Indonesia Positif

Prof. Azyumardi Azra Sebut Pancasila Selamatkan Indonesia dari Kehancuran

Sabtu, 02 Juli 2022 - 17:06 | 37.31k
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Azyumardi Azra. (FOTO: Dok. Republika)
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Azyumardi Azra. (FOTO: Dok. Republika)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Azyumardi Azra mengatakan bahwa rakyat Indonesia harus bersyukur memiliki Pancasila. Ia mengatakan Pancasila menjadi penyelamat dari kehancuran, sebagaimana yang dialami oleh negara-negara muslim di timur tengah.

Hal itu dikatakan Prof. Azyumardi Azra dalam Diskusi yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) bertajuk 'Pancasila dan Demokrasi Di Indonesia: Menyelami Pemikiran Prof. Ahmad Syafii Maarif' dikutip Sabtu (2/7/2022).

Prof. Azyumardi Azra optimis Pancasila masih dapat bertahan di masa depan. Optimisme tersebut didasarkan pada fakta bahwa mayoritas muslim Indonesia mendukung Pancasila.

“Kita ini beruntung, karena negara muslim lainnya kacau balau, Indonesia ini mayoritas muslim tapi tidak kacau balau karena punya Pancasila,” ujarnya 

Sebagai kelompok mayoritas di Indonesia, lanjut Prof. Azyumardi Azra, umat Islam dapat menjadi faktor pendukung sekaligus faktor penghambat dalam upaya mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa. 

Disebut sebagai faktor pendukung, karena sebagian besar umat Islam bersedia mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa, khususnya melalui ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Sebaliknya, umat Islam juga bisa menjadi faktor penghambat karena adanya fakta bahwa masih ada segelintir umat Islam yang mencoba untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain, sebut saja ideologi khilafah. Hal itu akan menjadi masalah serius karena dapat mengancam tenun kebangsaan serta persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk.

Prof. Azyumardi pun tak menampik jika ada kelompok-kelompok Islam kecil yang seperti Khilafatul Muslimin yang mencoba untuk menggantikan Pancasila, namun mayoritas masyarakat muslim Indonesia mendukung Pancasila, maka rencana tersebut tidak akan terjadi.

“Pancasila bisa bertahan, meskipun ada tantangan. Pancasila didukung oleh mayoritas muslim Indonesia. Saya mengatakan mayoritas, karena kelompok Khilafatul Muslimin yang mengusung ideologi khilafah, itu juga muslim,” ujarnya.

Dijelaskan Ketua Dewan Pers Indonesia itu, nilai-nilai Pancasila sejauh ini belum dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, hingga ada kesenjangan sosial terjadi di Indonesia akibat dari terkikisnya nilai-nilai Pancasila tersebut.

“Saya gak ragu sedikitpun, walaupun ada tantangan, mungkin terlalu optimistis, walau kita melihat kalau Pancasila itu sebagian besarnya masih lip service. Kalau kita kaitkan dengan pikiran Buya Syafii Maarif itu gak klop, jauh ada kesenjangan antara nilai-nilai Pancasila,” jelasnya.

“Misalnya Ketuhanan Yang Maha Esa, kita melihat dari perspektif orang Islam. Orang Islam Indonesia itu ada yang disebut orang-orang yang mengambil jalannya sendiri, hukumnya sendiri disebut oleh Buya Syafii sebagai preman berjubah, diksinya mungkin keras, preman berjubah yang mengambil jalannya sendiri,” imbuh dia.

Hal yang sama juga tercermin pada sila kedua, yakni Persatuan Indonesia yang juga terbelah karena disparitas sosial ekonomi. Sebagian besar bangsa Indonesia ini pra agraris yang kemudian menimbulkan kesenjangan sosial antar masyarakat di Indonesia.

“Ketiga Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, kita ini paling rendah peradabannya, contoh seperti tadi, orang Islam dari kecil sudah diajarkan bersih tapi tidak tercermin dalam perilakunya sehari-hari, buang sampah seenaknya. Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab tidak jalan,” ungkapnya.

Dan keempat mengenai demokrasi Indonesia yakni permusyawaratan yang diterjemahkan sebagai sistem demokrasi. Menurut Prof. Azyumardi, tatanan demokrasi Indonesia saat ini kacau balau alias hancur secara prosedural maupun subtansi. 

“Meski begitu publik Indonesia masih percaya dengan demokrasi, khususnya ormas-ormas Islam, jika Ormas Islam tidak pro demokrasi, maka demokrasi ini tidak akan tumbuh,” jelas dia.

“Keadilan sosial, kesenjangan sosial. Jadi itu agenda-agenda pokok kita ke depan dan kita harus memperbaiki, walaupun saya tidak pesimis dengan Pancasila,” kata Prof. Azyumardi Azra. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES