Sebuah keniscayaan bahwasanya belajar merupakan dimensi pengkaderan dalam IPPNU, sehingga muatan instrumen di dalamnya selalu mengkonstruksi paradigma mengenai urgensitas mencari ilmu terhadap pelajar putri. Makna wajah pelajar, dalam diri  IPPNU, mengartikulasikan proses belajar pada semua jenjang pendidikan.

Organisasi IPPNU dalam kegiatan kaderisasi, program kerja, maupun kegiatan-kegiatan lainnya memiliki garis koordinatif dengan wacana mengenai kewajiban mencari ilmu sebagai bekal diri. Sehingga IPPNU dikatakan sebagai kawah candradimuka karena mampu melahirkan bibit-bibit unggul yang sekaligus mampu berdiaspora pada berbagai segmen publik, akademisi, teknokrat, cendekiawan, dan berbagai publik figur lainnya yang memgang teguh nilai dasar, kebudayaan, ASWAJA an-Nahdliyah, dan ideologi bangsa Indonesia. 

Fokus yang kedua adalah pengembangan organisasi. Organisasi IPPNU yang memiliki jutaan kader di seluruh Indonesia mengartikan bahwa di dalamnya terdapat potensi besar dengan keragaman minat dan bakat. Berbagai macam potensi yang mampu diwadahi dan dikembangkan dalam organisasi IPPNU akan menghasilkan kader yang memiliki ideologi yang kuat dengan kiprah di bidangnya masing-masing. Pengembangan potensi yang dimiliki oleh pelajar putri akan membantu terlaksananya SDGs baik dari segi kebutuhan perempuan, secara khusus pelajar putri baik dalam skala nasional maupun global. 

Selanjutnya, lokus utama IPPNU terletak pada pencanangan program kerja organisasi. Program kerja yang dirancang by design (dari data potensi dan kebutuhan pelajar putri Indonesia) bukan dari program by accident akan berhasil membentuk karakter maupun mencapai tujuan yang berorientasi pada pengembangan organisasi,  sehingga bentuk kader yang dihasilkan memiliki citra diri khusus.

Hal ini selaras dengan strategi perencanaan program perekrutan pelajar putri di luar IPPNU. Pelajar putri yang belum tergabung dalam organisasi IPPNU setidaknya akan merasakan dampak dari kegiatan yang memiliki substansi ideologi ASWAJA, kebangsaan, dan kebudayaan atau bahkan langsung tertarik bergabung di dalamnya karena telah diakui keberhasilannya dalam membentengi ideologi maupun menjawab kebutuhan pelajar saat ini. 

Dengan demikian IPPNU akan mempunyai prospek masa depan atau tidak, tidak tergantung pada orang lain, melainkan tergantung pada pengurus, kader, maupun anggota saat ini. Tugas besar kader IPPNU saat ini adalah mencari kembali formulasi improvement untuk mengembangkan organisasi setelah menentukan pilihan untuk “kembali ke pelajar” dalam Kongres XVI di Surabaya.

Menjawab tantangan di atas, IPPNU mencoba mencari formula dari analogi lahirnya organisasi besar Nahdlatul Ulama yang mampu menghasilkan kader putri NU dengan kemampuan dalam menjawab dan menerjemahkan tantangan pada setiap zaman. Diawali dengan membentuk nahdlatul al-ujar (kemandirian), nahdlatul wathon (kebangsaan), kemudian tashwir al-afkar (diaspora), dan nahdlatul ulama (bangkit dan bermartabat).

Melihat sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama, maka ini merupakan aturan pembentukan karakter IPPNU yang dilakukan secara kontinyu. Karena itu, semua elemen pada IPPNU menjadi gerbang utama untuk mengawal para pelajar di Indonesia untuk memastikan bahwa semua pelajar berada pada payung besar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki paradigma ASWAJA AN-Nahdliyah.

Berdasarkan uraian di atas, IPPNU memiliki tugas utama dalam membentengi para pelajar di Indonesia dari jebakan kelompok dan oknum transnasional dan eksklusif. Ini dikombinasikan dengan citra diri bangsa Indonesia yang memegang teguh nilai budaya, bangsa, dan agama yang berhaluan aswaja an-nahdliyah. Selain itu, esensi dari keberadaan IPPNU adalah sebagai laboratorium untuk menyemai potensi kader, membentuk kepribadian yang unggul, dan mandiri. Dengan arti lain bahwa yang harus ditanamkan pada semua kader IPPNU adalah kemandirian, baik kemandirian melalui skill dan potensi yang menjadi fokus utama IPPNU sebagai wadah para pelajar putri NU dalam mengembangkan, mengaktualisasikan, mengimplementasikan potensi setiap kader, anggota, dan pengurus organisasi.

Semua potensi itu akan merajut pertalian pada setiap tujuan akhir yang bisa dilakukan oleh setiap kader. Tentu ini merupakan bentuk nyata pada pendistribusian kader IPPNU yang mampu berdiaspora sesuai dengan potensi yang dimiliki. 

 ***

*) Oleh: Khoirotul Ni’amah, S.Hum; Kader IPPNU Jawa Timur.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES