Kopi TIMES

Pentingnya Berbahasa Secara Komunikatif dan Santun

Sabtu, 09 Juli 2022 - 08:43 | 129.31k
Handariatul Masruroh, Santri PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi; Mahasiswi Tadris/Pendidikan Bahasa Indonesia Institut Agama Islam Darussalam Blokagung Banyuwangi.
Handariatul Masruroh, Santri PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi; Mahasiswi Tadris/Pendidikan Bahasa Indonesia Institut Agama Islam Darussalam Blokagung Banyuwangi.

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bahasa adalah sebuah sarana manusia untuk berkomunikasi. Perlu kita ketahui, berbahasa tidak hanya sekedar berbahasa begitu saja.

Ada ketentuan yang harus kita terapkan agar bahasa kita tidak rancu. Berbahasa juga memerlukan ejaan yang benar dan pemilihan diksi yang tepat agar lawan bicara mengerti dengan makna yang kita harapkan. Kita juga perlu melihat dengan siapa kita berkomunikasi. Lebih tua dengan kita, sebaya, atau bahkan lebih muda dari kita. Hal tersebut dalam ilmu pengetahuan masuk kedalam pembahasan teori belajar bahasa tentang berkomunikasi secara komunikatif dan santun.

Dalam berinteraksi, diperlukan aturan-aturan yang mengatur penutur dan lawan tutur agar nantinya dapat terjalin komunikasi yang baik diantara keduanya. Aturan-aturan tersebut terlihat pada prinsip kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Leech (1993: 206). 

Agar komunikasi berjalan dengan lancar, masing-masing orang akan berusaha dengan strateginya sendiri. Penutur akan berusaha agar informasi atau pesan yang disampaikan dapat dikemas sebaik mungkin. Penutur berusaha menggunakan kalimat, pilihan kata, gaya bahasa, ragam bahasa dengan harapan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Sedangkan bagi pendengar informasi atau pesan yang disampaikan penutur atau penulis diharapkan mudah ditangkap atau dipahami dengan mudah.

Namun dalam kenyataannya, penutur sering gagal menyampaikan pesan yang dipikirkannya. Pesan yang dipikirkannya kadang-kadang jauh lebih banyak dari pada yang disampaikannya. Bahkan, ketika seseorang berbicara atau menulis, yang diucapkan atau ditulis dapat menyimpang jauh dari apa yang sebenarnya ingin disampaikan.

Dalam berbahasa, manusia perlu memperhatikan adanya kesantunan berbahasa ketika berkomunikasi dengan manusia lainnya. Hal itu bertujuan agar manusia bisa menggunakan bahasa yang santun dan tidak melakukan kesalahan dalam berbahasa. 

Sebuah tuturan dikatakan santun atau tidak, sangat tergantung pada ukuran kesantunan masyarakat penutur bahasa yang dipakai. Tuturan dalam bahasa Indonesia secara umum sudah dianggap santun jika penutur menggunakan kata-kata yang santun, tuturannya tidak mengandung ejekan secara langsung, tidak memerintah secara langsung, serta menghormati orang lain. Oleh karena itu, kesantunan berbahasa ini perlu dikaji guna mengetahui seberapa banyak kesalahan atau penyimpangan kesantunan berbahasa pada manusia ketika berkomunikasi satu sama lain.

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kesantunan berbahasa merupakan aspek yang sangat penting untuk membentuk karakter dan sikap seseorang. Disamping menggunakan bahasa yang santun, juga harus diimbangi dengan penggunaan bahasa yang komunikatif, sehingga dalam berinteraksi dengan masyarakat atau seseorang pesan yang kita sampaikan mudah dipahami dan diterima dengan baik.

Berbahasa secara komunikatif berarti cara menggunakan bahasa dengan fungsi-fungsi komunikasi bahasa agar mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Namun, harus disadari bahwa cara menggunakan bahasa tidak cukup hanya merangkai bunyi, kata, kalimat, paragraf, atau bahkan wacana. 

Fungsi bahasa adalah cara bagaimana bahasa itu digunakan. Dengan demikian, fungsi komunikatif bahasa adalah bagaimana cara bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pendengar atau pembaca. Informasi yang dimaksud adalah segala fikiran atau perasaan yang terkandung dalam benak seseorang. 

Berbahasa secara komunikatif adalah cara menggunakan bahasa berdasarkan fungsi-fungsi komunikasi bahasa dengan memperhatikan konteks pemakaiannya. Oleh karena itu, jika seorang guru mengajarkan berbahasa kepada pembelajar hendaknya tidak hanya berhenti pada mengajarkan rangkaian bunyi menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf dan seterusnya. Namun, juga harus mengajarkan konteks pemakaian bahasa yang menyertai tuturan bahasa.

Bayangkan saja, jika seorang guru menjelaskan sebuah materi dengan bahasa yang sulit untuk dipahami muridnya. Bagaimana murid akan memahami materi yang disampaikan, jika bahasanya saja tidak bisa dipahami?

Selain berbahasa secara komunikatif, guru juga bisa mendukung penjelasannya dengan cara mengambarkan materi yang disampaikan sesuai kehidupan yang sering kita temui. Dengan begitu, murid akan lebih mudah lagi untuk mencerna apa yang disampaikan.

***

*) Oleh: Handariatul Masruroh, Santri PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi; Mahasiswi Tadris/Pendidikan Bahasa Indonesia Institut Agama Islam Darussalam Blokagung Banyuwangi.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES