Kopi TIMES

Secercah Asa Kebangkitan UMKM Menghadapi Tantangan Ekonomi 2022

Rabu, 06 Juli 2022 - 11:30 | 73.43k
Dodi Wirawan Irawanto SE., M.Com., PhD., CPHR, Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya.
Dodi Wirawan Irawanto SE., M.Com., PhD., CPHR, Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya.

TIMESINDONESIA, MALANG – Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) semakin memperlihatkan perbaikan kondisi aktivitas bisnis yang lebih menguntungkan. Itulah tajuk yang disampakan Direktur Departemen Kebjakan Makroprudensial Bank Indonesia dalam kapasitas penulis sebagai lembaga riset undangan pada kegiatan diseminasi RDG Bulan Juni terkait dengan stabilitas sistem keuangan, di Labuan Bajo awal Juli 2022.

Jika diperbolehkan penulis mengasumsikan, ini sebagai sebagai momen kebangkitan, tentu tidak terlalu berlebihan. Karena seperti kita ketahui bahwa dalam masa pandemi Covid-19, Indonesia bisa bertahan dari keterpurukan ekonomi karena gesitnya peran UMKM dalam menyokong fundamental ekonomi Indonesia.

Kita mengetahui bahwa dengan membaiknya ekonomi, ekosistem ekonomi mulai bergerak dengan peran UMKM yang mampu menyasar semua kalangan dan searah dengan kebijakan pemerintah dalam memberikan stimulus di sektor tersebut.

Pertama, terkait dengan semakin meningkatnya demand dari masyarakat, seperti dominasi penjualan UMKM di sektor industri pengolahan (kain, kosemtik, kerajinan, makanan olahan, snack dan lain-lain) memberikan kontribusi 73,1% kontribusi penjualan UMKM disusul sektor pertanian sebesar 22,8%, dan perdagangan dan jasa sebesar 4,1% (Sumber: data survey BI dari 462 UMKM sampai Juni 2022).

Tentu dengan tren tersebut, selain indikator penjualan yang meningkat beberapa koreksi dalam indikator makro ekonomi seperti tingkat pertumbuhan tenaga kerja di sektor UMKM dan volume persediaan barang jadi menjadi sebuah wujud konkret bahwa membaiknya sektor ini turut serta dalam memperbaiki ekosistem bisnis di Indonesia pada masa sulit ini.

Kedua, pergeseran orientasi penjualan disertai dengan meleknya pelaku UMKM terhadap penggunaan teknologi informasi (TI) serta relaksasi regulasi pemerintah, pada bulan Mei 2022 46,3% pelaku UMKM mulai melakukan kegiatan ekspor dari hanya 39.7% di bulan April pada tahun yang sama. Tentu dengan membaiknya sisi permintaan domestik, oreintasi penjualan domestik masih dominan dan terus meningkat (57% di bulan Maret menjadi 63,3% di bulan Mei 2022). Dengan semua parameter serta sinyalemen perbaikan positif ini menandakan bahwa kondisi usaha secara umum mengalami perbaikan.

Ketiga, dengan segala parameter peningkatan permintaan, serta ekspansi penjualan ke sektor non domestik, para pelaku UMKM sepakat bahwa untuk menjaga keberlanjutan growth mereka, ekspektasi pembiyaan dari lembaga keuangan menjadi salah satu opsi yang tidak bisa dihindarkan, di mana 61,3% dari pelaku UMKM menyatakan memermerlukan pembiayaan dalam 6 bulan ke depan (Survei kinerja UMKM BI). Apapun itu, beberapa fakta di atas memberikan asa bagi salah satu sektor krusial di Indonesia yakni UMKM untuk semakin gencar dalam upaya scaling-up bisnisnya.

Apa yang bisa kita simpulkan dari fakta ini? Pemerhati UMKM tentu akan sepakat bahwa ini bisa menjadi imbas dari perbaikan dan insentif di berbagai sektor, utamanya lewat kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia mampu memberikan stimulus positif pada bangkitnya sektor ini dari sisi pembiayaan. Peran Bank Indonesia dalam menjaga suku bunga acuan diharapkan juga dapat bersama-sama dengan lembaga perbankan nasional mengkatrol pembiayaan UMKM agar kinerja bisnis mereka menjadi semakin kokoh dan kuat.

Dengan gambaran kokohnya sektor UMKM, paling tidak dari kacamata kebijakan prudensial, penulis yakin bahwa UMKM di Indonesia dapat melalui tantangan ekonomi pada tahun ini dengan kinerja yang berkelanjutan tentunya. Di lain sisi, gempuran ketidakpastian global seperti efek domino perang Rusia-Ukraina dan tingkat inflasi  yang diprediksi melebihi batas atas target Bank Indonesia yakni 4% yoy, peran pemerintah dalam menjaga stabilitas pasokan pangan utamanya agar UMKM sektor industri pengolahan sebagai penyumbang utama kebangkitan UMKM di Indonesia bisa terjaga kinerja bisnisnya sangat dibutuhkan, semoga.

***

*) Oleh: Dodi Wirawan Irawanto SE., M.Com., PhD., CPHR, Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya.

*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES