Kuliner

Mencicipi Pecel Pithik Dalam Tradisi Tumpeng Sewu Banyuwangi

Selasa, 05 Juli 2022 - 13:10 | 62.61k
Pecel Pithik, kuliner tradisional Banyuwangi dalam Tradisi Tumpeng Sewu. (Foto: Laila Yasmin)
Pecel Pithik, kuliner tradisional Banyuwangi dalam Tradisi Tumpeng Sewu. (Foto: Laila Yasmin)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sore itu, Nampak pemandangan berbeda di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Di sepanjang jalan, terlihat warga asli suku Osing berduyun-duyun keluar rumah membawa tumpeng dalam rangkaian ritual bersih desa, dengan harapan agar masyarakat terhindar dari mara bahaya. 

Masyarakat Desa Kemiren menggelar Festival Tumpeng Sewu pada Minggu (2/7/2022) malam. Sejak sore, sudah terlihat ratusan tikar yang digelar didepan masing-masing rumah untuk persiapan tradisi unik ini.

Tumpeng Sewu dilaksankan setelah Tradisi Mepe Kasur (menjemur kasur).  Sedari pagi, warga Desa Kemiren sudah mulai sibuk menjemur ribuan kasur dengan kombinasi warna hitam dan merah di depan pelataran rumahnya masing-masing.

Pecel-Pithik-2.jpgMasyarakat dalam Tradisi Tumpeng Sewu. (Foto: Laila Yasmin)

Menariknya, dalam acara Tumpeng Sewu, menu yang wajib tersedia dan tidak pernah ketinggalan dalam tiap tumpengnya adalah Pecel Pithik.

Pecel Pithik merupakan sajian kuliner khas dari suku Osing. Aroma lezat sajian dengan bahan dasar suwiran ayam kampung dilengkapi lumuran parutan kelapa berbumbu rahasia ini, dapat menghasilkan paduan rasa gurih, sedikit pedas, dan tentunya penuh dengan cita rasa khas Banyuwangi.

Pemberian nama Pecel Pithik sendiri tidak serta merta karena berbahan dasar ayam (pithik dalam Bahasa Jawa), namun Pecel Pithik memiliki filosofi diucel-ucel hang perkara apik. Sehingga dalam Bahasa Indonesia, kalimat tersebut memiliki makna dilumuri dengan berbagai perkara yang baik.

Memang, dahulu Pecel Pithik disajikan hanya pada saat ritual saja, sehingga dalam proses pengolahannya terdapat keunikan serta pantangan yang sarat akan filosofi.

Dahulu kebanyakan wanita Osing ketika membuat Pecel Pithik, tak lupa mereka mengucap doa dalam tiap langkah-langkah pembuatannya. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar masakann yang akan disajikan benar-benar mendapatkan rasa yang terjamin.

Saat merasakan kuliner Pecel Pithik, tentu anda akan merasakan daging ayam yang empuk juga lezat. Hal tersebut ditengarai oleh bahan dasar pilihannya, yakni ayam kampung yang masih muda.  Pemanggangannya pun masih sangat tradisional, yakni menggunakan tungku dan kayu guna dapat menciptakan aroma yang lebih lezat dibandingkan pemanggangan dengan cara modern.

Kendati kuliner khas Banyuwangi ini sudah diangkat ke festival dan diperkenalkan ke dunia luar, penyajiannya masih sesuai dengan keasliannya, yakni dengan sederhana. Kuliner Pecel Pithik biasanya disajikan sebagai lauk nasi tumpeng dan tak lupa pelengkap seperti sayuran rebus yang dibalutkan dalam daun pisang sebagai alasnya.

Pecel-Pithik-3.jpgMasyarakat dalam Tradisi Tumpeng Sewu. (Foto: Laila Yasmin)

Dalam Tumpeng Sewu kali ini, terlihat ribuan masyarakat tang berasal dari berbagai penjuru Banyuwangi bahkan wisatawan luar daerah yang menyempatkan hadir di Desa Kemiren guna menikmati ribuan Tumpeng Sewu yang telah disajikan berderet-deret di depan rumah warga. 

Tepat pukul 17:00 WIB, jalan ditutup. Iring-iringan Barong Osing menyedot perhatian pengunjung ketika melintas saat melakukan Tradisi Ider Bumi. Di bawah temaram api obor, Barong Osing makin terlihat sangat sakral dan agung.

Usai Shalat Maghrib, ritual bersih desa dibuka dengan pembacaan doa memohon agar desanya dijauhkan dari segala bencana dan sumber penyakit, ritual Tumpeng Sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala, penuh khidmat warga Kemiren maupun pengunjung duduk dengan tertib bersila. 

Salah satu sesepuh Desa Kemiren, Suhaimi menuturkan bahwa Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat warga Osing, suku asli masyarakat Banyuwangi, yang digelar ketika awal Idul Adha. 

"Kita terus upayakan untuk melestarikan adat dan tradisi budaya ratusan tahun lalu. Semoga dengan adanya kegiatan ini, warga Kemiren dijauhkan dari mara bahaya," tambahnya. 

Setiap rumah warga Using di Kemiren mengeluarkan minimal satu tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya. Siapapun bisa makan dan tentunya gratis.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda yang turut larut dalam meriahnya kegiatan tersebut, dirinya mengatakan bahwa pada hari ini, tradisi telah menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan.

"Makanya pemerintah terus konsisten mengangkat tradisi ini dalam sebuah festival. Selain sebagai upaya melestarikan tradisi leluhur juga diharapkan mampu menjadi sebuah atraksi yang mampu menarik wisatawan," kata Bramuda.

Dia melanjutkan, dengan menjadi atraksi yang menarik wisatawan, diharapkan mampu menggeliatkan perkonomian daerah. 

"kekhasan semacam ini banyak diminati wisatawan. Ditambah lagi keramahtamahan warga Kemiren, tradisi ini akhirnya menjadi salah satu favorit bagi wisatawan saat berkunjung di Kabupaten Banyuwangi," kata Bramuda. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES